42
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Perekonomian Jawa Tengah
Perekonomian Jawa Tengah menunjukkan perkembangan yang cukup baik dari tahun ke tahun. Pertumbuhan ekonomi dalam kurun waktu lima tahun
terakhir cenderung bergerak ke arah yang positif tetapi pergerakannya relatif kecil. PDRB dan kontribusi dari masing-masing sektor ekonomi di Propinsi
Jawa Tengah terus bergerak positif dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2008, tetapi pada tahun 2009 pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah mengalami
penurunan hingga mencapai 4,71 persen. 4.1.1
Pertumbuhan Ekonomi Propinsi Jawa Tengah
Tujuan pembangunan nasional adalah dengan melihat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dalam setiap daerah. Begitu hal nya dengan Propinsi Jawa
Tengah, adanya keinginan yang sama bagi setiap daerah untuk menjadikan daerah nya dapat mencapai pertumbuhan yang tinggi. Adapun perkembangan
pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat pada Gambar 4.1. Berdasarkan pada Gambar 4.1 dapat dilihat perkembangan dari
pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah. Selama kurun waktu 10 tahun tahun 2001-2010, menunjukkan adanya peningkatan
yang positif dalam pertumbuhan ekonomi meskipun pada tahun 2009 pertumbuhan ekonomi Jawa
Tengah mengalami adanya penurunan yang relatif kecil dikarenakan mendapat pengaruh dari dampak krisis keuangan global sehingga mencapai 4,71 persen.
Adapun PDRB dan kontribusi dari masing-masing sektor ekonomi di Propinsi
Jawa Tengah yang terus mengalami pergerakan yang positif dan pada tahun selanjutnya 2010 pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah mencapai 6,44 persen.
Sumber : Jawa Tengah Dalam Angka 2011, diolah
Gambar 4.1 : Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah Tahun 2001-2010 Berdasarkan Harga Konstan 2000
Kemampuan suatu daerah dalam menggali potensi yang dimilikinya akan terlihat dari jumlah PDRB yang dimiliki daerah. PDRB merupakan salah
satu indikator dari pertumbuhan ekonomi suatu daerah yang dapat menunjukkan kemampuan produksi suatu daerah. Semakin baik perekonomian
suatu daerah, maka akan semakin besar juga PDRB dalam suatu daerah. Produk Domestik Regional Bruto Propinsi Jawa Tengah mulai dari
tahun 2005-2010 terus mengalami peningkatan. Perkembangan PDRB Jawa Tengah dapat dilihat pada Gambar 4.2. Pada tahun 2010 Produk Domestik
Regional Bruto Jawa Tengah telah mencapai 186.995.480,65 miliar rupiah, meningkat sebesar 11.310.213,09 miliar rupiah dari tahun 2009. Adanya krisis
keuangan global yang terjadi pada akhir tahun 2008 tidak berdampak serius terhadap pertumbuhan produk domestik regional bruto di Jawa Tengah
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Pertumbuhan Ekonomi
3.59 3.55 4.98 5.13 5.35 5.33 5.59 5.46 4.71 6.44 1
2 3
4 5
6 7
mengingat penerimaan dari sektor-sektor ekonomi yang tetap mengalami kenaikan.
