Tujuan Manfaat Definisi dan Klasifikasi Muroami Metode Pengoperasian Muroami

Kelebihan usaha penangkapan muroami dibandingkan dengan usaha penangkapan lainnya yang ada di Pulau Pramuka, yaitu hasil tangkapan yang didapat biasanya dalam jumlah besar, spesies target yang ditangkap adalah ikan- ikan karang yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan selalu ada sepanjang tahun, dan seluruh biaya operasional ditanggung oleh pemilik termasuk biaya perawatan kesehatan. Selain itu apabila cuaca buruk sehingga nelayan tidak melaut, pemilik akan memberikan pinjaman kepada ABK agar dapat memenuhi kebutuhan sehari- hari. Kemampuan muroami akan lebih baik dinilai tidak hanya dari jumlah hasil tangkapan yang cukup besar tetapi juga dinilai dari jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan, jumlah trip, ukuran kapal, kekuatan mesin, dan BBM yang dikeluarkan. Kriteria teknis tersebut dapat menentukan unit penangkapan muroami yang proses produksinya paling efisien. Pada penelitian ini penulis tertarik untuk melihat kelayakan unit penangkapan muroami ditinjau dari aspek teknis yaitu dari sudut efisiensi teknis. Efisiensi teknis bermanfaat untuk mengetahui kemampuan unit penangkapan tersebut dalam menghasilkan output produksi melalui kriteria teknis yang ada. Selanjutnya dilakukan analisis finansial usaha untuk mengetahui sejauh mana usaha tersebut dapat memberikan keuntungan bagi pemiliknya.

1.2 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk : 1 Mendeskripsikan unit penangkapan muroami yang meliputi alat tangkap, kapal, nelayan, dan metode pengoperasiannya ; 2 Menentukan unit penangkapan muroami yang secara teknis proses produksinya paling efisien ; dan 3 Menentukan keuntungan usaha penangkapan muroami berdasarkan investasi yang ditanam. 2

1.3 Manfaat

Penelitian ini diharapkan bermanfaat : 1 Memberikan gambaran tentang unit penangkapan muroami ditinjau dari konstruksi alat, kapal, maupun tenaga kerja yang dibutuhkan dan 2 Memberikan informasi tentang keuntungan usaha penangkapan muroami di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu. 3 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi dan Klasifikasi Muroami

