Kapasitas Asimilasi KAJIAN PUSTAKA

a kawasan preservasi yaitu kawasan yang memiliki nilai ekologis tinggi seperti tempat berbagai hewan untuk melakukan kegiatan reproduksinya, dan sifat- sifat alami yang dimilikinya seperti green belt. Kegiatan yang boleh dilakukan di kawasan ini adalah untuk yang bersifat penelitian dan pendidikan, rekreasi alam yang tidak merusak, kawasan ini paling tidak meliputi 20 dari total areal. b kawasan konservasi yaitu kawasan yang dapat dikembangkan namun tetap dikontrol, seperti perumahan, perikanan rakyat, dan kawasan ini meliputi tidak kurang dari 30 total area c kawasan pengembangan intensif termasuk didalamnya kegiatan budidaya secara intensif. Limbah yang dibuang dari kegiatan ini tidak boleh melewati batas kapasitas asimilasi kawasan perairan. Zona ini mencakup 50 dari total kawasan.

4.5 Kapasitas Asimilasi

Limbah waste yang dihasilkan dari aktivitas manusia tidaklah selalu seluruhnya berupa bahan pencemar, walaupun setiap tahun proporsi dari limbah yang dapat diklasifikasikan sebagai bahan pencemar meningkat dalam proporsinya dari tingkat total limbah yang dihasilkan UNEP, 1993. Peningkatan proporsi limbah yang dihasilkan dari aktivitas manusia yang diklasifikasikan sebagai pencemar ini disebabkan karena peningkatan dan perkembangan penggunaan dari bahan kimia sintetis yang tidak ditemukan di alam. Karena proses biokimia alami tidak memiliki enzim yang dibutuhkan untuk menguraikan limbah itu, maka limbah itu akan menjadi pencemar yang merugikan. Limbah pada dasarnya dapat menjadi sumberdaya dan dapat juga menjadi pencemar. Gunnerson 1987 meneliti bahwa lebih dari selusin kasus dari limbah cair buangan ke laut, dengan rancangan yang sesuai untuk saluran pembuangan, ternyata lebih banyak keuntungan yang didapat daripada kerugiannya terhadap lingkungan. Perbedaan utama dari sumberdaya dan pencemar itu adalah meliputi karakteristik dari lingkungan penerima limbah, kualitas dari limbah yang dibuang dan waktu limbah di buang UNEP, 1993. Limbah yang mengandung nutrien esensial yang diperlukan oleh alam adalah sumberdaya. Limbah yang mempunyai efek netral terhadap alam dapat diklasifikasikan sebagai gangguan biasa, 34 sedangkan yang merusak alam lingkungan adalah pencemar. Sejumlah limbah yang dapat dibuang ke alam tanpa mencemari dikenal sebagai kapasitas asimilasi dari lingkungan tersebut UNEP, 1993. Quano 1993 mendefinisikan kapasitas asimilasi sebagai kemampuan air atau sumber air dalam menerima pencemaran limbah tanpa menyebabkan terjadinya penurunan kualitas air yang ditetapkan sesuai peruntukkannya. Sementara itu konsentrasi dari partikel polutan yang masuk ke perairan akan melalui tiga macam fenomena yaitu pengenceran dilution, penyebaran dispersion dan reaksi penguraian decay of reaction. Pengenceran terjadi pada arah vertikal ketika air limbah sampai di permukaan perairan, sedangkan penguraian merupakan pengenceran pada permukaan perairan ketika limbah tercampur karena gelombang. Beberapa metoda yang biasa digunakan untuk menentukan nilai kapasitas asimilasi dikemukakan oleh Quano 1993, sebagai berikut : • Penghitungan Nilai Pengurangan Limbah Awal, Dispersi dan Penguraian Untuk menentukan nilai limbah awal, ditentukan beberapa faktor antara lain kecepatan percampuran antara limbah dan air, kedalaman air limbah di badan air, lebar penyebaran limbah dan debit air limbah. Untuk dispersi limbah nilainya ditentukan dari faktor jarak sepanjang garis aliran limbah, kecepatan percampuran dan lebar dari sistem penyebaran limbah. Nilai untuk penguraian limbah perlu hitung waktu yang dibutuhkan untuk mencapai nilai 90 bakteri mati, kecepatan percampuran dan jarak aliran limbah. ƒ Metode Hubungan Antara Kualitas Air dan Beban Limbahnya Dengan metode ini, nilai kapasitas asimilasi ditentukan dengan cara memplotkan nilai-nilai kualitas air suatu perairan pada kurun waktu tertentu dengan beban limbah yang dikandungnya ke dalam suatu grafik, yang selanjutnya direferensikan dengan nilai baku mutu air yang diperuntukkan bagi biota dan budidaya berdasarkan Kep.Men KLH No. 02Men-KLH1988 dari titik potong yang diperoleh melalui grafik ini kemudian diketahui waktu tahun terjadinya dan selanjutnya dilihat nilai beban limbahnya. Nilai beban limbah inilah yang dimaksud dengan nilai kapasitas asimilasi Dahuri, 2000. 35

4.6 Pengelolaan Pulau-pulau Kecil Berbasis Daya Dukung

Dokumen yang terkait

Kajian Kesesuaian dan Daya Dukung Ekosistem Mangrove untuk Pengembangam Ekowisata di Gugus Pulau Tanakeke Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan

0 9 183

Kajian model kesesuaian pemanfaatan sumberdaya pulau pulau kecil berbasis kerentanan dan daya dukung di Kecamatan Liukang Tupabbiring, Kabupaten Pangkajene Kepulauan, Provinsi Sulawesi Selatan

6 118 231

Rancangbangun pengelolaan pulau pulau kecil berbasis pemanfaatan ruang (kasus gugus pulau Kaledupa, Kabupaten Wakatobi)

0 7 140

Pengelolaan Sumberdaya Pulau Kecil Untuk Ekowisata Bahari Berbasis Kesesuaian Dan Daya Dukung. (Studi Kasus Pulau Matakus, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Provinsi Maluku)

0 21 328

Rancangbangun pengelolaan pulau-pulau kecil berbasis pemanfaatan ruang (kasus gugus Pulau Kaledupa, Kabupaten Wakatobi)

2 24 150

Pengembangan wisata bahari dalam pengelolaan sumberdaya pulau-pulau kecil berbasis kesesuaian dan daya dukung (Studi kasus Pulau Sebesi Provinsi Lampung)

0 3 18

Kajian model kesesuaian pemanfaatan sumberdaya pulau-pulau kecil berbasis kerentanan dan daya dukung di Kecamatan Liukang Tupabbiring, Kabupaten Pangkajene Kepulauan, Provinsi Sulawesi Selatan

1 26 436

Pengelolaan Sumberdaya Pulau Kecil Untuk Ekowisata Bahari Berbasis Kesesuaian Dan Daya Dukung. (Studi Kasus Pulau Matakus, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Provinsi Maluku)

2 11 159

Kajian Kesesuaian dan Daya Dukung Ekosistem Mangrove untuk Pengembangam Ekowisata di Gugus Pulau Tanakeke Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan

2 6 173

Kebutuhan Dasar Kesehatan Masyarakat di Pulau Kecil: Studi Kasus di Pulau Gangga Kecamatan Likupang Barat Kabupaten Minahasa Utara Provinsi Sulawesi Utara

0 0 9