2. REALITAS UMUM GUGUS PULAU TALISE
2.1 Tata Letak dan Administrasi
Gugus Pulau Talise adalah pulau yang berada di ujung utara wilayah Kabupaten Minahasa Utara dengan luas sekitar 20 km
2
dan panjang pulau 6 km memanjang dari Utara ke Selatan, sedangkan lebar sekitar 2 km dari Timur ke
Barat. Secara administratif gugus pulau ini berbatasan dengan Pulau Biaro Kabupaten Sangihe Talaud di sebelah Utara; Pulau Gangga di sebelah Selatan;
Pulau Bangka di sebelah Timur dan laut Sulawesi di sebelah Barat. Gugus Pulau Talise sebenarnya terdiri dari 3 pulau, yang paling besar ukurannya yaitu Pulau
Talise, pulau yang lebih kecil adalah Pulau Kinabuhutan dan yang paling kecil adalah Pulau Komang yang hanya berupa kumpulan pohon bakau seluas 1 hektar.
Di gugus Pulau Talise terdapat Desa Talise yang terdiri dari tiga Dusun dimana Dusun I adalah Talise dan Dusun II yaitu Tambun berada di Pulau Talise
sedangkan Dusun III yaitu Kinabuhutan berada di Pulau Kinabuhutan. Dusun I merupakan pusat pemerintahan Desa Talise, sedangkan jarak Dusun I dan II
sekitar 3 km dan jarak antara Dusun I dan III sekitar 2,5 km yang dapat dijangkau dengan perahu.
Letak pemukiman Dusun I dan II berada di wilayah pesisir tepi pantai sekitar 200 m dari pantai ke arah darat dan di belakang pemukiman terdapat areal
perkebunan kelapa dengan status tanah negara milik Pemda Kabupaten Minahasa yang kini sudah tidak terawat lagi sehingga ada yang sudah ditebang dan
penduduk memanfaatkan lahan tersebut untuk menanam jagung, ketela, pisang, kelapa dan kacang mente. Dusun III terdiri dari dua pulau yaitu Pulau
Kinabuhutan dan Pulau Komang dan bila saat surut terendah kedua pulau ini kelihatan menyatu. Pulau Komang mempunyai luas sekitar 1 ha dan hanya
ditumbuhi mangrove, sedangkan Pulau Kinabuhutan memiliki luas sekitar 60 ha, dengan keadaan topografi cukup datar dan terdapat bukit kecil dengan ketinggian
sekitar 15 m. Menurut Kusen dkk., 1999, luas habitat pesisir Desa Talise adalah sekitar
295 ha. Pantai Pulau Talise dan Pulau Kinabuhutan berpasir putih dan hampir sepanjang pantai terdapat hutan mangrove dengan luas areal sekitar 62 ha,
11
umumnya mangrove berada di lokasi sekeliling Pulau Kinabuhutan, ujung barat daya dan tenggara Pulau Talise selain pantai di depan Dusun II, dan sebagian
dari Dusun I bagian utara. Ada beberapa lokasi tempat penebangan mangrove ditemukan, sedangkan
para pemuka kampung menginformasikan bahwa sekitar 30 – 40 tahun lalu Pulau Kinabuhutan dikelilingi oleh mangrove yang cukup tebal. Pemanfaatan hutan
mangrove oleh penduduk sudah berlangsung sejak lama sehingga secara turun temurun telah mengenal manfaat hutan sebagai sumber ekonominya.
Kawasan hutan pesisir atau hutan di daratan bukit Pulau Talise sangat potensial untuk tujuan ekowisata, selain tujuan ekowisata pada obyek pantai dan
hutan mangrove. Gugus Pulau Talise memiliki bukit dengan ketinggian kurang lebih 350 m pada puncaknya. Hutan Pulau Talise umumnya berada pada
ketinggian 100 m menurut kemiringan dengan status Hutan Produksi Terbatas HPT. Berkurangnya luas hutan ini merupakan akibat dari kegiatan penebangan
hutan untuk dimanfaatkan kayunya yang dilakukan oleh penduduk Desa Talise maupun penduduk dari luar desa tersebut serta akibat perluasan areal lahan untuk
berkebun. Di hutan alam tersebut ditemukan jenis hewan seperti Monyet Hitam Macacca nigra
, Ular Phyton, Kuse Ailurops ursinus, beberapa jenis burung serta kelelawar. Perlu mendapat perhatian adalah adanya perburuan beberapa
jenis hewan oleh pemburu lokal dan adanya penebangan liar kayu hutan termasuk kayu hitam ebony sehingga terjadi degradasi luasan hutan. Pada saat sekarang
bahkan sudah terjadi pembakaran hutan untuk membuka lahan pertanian. Hal ini menyebabkan berkurangnya luasan hutan yang pada tahun 1994 luasnya sekitar
959 ha sdangkan pada tahun 1998 tersisa 533 ha dan mengancam hutan serta satwa penghuni hutan menjadi habis.
Pulau Kinabuhutan yang merupakan bagian dari administrasi Desa Talise adalah pulau yang mendapat tekanan proses geomorfologi pantai, dimana proses
erosi garis pantai sedang berlangsung. Hal ini diduga karena adanya pemanfaatan hutan mangrove yang sudah berlangsung sejak lama oleh masyarakat setempat.
Karena justru di bagian pulau yang tadinya pernah ditumbuhi hutan mangrove inilah sekarang banyak terjadi interusi air laut permukaan, sehingga bila pasang
tertinggi atau musim hujan, air akan masuk sampai di daerah pemukiman.
12
2.2 Struktur Keadaan