Karakteristik Subjek Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada penelitian ini telah dilakukan pemeriksaan pada pasien dengan dugaan onikomikosis yang berjumlah 35 orang. Semua subjek penelitian telah menjalani anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan dermatologi, pemeriksaan kultur jamur dan pemeriksaan PCR-RFLP. Karakteristik kasus berdasarkan jenis kelamin, umur, pekerjaan gambaran klinis dan lokasi kuku yang terinfeksi jamur dapat di lihat pada tabel di bawah ini.

4.1. Karakteristik Subjek Penelitian

4.1.1. Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 4.1 Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin jenis Kelamin Frekuensi Persentase Perempuan 25 71.4 Pria 10 28.6 Total 35 100.0 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar subjek penelitian adalah dengan jenis kelamin perempuan 71,4. Pada penelitian Gelotar dkk pada tahun 2011 di Gujarat dari 45 kasus onikomikosis dijumpai terjadi lebih banyak pada wanita yaitu 80 akibat pekerjaan yang sering kontak dengan air dan pada pria yaitu 20. 8 Pada penelitian Adrian pada tahun 2000 di Rumah Sakit Umum Daerah Dr Pirngadi Medan penderita onikomikosis paling banyak dijumpai pada wanita yaitu 21 orang 70 dan pria 9 orang 30. 46 Universitas Sumatera Utara 4.1.2. Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Umur Tabel 4.2 Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Umur No. Usia Frekuensi Persentase 1. 16-25 tahun 8 22,9 2. 26-35 tahun 4 11,4 3. 36-45 tahun 6 17,1 4. 46-55 tahun 7 20,0 5. 6. 56-65 tahun 66-75 tahun 8 2 22,9 5,7 Total 35 100,0 Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa subjek penelitian yang terbanyak berdasarkan umur penderita onikomikosis mayoritas berusia 16-25 tahun yaitu 8 orang 22,9, berusia 56-65 tahun 22,9 dan minoritas berusia antara 66-75 tahun yaitu 2 orang 5,7. Pada penelitian ini onikomikosis juga banyak ditemukan pada usia dewasa muda diduga berhubungan dengan penggunaan sepatu yang tertutup dan banyak aktivitas pada waktu luang. 3 Pada penelitian Adrian pada tahun 2000 di Rumah Sakit Umum Daerah Dr Pirngadi Medan penderita onikomikosis paling banyak dijumpai pada usia 21- 30 tahun yaitu 23,3. 46 Pada penelitian Gupta dkk pada tahun 2005-2006 di India usia terbanyak yang dijumpai menderita onikomikosis adalah pada usia 40-60 tahun. 16 Beberapa penelitian menunjukkan prevalensi penyakit onikomikosis dapat meningkat karena pertambahan usia, hal ini diduga akibat sirkulasi pembuluh darah perifer yang terganggu, penyakit penyerta seperti diabetes melitus, trauma pada kuku, gangguan daya tahan tubuh dan higiene yang jelek pada kuku. 2 Universitas Sumatera Utara 4.1.3. Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Pekerjaan Tabel 4.3 Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Pekerjaan Pekerjaan Frekuensi Persentase Buruh kebun 8 22.9 Ibu rumah tangga 9 25.7 Mahasiswa 8 22.9 Pembantu rumah tangga 5 14.3 Pensiunan PNS 1 2.9 Tidak bekerja 4 11.4 Total 35 100.0 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa subjek penelitian yang terbanyak adalah dengan pekerjaan ibu rumah tangga 25,7 diikuti dengan mahasiswa dan buruh kebun masing-masing 22,9 dan yang terendah adalah pensiunan PNS 2,9. Pada beberapa penelitian menunjukkan kejadian onikomikosis meningkat berhubungan dengan pekerjaan yang sering kontak dengan air seperti pembantu rumah tangga dan ibu rumah tangga. 3,5 Pada penelitian Adrian pada tahun 2000 di Rumah Sakit Umum Daerah Dr Pirngadi Medan penderita onikomikosis paling banyak dijumpai pada ibu rumah tangga 30, perawat 26,7 dan pencuci mobil 10. 46 Pada penelitian Ahmed dkk tahun 2010 di Karachi dijumpai dari 16 pasien perempuan yang menderita onikomikosis 14 adalah pembantu rumah tangga yang pekerjaannya sering kontak dengan air, membersihkan rumah dan mencuci pakaian. 5 Universitas Sumatera Utara 4.1.4. Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Gambaran Klinis Tabel 4.4 Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Gambaran Klinis Gambaran Klinis Frekuensi Persentase Onikomikosis Candida 14 40,0 Onikomikosis Distrofik Total 10 28,5 Onikomikosis Subungual Distal dan Lateral 11 31,4 Total 35 100,0 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa gambaran klinis onikomikosis yang paling banyak dijumpai pada subjek penelitian adalah onikomikosis candida 14 40, onikomikosis subungual distal dan lateral 10 28,5 dan onikomikosis distrofik total 11 31,4. Onikomikosis candida semakin banyak ditemukan pada individu dengan penurunan kekebalan sebagai akibat dari penuaan, diabetes, penyakit vaskuler, dan penggunaan antibiotik spektrum luas. 3,8 Keterpaparan kronis terhadap kelembaban dan bahan kimia termasuk detergen, trauma seperti yang ditemukan pada ibu rumah tangga, petani dan nelayan, memberi kontribusi kepada onikomikosis candida yang disertai dengan paronikia. 3,8 Pada penelitian Gupta dkk pada tahun 2007 di India dijumpai dari 130 pasien onikomikosis gambaran klinis yang paling banyak dijumpai adalah onikomikosis subungual distal dan lateral yaitu 9573,1, onikomikosis candida 1914,6, onikomikosis distrofik total 9 7,7 dan onikomikosis superfisial putih 6 4,6. 16 Universitas Sumatera Utara 4.1.5. Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Lokasi Kuku Tabel 4.5 Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Lokasi Kuku Lokasi Frekuensi Persentase Kuku kaki 21 60 Kuku tangan 14 40 Total 35 100,0 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pada subjek penelitian lokasi kuku yang terkena lebih banyak dijumpai pada kuku kaki 21 60 sedangkan pada kuku tangan 14 40. Pada penelitian Rizal pada tahun 2010 di RSUP Haji Adam Malik Medan pada 32 kasus onikomikosis dijumpai lokasi kuku yang terkena paling banyak pada kuku jari kaki yaitu 21 63,6 dan kuku jari tangan 12 36,4. 6 Kuku kaki lebih sering terserang daripada kuku tangan karena laju pertumbuhan yang tiga kali lebih lambat, faktor-faktor pencetus lainnya meliputi trauma kuku, penyakit vaskuler periferal, merokok dan psoriasis. 1-4,8,1

4.2. Distribusi Spesies Jamur pada Kultur dan PCR-RFLP

Dokumen yang terkait

Pig Species Identification in Meatballs Using Polymerase Chain Reaction Restriction Fragment Length Polymorphism

0 8 7

Identifikasi Keragaman Gen Toll-Like Receptor-4 Ayam Lokal dengan Polymerase Chain Reaction- Restriction Fragment Lenght Polymorphism

0 3 8

Studi Komperatif Antara Polymerase Chain Reaction-Restriction Fragment Length Polymorphism Dengan Kultur Jamur Dalam Pemeriksaan Spesies Jamur Pada Penderita Tinea Kruris

0 0 15

Studi Komperatif Antara Polymerase Chain Reaction-Restriction Fragment Length Polymorphism Dengan Kultur Jamur Dalam Pemeriksaan Spesies Jamur Pada Penderita Tinea Kruris

0 0 2

Studi Komperatif Antara Polymerase Chain Reaction-Restriction Fragment Length Polymorphism Dengan Kultur Jamur Dalam Pemeriksaan Spesies Jamur Pada Penderita Tinea Kruris

0 0 6

Studi Komperatif Antara Polymerase Chain Reaction-Restriction Fragment Length Polymorphism Dengan Kultur Jamur Dalam Pemeriksaan Spesies Jamur Pada Penderita Tinea Kruris

0 0 15

Studi Komperatif Antara Polymerase Chain Reaction-Restriction Fragment Length Polymorphism Dengan Kultur Jamur Dalam Pemeriksaan Spesies Jamur Pada Penderita Tinea Kruris

0 0 3

Studi Komperatif Antara Polymerase Chain Reaction-Restriction Fragment Length Polymorphism Dengan Kultur Jamur Dalam Pemeriksaan Spesies Jamur Pada Penderita Tinea Kruris

0 0 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Onikomikosis - Uji Diagnostik Polymerase Chain Reaction –Restriction Fragment Length Polymorphism Dalam Menegakkan Diagnosis Onikomikosis.

0 0 18

Uji Diagnostik Polymerase Chain Reaction –Restriction Fragment Length Polymorphism Dalam Menegakkan Diagnosis Onikomikosis.

0 0 15