Lokasi Geografis Kondisi Perairan

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4.1 Lokasi Geografis

Pulau Pramuka secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kelurahan Pulau Panggang, Kabupaten Aministrasi Kepulauan Seribu, Kotamadya Jakarta Utara, Provinsi DKI Jakarta. Secara geografis Kelurahan Pulau Panggang terletak antara 05° 41’ 41” - 05° 41’ 45” LS hingga 05° 47’ 00” - 05° 47’ 00” LS dan antara 106° 19’ 30” - 106° 44’ 50” BT. Batas-batas wilayah Kelurahan Pulau Panggang, yaitu sebelah utara berbatasan dengan wilayah perairan Kepulauan Pulau Kelapa, sebelah selatan berbatasan dengan wilayah perairan Kepulauan Pulau Untung Jawa, sebelah barat berbatasan dengan wilayah perairan Kepulauan Pulau Tidung, dan sebelah timur berbatasan dengan wilayah perairan Jawa Barat Katrunada 2001. Pulau Pramuka termasuk ke dalam Kecamatan Kepulauan Seribu Utara yang terdiri atas Kelurahan Pulau Panggang, Kelurahan Pulau Kelapa, dan Kelurahan Pulau Harapan. Berdasarkan Keputusan Gubernur KDKI Jakarta No. 12271983, diacu dalam Mawardi 2001, jumlah pulau yang ada di Kelurahan Pulau Panggang berjumlah 17 buah. Akibat abrasi air laut sampai saat ini secara fisik tinggal 14 pulau dengan luas daratan ± 58,40 Ha dan luas wilayah 9840 Ha. Luas Pulau Pramuka adalah 19 hektar dengan tingkat kepadatan sedang. Topografi Pulau Pramuka merupakan tanah rendah dengan ketinggian antara 1-2 m di atas permukaan laut Katrunada 2001.

4.2 Kondisi Perairan

Secara umum keadaan laut di wilayah Kepulauan Seribu mempunyai konfigurasi dasar perairan yang relatif datar dengan sedikit cekungan ke dalam. Kedalaman rata-rata pada rataan terumbu di sekeliling pulau bervariasi antara 1-5 meter. Keadaan laut di luar rataan terumbu bervariasi antar 20-40 meter. Dasar perairan yang masih terkena penetrasi cahaya tertutup oleh terumbu karang yang sedang tumbuh ataupun yang sudah mati. Kondisi iklim di Kepulauan Seribu termasuk iklim tropika panas dengan suhu maksimum rata-rata 32,3 ºC dan suhu minimum rata rata 21,6 ºC. Adapun suhu rata-ratanya adalah 27 ºC dengan kelembaban udara sekitar 80. Musim yang dominan adalah musim barat musim angin barat disertai hujan lebat dan musim timur musim angin timur dan kering. Musim barat berlangsung dari bulan Desember sampai dengan bulan Maret. Pada musim ini, angin berhembus kencang dan arus kuat bergerak dari barat daya sampai barat laut disertai hujan yang cukup deras. Kecepatan angin mencapai 0,7-20 knotjam. Akibat arus yang kuat, kejernihan air laut menjadi berkurang. Kecepatan arus dapat mencapai 4-5 knotjam dengan tinggi gelombang dapat mencapai 2 m. Musim timur berlangsung dari bulan Juni sampai dengan bulan September. Angin bertiup dari arah timur sampai tenggara berkecepatan 0,7-15 knotjam. Musim peralihan terjadi antara bulan April sampai dengan bulan Mei dan dari bulan Oktober sampai dengan bulan November. Keadaan laut pada musim ini berubah-ubah tetapi relatif cukup tenang. Curah hujan bulanan bervariasi sekitar 100-400 mm pada musim barat dan 50-100 mm pada musim timur. Bulan-bulan yang tenang dan cocok untuk aktivitas bahari adalah pada bulan April sampai dengan bulan Agustus. Arus dan gelombang yang berlangsung di peraiaran Kepulauan Seribu secara umum digerakkan oleh gaya pembangkit yang berupa angin dan pasut. Arus yang disebabkan oleh angin musim adalah yang dominan terjadi karena diduga arus di perairan Kepulauan Seribu dipengaruhi oleh sirkulasi arus di Laut Jawa yang bergerak ke arah barat pada musim timur dan bergerak ke timur pada musim barat. Arus yang dibangkitkan pasang surut tidak dominan karena rata-rata tunggang air tahunan terbesarnya adalah 11 dm atau 1,1 m. Salinitas air di permukaan berkisar antara 30-34‰. Salinitas tinggi terdapat di perairan Kepulauan Seribu bagian tengah ke arah utara yang lebih dipengaruhi oleh salinitas Laut Jawa, sedangkan salinitas yang rendah pada beberapa perairan pantai wilayah Jakarta terutama Teluk Jakarta. Hal ini diduga karena masih adanya pengaruh aliran air tawar dari beberapa muara sungai. Penurunan salinitas terutama terjadi saat musim barat yang umumnya membawa curah hujan yang tinggi sehingga aliran air tawar dari sungai meningkat dan menyebabkan menurunnya salinitas. 24

4.3 Unit Penangkapan Ikan