Pemanfaatan Sistem Informasi Geografi dalam Pengelolaan Pulau-

menjadi dasar dalam menilai, merencanakan, membina dan mengembangkan suatu kawasan MacKinnon et al., 1992 Adapun kriteria yang dijadikan dasar penilaian suatu kawasan harus mencerminkan kepentingan-kepentingan seperti : kepentingan pengembangan dan pemanfaatan kawasan, kepentingan konservasi sumberdaya alam, kepentingan bagi masyarakat disekitarnya dan kepentingan bagi pendidikan. Masing-masing kriteria terdiri dari unsur-unsur yang sangat berkaitan dan memiliki nilai atau bobot yang berbeda satu dengan yang lainnya tergantung dari tingkat manfaat sumberdaya tersebut terhadap kepentingan pengelolaan kawasan Pulau Talise.

4.7 Pemanfaatan Sistem Informasi Geografi dalam Pengelolaan Pulau-

pulau Kecil Salah satu bidang yang banyak memanfaatkan perkembangan teknologi sekarang ini adalah sistem informasi. Untuk itu dikembangkan suatu bentuk basis data berbasis komputer yang merupakan inti dari suatu sistem informasi. Bidang lain yang juga memanfaatkan perkembangan sistem digital ini adalah bidang survey dan pemetaan, yaitu dikembangkannya sistem pemetaan digital. Integrasi dari sistem pemetaan digital, sistem basis data dan sistem informasi menghasilkan suatu sistem yang dikenal saat ini sebagai Sistem Informasi Geografis SIG. Hal yang terpenting dari SIG ini adalah kemampuan untuk memadukan berbagai jenis data, baik data spasial yang berkaitan dengan keruangan, posisilokasi maupun data tekstualatribut non-grafis, menjadi suatu informasi yang dapat membantu pemecahan masalah secara terorganisasi dalam kaitan keruangan posisilokasi. Fungsi utama SIG adalah mengumpulkan data, menyimpan, memanipulasi, analisis dan presentasi grafik. Kemampuan mencari data query dapat menghubungkan antara data spasial dan data atribut dimana dapat dilakukan penampalan overlay beberapa peta. Sistem Informasi Geografis SIG adalah salah satu alat yang dapat digunakan untuk menunjang pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir pulau-pulau kecil. Perencanaan spasial atau keruangan di wilayah pesisir lebih kompleks dibandingkan dengan perencanaan spasial di daratan Dahuri, 1997, karena 1 perencanaan di daerah pesisir harus mengikutsertakan semua aspek yang berkaitan baik dengan wilayah daratan maupun lautan; 2 aspek daratan dan 43 lautan tidak dapat dipisahkan secara fisik oleh garis pantai karena saling berinteraksi dan bersifat dinamis sesuai dengan proses-proses fisik dan biogeokimia yang terjadi; 3 bentang alam wilayah pesisir secara cepat berubah dibanding dengan daratan karena hasil interaksi tadi. Gunawan 1998 menyatakan bahwa pada umumnya Sistem Informasi Geografi SIG dipahami memiliki kontribusi besar dalam pengelolaan wilayah pesisir, yaitu : • Membantu memfasilitasi pihak sektoral, swasta dan Pemda yang merencanakan sesuatu, dapat dipetakan dan diintegrasikan untuk mengetahui pilihan-pilihan manajemen atau alternatif perencanaan yang paling optimal. Kombinasi kegiatan yang sinergis dan secara ekonomis menguntungkan serta dapat meminimalisasikan dampak lingkungannya dapat ditampilkan. • Sebagai alat untuk penunjang dalam pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir yang berwawasan lingkungan. Dengan menggunakan SIG, secara mudah dan cepat kita dapat melakukan analisis keruangan spasial analysis dan pemantauan terhadap perubahan lingkungan di kawasan tersebut. Selain itu juga dapat mempermudah dalam penataan ruang sesuai potensi sumberdaya yang sesuai dengan daya dukung lingkungannya. SIG dapat mempermudah melakukan analisis keruangan dan pemantauan perubahan ekologi wilayah pesisir. Tahap pertama dari aplikasi SIG adalah pengembangan database sumberdaya pulau-pulau kecil. Pengembangan ini ditunjang oleh data apa saja yang diperlukan maupun data tambahan seperti data geografi baik fisik dan non fisik yang harus diidentifikasi dan diinventarisasi. Pada tahap pembuatan rancang bangun melalui proses pemetaan digital, setiap objek diberi kode dan komponen spasial digambarkan dalam bentuk lokasi, sehingga memungkinkan adanya penyajian secara grafis. Agar obyek yang digambarkan dapat dimengerti oleh pengguna peta, maka setiap obyek yang terdapat di muka bumi diberi atribut. Semua data grafis dan non grafis disimpan dalam suatu tempat yang disebut basis data spasial spatial database. 44 Tahapan yang dilakukan sesudah rancang bangun terbentuk adalah tahap implementasi rancang bangun yang dibuat yaitu dalam bentuk uji coba area yang dipilih sebagai prototipe dengan proses yang harus dilakukan adalah : - pemilihan perangkat lunak - pengolahan dan pemeriksaan data hasil dari pengumpulan data - penyimpanan data hasil pengolahan - pemrosesan data sesuai dengan informasi yang diperlukan Dalam layer basis data kelautan maka pembangunan basis data kelautan yang akan disajikan adalah : a layer dasar data topografi, batimetri, hidrologi infrastruktur b layer batas administrasi batas propinsi, kabupaten, kota c layer lingkungan pasang surut, angin, kehidupan kawasan pulau kecil, flora dan fauna, data geologi laut, tata guna lahan d layer ekonomi, kegiatan manusia dan kultur sosial infrastruktur ekonomi, aktivitas manusia di pulau kecil, penyebaran penduduk, kebudayaan. Untuk data geografi yang digunakan sebaiknya berskala besar minimal 1 : 25.000 karena zona pulau kecil dan wilayah pesisirnya yang sempit. Contoh lain dari aplikasi SIG dalam pengelolaan wilayah pesisir adalah : pencemaran, perikanan, vegetasi pantai, pariwisata dan lain-lain. Perencanaan penggunaan lahan, pengelolaan dan kebijaksanaan yang diambil oleh seseorang perencana selalu akan berdasarkan pada faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik lahan dan sosial ekonomi dan SIG dapat mendukung dalam pengambilan keputusan yang akan dibuat. Penyusunan suatu Rencana Tata Ruang, beberapa faktor yang harus diperhatikan adalah faktor sosial budaya, ekonomi, aspek fisik lahan sehingga akan memberikan manfaat optimal bagi stakeholdermasyarakat dalam jangka waktu yang ditetapkan. Pemanfaatan sistem informasi geografi untuk membantu pengelolaan Pulau Talise yang berkelanjutan yaitu dengan mengamati kesesuaian pemanfaatan lahan pesisir yang ada dan prospek pengembangannya. Adanya hasil kesesuaian tersebut diharapkan akan lebih memudahkan bagi pengambil kebijakan dalam membuat suatu kebijakan pengelolaan pulau kecil secara terpadu. 45