Sumber : Jawa Tengah Dalam Angka Tahun 2011, diolah
Gambar 4.2 : Perkembangan Ekonomi PDRB Jawa Tengah Tahun 2001
– 2010 Berdasarkan Harga Konstan 2000 Miliar Rp
4.1.2 Kontribusi Sektoral Jawa Tengah
Adapun PDRB dan kontribusi dari masing-masing sektor ekonomi di Jawa Tengah yang terus mengalami peningkatan. Produk Domestik Regional
Bruto mulai tahun 2005-2009 cenderung bergerak positif. Setiap sektor ekonomi mengalami peningkatan hanya saja jumlah kenaikannya berbeda-beda
antar sektor yang satu dengan yang lainnya, hal ini dapat dilihat dari Gambar 4.3. Berdasarkan data yang diperoleh dapat diketahui bahwa proporsi PDRB
Jawa Tengah masih didominasi sektor industri pengolahan diikuti dengan sektor perdagangan, hotel dan restoran, dan sektor pertanian. Pada tahun 2009
sektor industri pengolahan telah menyumbangkan 31,45 persen atau 61.390.101,24 miliar rupiah dalam PDRB Jawa Tengah. Sektor perdagangan,
0.00 20000000.00
40000000.00 60000000.00
80000000.00 100000000.00
120000000.00 140000000.00
160000000.00 180000000.00
200000000.00
20012002 2003 2004 2005
2006 2007 2008 2009
2010
hotel dan restoran menyumbangkan sebesar 19,87 persen atau 40.055.356,39 miliar rupiah dan sektor pertanian sebesar 19,72 persen atau 34.955.957,64
miliar rupiah.
Sumber : Jawa Tengah Dalam Angka Tahun 2010, diolah
Gambar 4.3 : Perkembangan Proporsi PDRB Jawa Tengah Tahun 2005-2009 Berdasarkan Konstan 2000 persen
Sektor industri pengolahan mendominasi Produk Domestik Regional Bruto Jawa Tengah yaitu mencapai 31,45 persen pada tahun 2009. Hal ini
menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi sektor industri pengolahan Jawa Tengah berkembang lebih cepat dibandingkan dengan sektor ekonomi lainnya.
4.Listrik, Gas, da
n Air bersih
2.Perta mbanga
n dan Galian
8.Keuan gan, Per
sewaan Jasa
perusah aan
7.Penga ngkutan
dan Komuni
kasi 5.Bangu
nan 9.Jasa-
jasa 6.Perda
gangan, Hotel, d
an Restora
n 1.Perta
nian 3.Indust
ri Pengola
han 2004
0.78 0.98
3.55 4.79
5.49 10.06
20.87 21.07
32.4 2005
0.82 1.02
3.54 4.89
5.57 10.01
21.01 20.92
32.23 2006
0.83 1.11
3.58 4.95
5.61 10.25
21.11 20.57
31.98 2007
0.84 1.12
3.62 5.06
5.69 10.36
19.93 20.03
31.97 2008
0.84 1.1
3.71 5.16
5.75 10.57
19.73 19.96
31.68 2009
1.04 0.98
3.68 6.19
6.22 10.85
19.87 19.72
31.45 5
10 15
20 25
30 35
Sektor ekonomi yang memiliki kontribusi terbesar kedua adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu tahun 2009 sebesar 19,87 persen. Selain
itu, dapat juga dilihat dari perkembangan jumlah wisatawan baik mancanegara maupun nusantara yang menggunakan fasilitas hotel dan restoran dimana
setiap tahun mengalami peningkatan. Kondisi ini mendorong peningkatan pendapatan dari sektor perdagangan, hotel dan restoran.
Sektor ekonomi ketiga penyumbang terbesar di Jawa Tengah adalah sektor pertanian sebesar 18,72 persen. Pada dasarnya, sebagian besar
kabupaten kota di Jawa Tengah memiliki sektor unggulan di bidang pertanian. Namun, jika dilihat dari kontribusi sektor ini terhadap Produk Domestik
Regional Bruto masih jauh lebih kecil dibandingkan dengan sektor industri pengolahan dan perdagangan, hotel dan restoran. Indikator yang digunakan
untuk melihat perkembangan sektor pertanian yaitu perkembangan produksi tanaman bahan makanan seperti produksi padi dan jagung.
Tenaga kerja yang terserap di sektor pertanian relatif lebih tinggi dibandingkan dengan sektor lain. Hal ini belum cukup untuk menjadikan
penerimaan dari sektor pertanian menjadi yang paling besar. Nilai ekonomis yang kecil dari produk-produk pertanian inilah yang menjadi salah satu
penyebab rendahnya penerimaan dari sektor pertanian dibandingkan dengan sektor industri pengolahan dan perdagangan, hotel dan restoran.
4.2 Perkembangan Industri