28 kehitaman, bau humus dan reaksi agak masam sampai netral. Nisbah CN berkisar
5-20 dan kompos yang stabil mengandung N dalam bentuk senyawa nitrat dan tidak ada N dalam bentuk amonia Murbandono, 2005.
3.4.3 Analisis Residu Profenofos
Analsis residu profenofos menggunakan Gas Chromatography GC dilakukan dengan metode shaker. Spesifikasi GC yang digunakan adalah adalah:
tipe GC Shimadzu Model GC-4CM, kolom OV 17, Dimensi kolom panjang 2m dan diameter 3 mm, detektor
63
Ni ECD, phase gerak N
2
, sensitivitas 102, laju alir 30 mlmenit, kecepatan kertas 5mmmenit, attunation 4, suhu kolom 210
o
C, suhu detektor dan injektor 250
o
C. Metode kerja analisis residu profenofos secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 12.
3.4.4 Analisis Mikroba
Analisis mikroba meliputi: jumlah populasi bakteri, isolasi jenis bakteri, analisis aktivitas bakteri dan uji kemampuan bakteri mendegradasi profenofos.
Analisis jumlah populasi bakteri dilakukan dengan metode TPC pada media agar PCAPlate Count Agar.
Mikroba yang terdapat di dalam campuran pengo mposan masih merupakan koloni beberapa jenis bakteri sehingga perlu dilakukan isolasi untuk
mendapatkan isolatbiakan murni koloni tunggal. Isolasi bakteri dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu: metode cawan tuangtaburan Pour Plate Method dan
metode cawan gores Streak Plate Method seperti yang dilakukan pada penelitian ini. Metode awan tuang dilakukan dengan cara menginokulasi medium
agar yang sedang mencair pada temperatur 50
o
C dengan suspensi bahan yang mengandung bakteri dan menuangkannya ke dalam cawan petri, setelah
diinkubasi akan terlihat koloni-koloni yang tersebar di pemukaan agar. Mikroba dapat mendegradasi pestisida apabila mikroba tersebut telah
beradaptasi dengan lingkungan yang mengandung pestisida. Pada proses adaptasi tersebut terjadi sintesis enzim yang dibutuhkan untuk mendegradasi senyawa-
senyawa rekalsitran Gumbira dan Fauzi, 1996.
29 Sebelum melakukan pengujian kemampuan bakteri dalam mendegradasi
profenofos, bakteri diadaptasikan dahulu pada media padat NA adaptasi yang mengadung profenofos. Bakteri yang mampu tumbuh diuji kemapuannya
mendegradasi profenofos dengan uji pembentukan zona jernih pada media MSPY Mineral Salt Pepton Yeast yang mengandung profenofos. Bakteri tersebut
diinkolasi selama 4 hari. Pembuatan media padat NA adaptasi sama dengan media padat NA yang
mengadung nistayn. Perbedaanya pada media padat NA adaptasi tidak ditambahkan nistatyn tetapi ditambahkan profenofos dengan konsentrasi yang
berbeda. Analisis Aktivitas Mikroba dilakukan dengan metode Fluorescent
Diacetate Assay FDA seperti yang dilakukan Eggen 1999. FDA digunakan untuk membandingkan aktivitas mikroba hydrolitik dalam satu eksoterm yang
sama. Analisis FDA dilakukan dengan cara menginkubasi sampel dalam larutan buffer yang bertindak sebagai penerima elektron yang menurunkan warna
fluoroscent. Intensitas warna ditentukan dengan spektrofotometer. Metode kerja analisis mikroba secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 13.
30
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.
Penentuan Lokasi Penelitian
Penelitian mengenai bioremediasi lahan tercemar pestisida ini dilakukan dalam empat tahap. Tahap pertama adalah survei lahan pertanian yang
terkontaminasi pestisida dengan menganalisis residu pestisida. Tahap ke dua, di lahan tersebut dilakukan pengomposan pada CN rasio yang berbeda dengan
campuran bahan -bahan yang berasal dari lahan itu sendiri yaitu: daun wortel, kotoran sapi dan serbuk gergaji sebagai bulking agent. Tahap ke tiga adalah
melakukan uji toksisitas tanah yang sudah diremediasi menggunakan bayam Jepang. Tahap selanjutnya adalah mengisolasi bakteri yang ada di dalam
campuran pengomposan dan meguji bakteri apa saja yang berperan dalam mendegradasi pestisida selama proses pengomposan dengan menganalisis
aktivitas serta kemampuan degradasinya. Survei lahan pertanian kecuali sawah dimulai dari daerah Bogor.
Berdasarkan informasi dari Balai Penyuluhan Pertanian kabupaten Bogor, daerah yang intensif untuk pertanian hortikultura adalah di Desa Petir Kecamatan
Daramaga. Setelah dilakukan survei ke lapangan ternyata petani menanam lahan mereka tidak secara teratur sehingga penggunaan pestisida di lahan pertanian
tersebut kurang intensif. Sehingga residu pestisida tanah pertanian di Kecamatan Dramaga Desa Petir tidak dianalisis. Survei dilanjutkan ke daerah yan g lebih
tinggi yaitu Ciawi dan Cisarua. Residu pestisida tanah pertanian di daerah tersbut dianalisis dan hasilnya menunjukkan bahwa residu pestisida masih kecil. Survei
diteruskan ke daerah dataran tinggi yaitu di Kecamatan Pacet agropolitan karena tanaman hortikultura tumbuh baik pada daerah pegunungan dan suhu dingin.
Hasil analisis residu pestisida menunjukkan bahwa konsentrasi residu profenofos tinggi. Hasil analisis awal residu pestisida di lahan pertanian hortikultura di
Kecamatan Dramaga, Ciawi, Cisarua dan Pacet disajikan pada Tabel 6. Dengan demikian, Kecamatan Pacet Agropolitan ditetapkan sebagai lokasi penelitian.