4.8 Multicriteria Decision Making MCDM

Dokumen yang terkait

Kajian Kesesuaian dan Daya Dukung Ekosistem Mangrove untuk Pengembangam Ekowisata di Gugus Pulau Tanakeke Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan

0 9 183

Kajian model kesesuaian pemanfaatan sumberdaya pulau pulau kecil berbasis kerentanan dan daya dukung di Kecamatan Liukang Tupabbiring, Kabupaten Pangkajene Kepulauan, Provinsi Sulawesi Selatan

6 118 231

Rancangbangun pengelolaan pulau pulau kecil berbasis pemanfaatan ruang (kasus gugus pulau Kaledupa, Kabupaten Wakatobi)

0 7 140

Pengelolaan Sumberdaya Pulau Kecil Untuk Ekowisata Bahari Berbasis Kesesuaian Dan Daya Dukung. (Studi Kasus Pulau Matakus, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Provinsi Maluku)

0 21 328

Rancangbangun pengelolaan pulau-pulau kecil berbasis pemanfaatan ruang (kasus gugus Pulau Kaledupa, Kabupaten Wakatobi)

2 24 150

Pengembangan wisata bahari dalam pengelolaan sumberdaya pulau-pulau kecil berbasis kesesuaian dan daya dukung (Studi kasus Pulau Sebesi Provinsi Lampung)

0 3 18

Kajian model kesesuaian pemanfaatan sumberdaya pulau-pulau kecil berbasis kerentanan dan daya dukung di Kecamatan Liukang Tupabbiring, Kabupaten Pangkajene Kepulauan, Provinsi Sulawesi Selatan

1 26 436

Pengelolaan Sumberdaya Pulau Kecil Untuk Ekowisata Bahari Berbasis Kesesuaian Dan Daya Dukung. (Studi Kasus Pulau Matakus, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Provinsi Maluku)

2 11 159

Kajian Kesesuaian dan Daya Dukung Ekosistem Mangrove untuk Pengembangam Ekowisata di Gugus Pulau Tanakeke Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan

2 6 173

Kebutuhan Dasar Kesehatan Masyarakat di Pulau Kecil: Studi Kasus di Pulau Gangga Kecamatan Likupang Barat Kabupaten Minahasa Utara Provinsi Sulawesi Utara

0 0 9