55 Berdasarkan uji statistik Tabel 12 biomassa bayam Jepang di green
house Gambar 15 a menunjukkan perlakuan CN rasio 30 menghasilkan bobot
paling tinggi 1.6397 gram jika dibandingkan dengan perlakuan CN 35 dan CN 40, tetapi tidak berbeda nyata. Hal ini disebabkan karena bayam Jepang belum
mencapai pertumbuhan yang sempurna hanya selama 17 hari. Bobot biomasa bayam Jepang di green haouse semua perlakuan lebih tinggi jika dibandingkan
dengan K1 dan K2. Sedangkan biomassa tanaman di lapangan Gambar 15 b menunjukkan bahwa, perlakuan CN rasio 40 paling kecil 2.50 Kg dan berbeda
nyata dengan perlakuan CN 35 dan CN 40. Bobot biomassa bayam Jepang pada perlakuan CN 30 lebih tinggi daripada bobot pada perlakuan CN 35 tetapi tidak
berbeda nyata. Secara umum perlakuan menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan kontrol. Artinya perlak uan tidak mengindikasikan toksik
terhadap tanaman uji. Hal ini bisa disimpulkan bahwa degradasi profenofos dengan cara pengomposan tidak menimbulkan senyawa yang toksisitasnya lebih
tinggi daripada senyawa asal bahakan dapat meningkatkan produksi tanaman. Tabel 12 Bobot biomassa tanaman bayam Jepang Horingso
Pengujian Pertumbuhan Tanaman Kode
Green House Lapangan
gram kg
K1 Tanah 0.5818
1.200 K2 Tanah + Kot. Sapi
1.1294 1.525
CN30 1.6397
a
3.300
b
CN35 1.4010
a
2.950
b
CN40 1.3486
a
2.500
a
4.4 Isolasi dan Uji Kemampuan Bakteri dalam Mendegradasi Profenofos
Isolasi bakteri dari campuran pengomposan dilakukan untuk memperoleh isolat murni yang kemudian diidentifikasi. Berdasarkan hasil isolasi diperoleh 7
jenis bakteri yang d iberi inisial a, b, c, d, e, f dan g Gambar 13. Cookso 1995 menguraikan bahwa jenis -jenis bakteri yang mampu
mendegradasi pestisida adalah; Achromobacter 2,4-D dan carbofuran, Arthrobacter
EPT, esopenphos, 2,4-D, Alcaligenus isipenphos, 2,4-D, Flavobacterium
PCP, EPTC, 2,4-D, Methylomonas EPTC, Pseudomonas
56 Alachlor, Isopenfhos, carbofuran, 2,4 -D, dan Rhodococcus EPTC. Sedangkan
untuk jenis profenofos belum ada yang meneliti. Namun secara umum jenis
Bacillus sp. dan Pseudomonas sp. memiliki kemampuan yang luas dalam adaptasi
dan mampu tumbuh pada kondisi yang terdapat senyawa rekalsitran.
e f
a
d c
a b
g
Gambar 16. Isolat Bakteri dari Campuran Pengomposan
57 Semua bakteri yang mampu tumbuh belum bisa dikatakan bakteri pendegradasi
profenofos karena ada kemungkinan bakteri hanya mampu berad aptasi dengan mengakumulasikan senyawa ke dalam selnya atau hanya menggabungkan senyawa
tersebut dengan senyawa lain. Metode untuk mengetahui jenis bakteri yang berperan dalam proses degradasi dilakukan uji seperti metode Oshiro et al. 1996, yaitu
dengan menumbuhkan bakteri pada media MSPY yang mengandung profenofos selanjutkan dicirikan dengan pembentukan zona jernihbening di sekeliling bakteri
tersebut. Profenofos mempunyai kelarutan dalam air 28mgl 25
o
C BCPC, 1997 sehingga bila profenofos ditambahkan dalam media yang kandungan terbesarnya
adalah air maka media tersebut akan membentuk suspensi dan menimbulkan sifat opaque
buram. Jika profenofos mengalami degradasi akan menghasilkan suatu senyawa turunan yang lebih sederhana dan bersifat polar serta mempunyai kelarutan
dalam air yang lebih tinggi. Dengan kelarutan yang lebih tinggi dalam air akan menyebabkan hilangnya sifat opaqueburam, sehingga media akan menjadi jernih.
Oleh karena itu jika suatu koloni bakteri yang mampu mendegradasi profenofos
Konsentrasi profenofos ppm
Gambar 17. Pertumbuhan Isolat Pada Media Adaptasi pada 500, 750, 1000 dan 1500 ppm Profenofos
500
750
1000
1500
a c
d e
f g
b
Isolat
++ ++
++ +
58 menjadi senyawa yang lebih sederhana, ditumbuhkan pada media padat MSPY yang
mengandung profenofos, maka di sekeliling koloni bakteri akan membentuk zona jernih Margot dan Stambach, 1964.
Setelah semua bakteri ditumbuhkan pada media MSPY yang mengandung profenofos sampai 1000 ppm, ternyata yang membentuk zona jernih adalah isolat e, f
dan g pada 1000 ppm Gambar 15. Bakteri-bakteri tersebut diduga mampu menghasilkan enzim yang bisa medegradasi profenofos. Alexander 1999
menguraikan bahwa setiap substrat bisa didegradasi oleh enzim tertentu, tetapi bukan berarti setiap enzim khusus mendegradasi satu substrat tertentu. Substrat yang
mengandung pospat dimineralisasi oleh enzim phosphatase dengan reaksi hidrolisis seperti parathion, paraoxon, diazinon, dursban dan fenitrothion, sedangkan
profenofos tidak disebutkan. Substrat 4-bromo dan 2-chloro dapat dimineralisasi oleh enzim dehaloganase. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diduga bahwa
bakteri yang mampu medegradasi profenofos menghasilkan enzim phospatase untuk menghidrolisis profenofos dan enzim dehalogenase untuk degradasi gugus halogen
selanjutnya.
100
500
1000
a c
d e
f g
b
Gambar 18. Pengujian kemampuan degradasi profenofos pada konsentrasi 100, 500 dan 1000 ppm
Konsentrasi profenofos ppm
isolat
59
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan