2. Kadar Air
Kadar air merupakan perbandingan antara jumlah air dalam bahan dengan berat bahan keringnya Barbosa-Canovas dan Vega -Mercado,
1996. Kadar air yang terkandung di dalam bahan sangat mempengaruhi kualitas, nilai dan kesegaran bahan tersebut. Dalam keadaan segar, seledri
memiliki kadar air sebesar 85,33 bb. Kadar air daun seledri kering perlu diukur untuk menentukan
ketahanannya selama penyimpanan. Daun seledri kering yang dihasilkan memiliki kadar air berkisar antara 4,77 - 5,84 db. Kadar air
terendah terdapat pada daun seledri dengan lama pelayuan 18 jam dan lama pengeringan 28 jam. Kadar air daun seledri kering yang diperoleh
telah memenuhi standar mutu simplisia kering yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan RI, yaitu kurang dari 10 Depkes RI, 1995.
Selain itu, pada kadar air di atas 8 , senyawa glikosida yang ada pada tumbuhan akan mudah sekali terurai sehingga khasiat dari tumbuhan
tersebut akan berkurang Depkes RI, 1985. Senyawa glikosida yang terdapat pada seledri adalah glikosida apiin. Jika senyawa ini terurai, maka
khasiat seledri yang diperoleh tidak maksimal. Berdasarkan hasil analisa keragaman, lama pelayuan dan lama
pengeringan tidak berpengaruh nyata terhadap kadar air daun seledri kering yang dihasilkan. Hal ini disebabkan karena jumlah air yang bisa
diuapkan dari dalam daun sangat sedikit sehingga penurunan kadar air tidak begitu besar.
Kadar air yang terhitung pada daun seledri kering merupakan air terikat. Menurut Sebanek 1992, air terikat tidak bisa menguap dari
jaringan pada proses pengeringan denga n tekanan uap rendah. Oleh karena itu, tidak semua air yang ada di dalam daun bisa diuapkan.
3. Kadar Abu
Abu adalah komponen anorganik yang merupakan sisa pembakaran bahan organik. Kadar abu dihitung dari pengurangan berat
yang terjadi selama pembakaran sempurna dari bahan-bahan organik pada
suhu tinggi biasanya 500 – 600
o
C. Pengurangan berat ini terjadi karena penguapan senyawa -senyawa organik. Jumlah abu yang diperoleh tidak
akan sama dengan jumlah mineral yang terdapat pada bahan yang diuji karena mungkin saja terjadi loss akibat penguapan ataupun interaksi antar
unsur di dalamnya Park, 1996. Berdasarkan hasil pengujian, daun seledri kering yang dihasilkan
memiliki kadar abu antara 13,99-14,24 db. Nilai kadar abu ini memenuhi standar mutu simplisia kering yang dikeluarkan oleh
Departemen Kesehatan RI 1995, yaitu tidak boleh lebih dari 19 db. Kadar abu yang dihasilkan cukup tinggi karena daun seledri mengandung
mineral yang cukup banyak. Mineral yang paling banyak terdapat pada daun seledr i adalah potasium, fosfor, kalsium, besi dan magnesium
Wolski et al., 2002. Mineral ini juga membantu penguapan air dari dalam daun karena dapat merangsang pembukaan stomata Sebanek,
1992. Berdasarkan hasil analisa keragaman, lama pelayuan dan lama
pengeringan maupun kombinasi keduanya tidak memiliki pengaruh yang nyata terhadap kadar abu daun seledri kering. Hal ini disebabkan karena
tidak ada perlakuan yang menyebabkan keluarnya sebagian besar padatan terlarut mineral dari dalam sel daun.
4. Volatile Reducing Substances VRS