Struktur Keadaan REALITAS UMUM GUGUS PULAU TALISE

2.2 Struktur Keadaan

Masyarakat Jumlah penduduk desa menurut kantor statistik Kabupaten Minahasa tahun 1993 sekitar 1745 jiwa sedangkan laporan Kepala Desa sampai tahun 1998 sebanyak 2007 jiwa. Penduduk Desa Talise secara etnik hampir homogen, diindikasikan ada sekitar 97 berasal dari suku Sangir, 2 Bajo, 1 dari Minahasa, sedangkan dalam hal golongan agama ada sekitar 68 Kristen Protestan dan 32 Islam. Kegiatan produktif dari penduduk Desa Talise adalah bertani dan nelayan Tabel 1. Tabel 1 . Kegiatan Produktif Penduduk Desa Talise No. Kegiatan Produktif Presentasi 1 Bertani 77 2 Menangkap ikan 69 3 Mengumpul hasil laut dengan tanganalat 58 4 Pasca panen 30 5 Memelihara hewan 19 6 Pegawai budidaya mutiara 10 7 Berdagang selain ikan 10 8 Pemanjat kelapa 9 9 Usaha warung 9 10 Tukang kayu 9 11 Pengasap kelapa fufu kelapa 8 12 Pembuat perahu 7 13 Penjual ikan 5 14 Lain-lain 13 Sumber : Crawford dkk., 1999 : termasuk guru SD,SMP, pegawai PLN, pekerja toko, operator taksi air, penjaga perkebunan. Hasil utama bidang pertanian adalah ketela pohon, pisang, kelapa dan jagung. Sedangkan kegiatan sebagai nelayan adalah menangkap ikan dengan cara mengunakan alat tangkap yang berbeda-beda seperti pancing julur, panah, jaring lempar, jaring tanam, sesuai dengan kemampuan masing-masing dan umumnya masih sederhana dengan hasil tangkapan jenis ikan karang seperti ikan kerapu, ikan beronang, ikan kakatua dan beberapa jenis ikan lain dalam jumlah yang lebih sedikit. Selain kegiatan penangkapan ikan yang sudah ada maka kegiatan perikanan lain yang dapat dikembangkan seperti usaha mariculture 13 berupa budidaya ikan kerapu atau budidaya rumput laut. Selain itu ada juga penduduk yang bekerja di perusahaan budidaya kerang mutiara dan ternyata kegiatan ini cukup untuk menambah penghasilan mereka. Kegiatan produktif utama masyarakat Desa Talise adalah bertani, maka ada beberapa jenis hasil pertanian yang dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari dan ada juga sebagian hasil yang dijual. Hasil pertanian masyarakat Desa Talise seperti pada Tabel 2. Tabel 2 . Hasil Tanaman Pertanian Rakyat Desa Talise No Hasil Pertanian Persentase 1 Ketela pohon 95.3 2 Pisang 74.4 3 Kelapa 30.2 4 Jagung 22.1 5 Sayuran 12.8 6 Padi 12.8 7 Bumbu dapur 11.7 8 Cabe 10.6 9 Talas 7.0 10 Mangga 5.8 11 Kacang mente 4.7 12 Tomat 2.7 Sumber : Crawford dkk., 1999 Namun demikian hasil pertanian dari kegiatan produktif ini masih dalam jumlah produksi yang rendah. Hal ini disebabkan oleh teknik bertani yang dikuasai masyarakat masih tradisional baik saat persiapan lahan penanaman, pemeliharaan, panen dan pasca panen. Cara persiapan lahan dengan membakar kebunalang-alang sebelum ditanami sering menyebabkan kebakaran hutan. Jenis tanaman yang ditanam adalah tanaman musiman seperti jagung, pisang, mente dan ketela pohon. Ada juga hal lain yang menyebabkan kurang perhatiannya masyarakat atas usaha dalam mengembangkan sektor pertanian yang intensif yaitu status kepemilikan tanah yang masih milik pemerintah HGU, sehingga jenis tanaman yang diusahakan hanya bersifat sementara. Untuk hal ini dapat dusahakan izin menggarap tanahlahan perkebunan dari Pemerintah Kabupaten ataupun 14 pengalihan izin bagi masyarakat setempat. Kondisi lahan yang berbukit dan gundul akibat perambahan hutan dan mempercepat erosi juga tidak dapat menjamin produktivitas pertanian dan dapat mengancam sedimentasi di daerah terumbu karang. Selain kegiatan bertani, kegiatan utama lain yang dilakukan oleh masyarakat adalah mencari menangkap ikan. Kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan oleh masyarakat umumnya masih menggunakan alat tangkap yang sederhana. Hasil survei Crawford dkk., 1999 menyatakan bahwa terbanyak menggunakan alat tangkap pancing ulur sebesar 67.5 , menggunakan panah ikan 20.8 dan jaring lempar 18.5 . Ada juga yang menggunakan jaring insang, jaring tanam dan alat tangkap yang lain namun hanya sekitar 5 yang