Uji Pertumbuhan Tanaman Bayam Jepang

52 kecuali nitrogen. Rendahnya konsentrasi nitrogen kemungkinan disebabkan oleh proses yang terjadi di akhir pengomposan anaerob karena bahan menjadi kompak saat suhu turun akibat aktivitas bakteri berkurang sehingga nitrogen hilang dalam bentuk amonia. Selain itu kandungan N total di tanah tersebut juga rendah yaitu 0.2. Namun proses pengomposan ini telah meningkatan kandungan N tanah menjadi 0.25-0.29. Warna kompos kehitaman dan berstruktur remeh tidak menggumpal. Tanah yang sudah dibioremediasi dengan cara pengomposan tersebut bisa dimanfaatkan sebagai pembenah tanah pertanian sehingga mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman. Tabel 11. Perbandingan mutu kompos dengan Standar Mutu Kompos Paremeter Mutu Satuan A B C D E Total N 2.5 -3.5 0.2 0.4 0.25-0.29 Rasio CN - 20-25 35 10-25 18-26 P 2 O 5 0.021 0.5 0.1 0.33-0.50 K 2 O 0.021 0.3 0.2 0.20-2.26 pH 7-8 5.5 -7.5 6.8-7.5 7-8 7.30-7.47 KTK Meq100g 100 70 - = 80 109-118 Kadar air 35-45 55-65 = 50 = 35 43-49 Keterangan: A: Indrasti dan Wilmot 2001 B: Japan Bark Compost Association Harada et al., 1993 C: SNI Kompos 19-7030-2004 D: Departemen Pertanian 2004 E: Hasil penelitian

4.3 Uji Pertumbuhan Tanaman Bayam Jepang

Degradasi residu profenofos dapat terjadi karena mikroorganisme mampu merombak senyawa tersebut menjadi turunannya yang diharapkan tidak lebih toksik dibandingkan dengan senyawa asalnya. Pada studi yang pernah dilakukan pada tanah aerobik, profenofos yang diaplikasikan sebanyak 10.9 ppm pada pH 7.8 terhadap tanah liat berpasir mengalami degradasi selama 19 hari. Konsentrasi profenofos menurun sampai 56 selama 2 hari setelah diaplikasikan radioaktif, 36 setelah 3 hari dan 9 setelah 9 hari. Metabolit utama yaitu: 1 4-bromo-2- chlorophenol, meningkat dari 11 pada hari 1 sampai maksimum konsentrasi 79 selama 120 hari dan menururun menjadi 32 selama 270-360 hari; 2 BCPEE [4-bromo-2-chlorophenol ethyl ether], meningkat dari 2 pada hari ke 5 menjadi 13 hari ke 90 dan 42 hari ke 270-360; dan 3 THPME [2 - 53 thioethylenecarboxy-4-hydroxyphenyl methyl ether] meningkat 10 pada hari ke 180-270 BCPC, 1997. Bernier et al. 1997 juga pernah melakukan penelitian mengenai pengomposan tanah tercemar pestisida khususnya DDT. Pada percobaan tersebut, tanah yang tercemar 600 ppm DDT dikomposkan melalui rangkaian pengomposan anaerobik 2 minggu dilanjutkan dengan pengomposan aerobik 2 minggu telah sukses mendegradasi DDT menjadi 140 ppm tanpa DDD dan DDE di akhir percobaan. Percobaan tersebut dilakukan pada kontainer pengomposan normal yang mampu menampung 1 ton tanah terkontaminasi Degradasi profenofos bisa saja meghasilkan turunan yang lebih toksik dari senyawa asalnya akibat mekanisme degradasi dan transformasi yang tidak sempurna oleh bakteri. Misalnya transformasi kometabolik, reaksi konjugasi dan akumulasi pestisida di dalam sel bakteri itu sendiri. Hal ini mengakibatkan senyawa baru yang lebih toksik dan berbahaya Bollag, 1974. Untuk mengetahui hal tersebut maka dalam penelitian ini dilakukan pengujian pertumbuhan terhadap tanaman bayam Jepang Horingso di akhir penelitian. Pengunjian dilakukan di green house untuk mengetahui pertumbuhan benih di green haouse Gambar 13 dan di lapangan Gambar 14 untuk mengetahui hasil panen pada tanah yang sudah diremediasi. Pada hari ke 14, bibit ditimbang bobot akar, batang dan daun, sedangkan di lapangan penanaman dilakukan sampai panen 40 hari dan ditimbang bobot keseluruhan Gambar 15. Gambar 13. Pertumbuhan Benih Bayam Jepang Horingso di Green House Selama 17 hari 54 a 0.5 1 1.5 2 K1 K2 CN 30 CN 35 CN 40 Biomasaa g b 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 K1 K2 CN 30 CN 35 CN 40 Biomassa Kg Gambar 15. Bobot tanaman uji bayam Jepang Horingso di Green House a dan di lapangan b Gambar 14. Pertumbuhan Tanaman Bayam Jepang Horingso di lapangan Selama 40 hari 55 Berdasarkan uji statistik Tabel 12 biomassa bayam Jepang di green house Gambar 15 a menunjukkan perlakuan CN rasio 30 menghasilkan bobot paling tinggi 1.6397 gram jika dibandingkan dengan perlakuan CN 35 dan CN 40, tetapi tidak berbeda nyata. Hal ini disebabkan karena bayam Jepang belum mencapai pertumbuhan yang sempurna hanya selama 17 hari. Bobot biomasa bayam Jepang di green haouse semua perlakuan lebih tinggi jika dibandingkan dengan K1 dan K2. Sedangkan biomassa tanaman di lapangan Gambar 15 b menunjukkan bahwa, perlakuan CN rasio 40 paling kecil 2.50 Kg dan berbeda nyata dengan perlakuan CN 35 dan CN 40. Bobot biomassa bayam Jepang pada perlakuan CN 30 lebih tinggi daripada bobot pada perlakuan CN 35 tetapi tidak berbeda nyata. Secara umum perlakuan menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan kontrol. Artinya perlak uan tidak mengindikasikan toksik terhadap tanaman uji. Hal ini bisa disimpulkan bahwa degradasi profenofos dengan cara pengomposan tidak menimbulkan senyawa yang toksisitasnya lebih tinggi daripada senyawa asal bahakan dapat meningkatkan produksi tanaman. Tabel 12 Bobot biomassa tanaman bayam Jepang Horingso Pengujian Pertumbuhan Tanaman Kode Green House Lapangan gram kg K1 Tanah 0.5818 1.200 K2 Tanah + Kot. Sapi 1.1294 1.525 CN30 1.6397 a 3.300 b CN35 1.4010 a 2.950 b CN40 1.3486 a 2.500 a

4.4 Isolasi dan Uji Kemampuan Bakteri dalam Mendegradasi Profenofos