2.7 Konsentrasi Industri
2.7.1 Konsep Dasar Konsentrasi Industri
Konsentrasi dari beberapa perusahaan dalam suatu industri sering menjadi perhatian para ekonom, ahli strategi bisnis, dan agen-agen pemerintah.
Tujuan industri dalam bisnis adalah untuk mencapai keuntungan maksimum, dan agar keuntungan maksimum dapat tercapai, maka struktur industri yang
tercermin dalam struktur pasar harus kuat. Semakin elastisnya permintaan, maka ada kecenderungan struktur pasar yang akan semakin terkonsentrasi.
Konsentrasi industri merupakan sebagai suatu ukuran relatif yang memperhatikan derajat penguasaan pasar oleh beberapa perusahaan dalam
suatu industri yang berada dalam pasar. Tingkat konsentrasi industri merupakan suatu variabel dalam struktur
industri yang dapat diukur. Konsentrasi industri ini menginformasikan ukuran relatif dari perusahaan-perusahaan yang ada pada suatu pasar industri. Ada
beberapa ukuran dari konsentrasi industri, salah satunya adalah Andil Perusahaan. Hasil dari berbagai ukuran konsentrasi ada yang meningkat dan
ada yang menurun. Jika tingkat konsentrasi dalam keadaan meningkat, maka tingkat persaingan di pasar antar industri menurun, dan jika tingkat
konsentrasi dalam keadaan menurun, maka kondisi tingkat persaingan meningkat Prasetyo, 2010.
2.7.2 Batasan Pengukuran Konsentrasi
Dalam Prasetyo 2010, tujuan dari pengukuran konsentrasi adalah untuk mengetahui ciri-ciri struktur pasar dalam suatu variabel dalam industri. Rasio
konsentrasi atau concentration ratio CR atau sering disingkat dengan CR
N
merupakan cara yang paling sering digunakan untuk mengetahui ukuran suatu industri. Di mana N menunjukkan jumlah andil perusahaan yang biasanya
digunakan sebagai ukuran, misalkan sejumlah 1-10 andil perusahaan dalam industri.
Tabel 2.2 Tipe-Tipe Pasar dalam Industri
Struktur Pasar Kondisi Utama
Monopoli Murni Jika suatu perusahaan mampu memiliki
100 pangsa pasar industri yang ada Perusahaan yang dominan
Suatu perusahaan yang memiliki 50- 100
pangsa pasar
dan tanpa
persaingan yang kuat diantara industri yang ada
Oligopoli Ketat Jumlah perusahaan sedikit dan CR
4
atau penggabungan 4 perusahaan terbesar
yang memiliki pangsa pasar 60-100, dan kesepakatan diantara mereka dalam
menetapkan harga relatif mudah
Oligopoli Longgar Jumlah perusahaan banyak dan CR
4
yang memiliki 40-60 pangsa pasar, kesepakatan diantara mereka untuk
menentukan harga sebenarnya sangat sulit namun tetap saja dapat terjadi
Persaingan Monopolistik Banyak persaingan efektif, tetapi tidak
satupun memiliki lebih dari 100 pangsa
pasar, termasuk
banyak perusahaan dan produk diferensiasi
Sumber : Disarikan dari berbagai sumber, dalam Prasetyo,2010
Satuan ukur dari rasio konsentrasi concentration ratio adalah persentase dari suatu variabel dalam industri yang digunakan. Beberapa variabel yang
dapat digunakan untuk mengukur konsentarsi industri misalkan, pangsa pasar market share atau penjualan, nilai tambah, keuntungan, besarnya modal,
besarnya tenaga kerja, dan sebagainya tergantung dari konsentrasi apa yang ingin dilihat dalam suatu industri.
Berdasarkan pada Tabel 2.3 dapat dinyatakan hingga saat ini tidak ada ukuran konsentrasi yang baku, karena pada dasarnya nilai konsentrasi ini
memang ukuran relatif, sehingga yang lebih penting adalah ukuran konsistensinya serta perlu diperhatikan perilaku industrinya.
Tabel 2.3 Dimensi Batasan Nilai Rasio Konsentrasi Suatu Industri
Dimensi Ukur Menurut Nilai CR-4
Nilai CR-8 Struktur Industri
Stigler -
60 Oligopoli
Joe S.Bain : Kelompok I IA IB
87 99
Oligopoli penuh Kelompok II
72 88
Oligopoli tipe 2 Kelompok III
61 77
Oligopoli tipe 3 Kelompok IV
38 45
Oligopoli tipe 4 Kelompok V
22 32
Oligopoli tipe 5 32
Tak terkonsentrasi Keysan dan Turner :
CR
-8
=100 CR
-20
=75 Oligopoli penuh
Kelompok I -
33 Oligopoli
Kelompok II 33
Tak terkonsentrasi Hasibuan Machlup
3 -
Poli-poli Kuncoro
40 -
Oligopoli Prasetyo
70 86
Oligopoli 25
35 Tidak terkonsentrasi
Sumber : Martin, 1994; Hasibuan, 1994; Kuncoro, 1997; Prasetyo, 2010
2.7.3 Pengukuran Konsentrasi
Adanya berbagai ukuran yang digunakan untuk mengetahui ukuran konsentrasi suatu industri seperti rasio konsentrasi concentration ratio
ataupun berbagai ukuran indeks dalam konsentrasi industri, mempunyai kelebihan dan kekurangan nya tersendiri.
Adapun beberapa macam ukuran yang digunakan dalam mengukur konsentrasi suatu industri adalah sebagai berikut :
1. Rasio Konsentrasi Concentration Ratio
Rasio konsentrasi concentration ratio atau sering dikenal dengan istilah CR merupakan ukuran yang digunakan untuk mengetahui konsentrasi industri
dengan menggunakan teknik andil setiap perusahaan yang ada dalam industri yang ingin diamati. Variabel-variabel yang ingin digunakan tergantung dari
tujuan pengamatan yang diinginkan, misalkan dapat berdasarkan pada variabel ; market share, output, nilai tambah, nilai penjualan, nilai investasi,
profit, tenaga kerja, modal dan sebagainya Prasetyo,2010.
Keterangan : n = jumlah perusahaan industri yang dapat diukur.
X = besarnya nilai absolut dari dari variabel yang sedang diamati pada sejumlah perusahaan ke-i.
T = mewakili jumlah keseluruhan nilai absolut dari variabel yang diukur atau diamati dalam industri tersebut.
Hasil penghitungan CR yang sederhana dan bermanfaat untuk mengetahui bentuk struktur industri juga memiliki kelemahan yaitu ukuran CR kurang
mampu menggambarkan struktur suatu industri secara lengkap. Hal ini dikarenakan penghitungan CR hanya menggunakan satu variabel saja, dimana
nilai rasio konsentrasi ini kurang mampu memberikan informasi yang lengkap tentang struktur industri.
2. Indeks Herfindahl
Indeks Herfindahl HI merupakan ukuran konsentrasi suatu industri yang mampu menggambarkan konsentrasi industri yang lebih lengkap jika
dibandingkan dengan Rasio Konsentrasi Concentration Ratio. Namun Indeks Herfindahl ini juga mempunyai kelemahan pada saat pemberian bobot.
Nilai Hi sangat sensitif terhadap andil perusahaan yang terbesar dalam industri. Karena semakin besar andil perusahaan akan semakin berarti dalam
nilai HI.
2.7.4 Penyebab Konsentrasi
Menurut Douglas F. Greer 1984 dalam Prasetyo 2010, telah dijelaskan ada empat sebab pokok atau faktor penyebab terjadinya konsentrasi industri,
yaitu; 1 faktor nasib baik luck, 2 faktor teknis, 3 faktor kebijaksanaan pemerintah, dan 4 faktor kebutuhan bisnis.
Faktor lain terjadinya konsentrasi industri yang relatif tinggi juga dapat disebabkan karena adanya kebijaksanaan pemerintah. Berbagai kebijakan
yang dimaksud dalam hal ini adalah seperti; kebijakan hak paten, lisensi, dan berbagai kebijakan regulasi lain yang mendorong industri semakin kuat
karena kebijakan tersebut, termasuk kebijakan anti-monopoli. Beberapa
argumentasi mendasar mengapa pemerintah melakukan perlindungan terhadap industri jenis ini adalah ;
1. Kapasitas yang sudah cukup dan tidak perlu ada perusahaan baru,
sehingga pemerintah hanya menunjuk satu perusahaan industri saja yang boleh berproduksi.
2. Memberikan fasilitas tertentu kepada industri tertentu demi kepentingan
rakyat, misalkan melalui keringanan biaya impor, subsidi bunga, memberikan kesempatan pasar tertentu yang tidak boleh dimasuki
perusahaan lain, dan sebagainya. Dengan berbagai hak fasilitas ini tentunya perusahaan industri akan semakin terkonsentrasi.
3. Karena menyangkut kebutuhan untuk rakyat banyak, sehingga industri
jenis pantas untuk dilindungi karena barang yang diproduksi bersifat public-good. Contoh industri ini adalah industri air minum PAM, listrik,
angkutan umum, telepon, dan telekomunikasi termasuk Pos.
2.7.5 Dampak Konsentrasi Industri
Hampir sebagian industri berperilaku menuju tingkat konsentrasi penuh atau konsentrasi tinggi. Karena semakin tinggi tingkat konsentrasi maka akan
semakin mudah industri tersebut dalam meraih keuntungan maksimumnya. Sebaliknya, jika semakin rendah tingkat konsentrasi maka akan berdampak
negatif bagi industri tersebut dalam meraih keuntungan maksimumnya. Semakin tinggi tingkat konsentrasi suatu industri maka akan semakin
leluasa perusahaan industri dalam penguasaan faktor produksi, sehingga perusahaan industri dapat menentukan tingkat harga yang diinginkan. Jika hal
ini terjadi dalam jangka panjang, maka persaingan antar industri akan semakin lemah dan akan semakin merugikan masyarakat.
2.8 Variabel Penelitian