menggunakannya. Sedangkan jenis perahu yang digunakan sebagian besar menggunakan perahu jenis londe hanya untuk 2 orang sebanyak 124 buah, kemudian perahu jenis pelang untuk 3-4 orang sebanyak 54 buah dan jenis perahu bolotu tidak menggunakan sayap, untuk 2-3 orang ada 16 buah, ada juga jenis yang lain seperti perahu bodi, rorehe, katingting, tetapi penggunanya hanya sedikit sekali. Struktur masyarakat gugus Pulau Desa Talise pada saat ini data 2006- 2007 sudah mengalami perubahan baik pada jumlah penduduk maupun untuk tingkat pendidikan seperti dalam Tabel 3. Pada Tabel 3 disebutkan bahwa kegiatan produktif paling besar persentasenya adalah sebagai nelayan. Hal ini disebabkan karena di Kinabuhutan sebagian besar penduduknya adalah sebagai nelayan, sedangkan untuk Dusun Tambun dan Dusun Talise persentase antara nelayan dan petani hampir berimbang. Disamping itu selain sebagai nelayan juga sebagai pengumpul ikan hasil tangkapan dimana untuk Dusun I hanya terdapat 1 pengumpul dan Dusun II ada 4 pengumpul, sedangkan Dusun III ada 10 orang pengumpul ikan. Masing-masing pengumpul mengumpul ikan hasil tangkapan dalam tong yang berkapasitas 60 kg, dimana tiap pengumpul dapat memiliki 1 sampai 4 tong. 15 Tabel 3 . Struktur Masyarakat Gugus Pulau Desa Talise 2006-2007 Struktur Masyarakat Pulau Talise Tingkat Pendidikan SD = 802 orang SMP = 384 orang SMA = 274 orang PT = 46 orang Meliputi yang sedang bersekolah maupun yang sudah selesai sekolah Struktur Penduduk Jumlah KK = 641 KK Laki-laki = 1171 Perempuan = 1153 Jumlah jiwa = 2324 orang Petani = 113 KK = 18 Nelayan = 329 KK = 51 Dagang = 56 KK = 9 Tukang = 48 KK = 7 PNS = 22 KK = 3 Pengusaha = 27 KK = 4 Pensiunan TNI = 3 KK = 1 Lain-lain = 43 KK = 7 Hasil Pertanian dan Perikanan KelapaKopra =6.500kgkwartal Jambu mente = 3.000 kgpanen Jenis-jenis ikan = 18.000kgbulan gelap atau musim tangkap Kwartal = tiap 4 bulan di panen Jenis ikan seperti kembung, ekor kuning, kerapu dll. Pendapatan Penduduk ≤ Rp. 200000 = 219 KK = 34 ≤ Rp. 300000 = 112 KK = 18 ≤ Rp. 500000 = 182 KK = 28 Rp. 500000 = 128 KK = 20 Agama Islam = 1077 orang = 46 Kristen Protestan = 1246 orang =53 Kristen Katolik=1orang= 0,04 Dusun Kinabuhutan tidak memiliki hasil pertanian karena tidak ada lahan untuk memproduksinya. Dusun Talise dan Tambun memiliki hasil pertanian berupa kopra hasil dari pohon kelapa dan jambu mente. Adanya hasil pertanian ini membuat masyarakat gugus Pulau Desa Talise memiliki alternatif pendapatan selain sebagai nelayan. Ada juga beberapa jenis pekerjaan lain yang menjadi sumber pendapatan, seperti sebagai tukang, buruh, PNS, pedagang, dimana alternatif-alternatif pekerjaan ini dapat dikembangkan melalui pelatihan atau peningkatan pendidikan yang berhubungan dengan peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Kegiatan produktif umumnya sebagai nelayan tangkap tidak ada budidaya dan hasil tangkapan umumnya berupa jenis ikan karang seperti ikan kerapu, ikan beronang, ikan kakatua, ada juga menggunakan pancing menangkap 16 ikan kembung dan ikan ekor kuning. Hanya beberapa nelayan yang menangkap ikan cakalang. Daerah penangkapan yang terjauh yaitu untuk menangkap ikan cakalang, antara perairan bagian Utara Talise sampai bagian Timur, Kabupaten Minahasa Utara. Selain sumberdaya yang ada baik di darat maupun di laut maka wilayah pesisir gugus Pulau Talise juga dapat dijadikan sebagai kawasan ekowisata. Hal ini dapat dilihat dari kondisi alamnya yang memiliki hutan tropis dengan satwa endemik Sulawesi seperti Tarsius Tarsius spectrum, Kuse Ailurops ursinus, Monyet hitamMacaca nigra dan juga vegetasi hutan yang ditumbuhi pohon jenis lingua Ptercarpus indicus, matoa Pometia pinnata, dan kayu hitam Diospyros sp. Selain itu Desa Talise juga memiliki beberaapa tempat menarik seperti gua kelelawar, pantai pasir putih, bangunan sejarah peninggalan jaman Belanda. Pengembangan bidang ekowisata dalam skala kecil dapat dilakukan oleh masyarakat Desa Talise dengan bantuan difasilitasi oleh pemerintah. 17

3. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

Dokumen yang terkait

Kajian Kesesuaian dan Daya Dukung Ekosistem Mangrove untuk Pengembangam Ekowisata di Gugus Pulau Tanakeke Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan

0 9 183

Kajian model kesesuaian pemanfaatan sumberdaya pulau pulau kecil berbasis kerentanan dan daya dukung di Kecamatan Liukang Tupabbiring, Kabupaten Pangkajene Kepulauan, Provinsi Sulawesi Selatan

6 118 231

Rancangbangun pengelolaan pulau pulau kecil berbasis pemanfaatan ruang (kasus gugus pulau Kaledupa, Kabupaten Wakatobi)

0 7 140

Pengelolaan Sumberdaya Pulau Kecil Untuk Ekowisata Bahari Berbasis Kesesuaian Dan Daya Dukung. (Studi Kasus Pulau Matakus, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Provinsi Maluku)

0 21 328

Rancangbangun pengelolaan pulau-pulau kecil berbasis pemanfaatan ruang (kasus gugus Pulau Kaledupa, Kabupaten Wakatobi)

2 24 150

Pengembangan wisata bahari dalam pengelolaan sumberdaya pulau-pulau kecil berbasis kesesuaian dan daya dukung (Studi kasus Pulau Sebesi Provinsi Lampung)

0 3 18

Kajian model kesesuaian pemanfaatan sumberdaya pulau-pulau kecil berbasis kerentanan dan daya dukung di Kecamatan Liukang Tupabbiring, Kabupaten Pangkajene Kepulauan, Provinsi Sulawesi Selatan

1 26 436

Pengelolaan Sumberdaya Pulau Kecil Untuk Ekowisata Bahari Berbasis Kesesuaian Dan Daya Dukung. (Studi Kasus Pulau Matakus, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Provinsi Maluku)

2 11 159

Kajian Kesesuaian dan Daya Dukung Ekosistem Mangrove untuk Pengembangam Ekowisata di Gugus Pulau Tanakeke Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan

2 6 173

Kebutuhan Dasar Kesehatan Masyarakat di Pulau Kecil: Studi Kasus di Pulau Gangga Kecamatan Likupang Barat Kabupaten Minahasa Utara Provinsi Sulawesi Utara

0 0 9