Muroami merupakan alat tangkap dengan sistem penggiring yang bagiannya terdiri atas sayap dan kantong, dapat juga berupa jaring yang berbentuk empat persegi panjang dan dilengkapi dengan kantong Subani dan Barus 1989. Berdasarkan klasifikasi alat tangkap menurut Von Brandt 1984, muroami termasuk dalam drive in net. Ikan ditangkap dengan cara digiring ke dalam alat tangkap tersebut. Alat tangkap terdiri atas suatu konstruksi alat tangkap yang tetap stasioner yang menangkap ikan hanya jika ikan digiring ke dalamnya oleh nelayan yang berenang atau menyelam dengan menggunakan tali penggiring. Berdasarkan klasifikasi alat penangkap ikan yang dikeluarkan oleh DKP 2007, muroami termasuk ke dalam alat tangkap lainnya. Alat tangkap lainnya merupakan kelompok alat tangkap yang dimungkinkan belum teridentifikasi dan memiliki bentuk dan konstruksi yang berbeda dan spesifik. 2.2 Unit Penangkapan Muroami 2.2.1 Alat Tangkap Pada alat tangkap dengan sistem penggiring yang terpenting adalah alat penggiring atau penghalau yang biasa disebut drive in tools atau scareline yang dipergunakan pada waktu penangkapan Subani dan Barus 1989. Alat bantu yang digunakan pada alat tangkap muroami disebut ”elot”, yaitu penggiring yang berupa tali yang di bawahnya diberi pemberat dari gelang-gelang besi untuk mengejutkan ikan agar lari ke arah jaring ataupun memaksa ikan-ikan tersebut untuk meninggalkan tempat-tempat persembunyian pada karang-karang Gunarso 1985. Bagian-bagian alat tangkap muroami menurut Subani dan Barus 1989 terdiri atas : 1 Bagian jaring, terdiri atas kaki panjang, kaki pendek dan kantong. Bagian kantong pada alat tangkap muroami cukup besar dan dapat memuat ikan sebanyak 3 ton. 2 Pelampung, terdiri atas pelampung tetap dan pelampung kumbul. Pada bagian tertentu tali ris atas dari kaki dan bagian atas mulut kantong diikatkan pelampung-pelampung kecil yang merupakan pelampung tetap. Selain itu, masih dilengkapi pelampung kumbul dari bola gelas dan bambu yang hanya dipasang pada waktu operasi penangkapan saja. 3 Pemberat, terbuat dari batu yang digunakan pada bagian bawah kaki ris bawah dan bagian bawah mulut kantong bibir bawah. Selain itu, pada waktu jaring digunakan pada bagian depan kaki masih dilengkapi jangkar. 4 Penggiring atau alat pengusir, terbuat dari tali yang panjangnya ± 25 meter. Pada salah satu ujungnya yaitu bagian atas diikatkan pelampung bambu, sedangkan pada ujung lainnya gelang besi atau umumnya disebut ”kecrek”. Pada sepanjang tali ini masih dilengkapi dengan daun-daun nyiur atau kadang kain putih. Banyaknya alat pengusir disesuaikan dengan banyaknya orang yang nanti bertugas sebagai penggiring. Menurut Marnane et al. 2004, alat tangkap muroami terdiri atas tiga bagian jaring, dua bagian jaring pelari yang berfungsi sebagai pengarah atau penggiring ikan menuju jaring kantong dan satu bagian jaring kantong yang berfungsi sebagai jaring penampung ikan. Dalam proses penggiringan ikan, para penyelam juga menggunakan alat tambahan yang berfungsi untuk menakuti ikan. Alat tersebut berupa cincin-cincin yang terbuat dari besi. Pada prosesnya cincin- cincin tersebut dipukul-pukulkan pada dasar perairankarang untuk menghalau atau menakuti ikan-ikan yang bersembunyi di dalam lubang atau celah-celah karang.

2.2.2 Kapal

Kapal merupakan bagian penting dari unit penangkapan muroami karena kapal digunakan untuk mengangkut alat tangkap dan juga nelayan. Selain itu juga sebagai modal yang ditanamkan dalam investasi usaha penangkapan muroami. Menurut Undang-Undang Perikanan No. 31 tahun 2004 kapal perikanan adalah kapal, perahu, atau alat lain yang dipergunakan untuk melakukan penangkapan ikan, mendukung operasi penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, pengolahan ikan, pelatihan perikanan, dan penelitian atau eksplorasi perikanan. Menurut 5 Fyson 1985, kapal perikanan adalah kapal yang khusus dimaksudkan untuk melakukan kegiatan penangkapan ikan dengan ukuran, rancangan bentuk, kapasitas muat, akomodasi, mesin dan berbagai perlengkapan yang semuanya disesuaikan dengan fungsi dalam rencana operasi. Menurut Nomura dan Yamazaki 1977, diacu dalam Suharto 2003, kapal ikan memiliki berbagai karakteristik, yaitu : 1 Kecepatan yang cukup optimal untuk mencari dan melacak kumpulan ikan, membawa hasil tangkapan tetap segar dalam jangka waktu yang sesingkat mungkin. 2 Manuver yang baik terutama saat operasi pengejaran dan pendeteksian kawanan ikan, operasi alat tangkap, dll. 3 Daya tahan melawan kekuatan angin, gelombang, dll. 4 Jangkauan navigasi tergantung dari kondisi sekitar daerah penangkapan sehubungan dengan gerakan ikan, daerah penangkapan dan lainnya sehingga diperlukan alat navigasi untuk mengamati kondisi dengan jangkauan yang lebih luas. 5 Konstruksi kapal harus kuat karena berhadapan dengan kondisi laut yang keras dan menahan getaran yang disebabkan oleh kerja mesin. 6 Mesin penggerak kapal adalah berukuran kecil namun memiliki tenaga yang cukup kuat. 7 Kapal ikan biasanya harus membawa hasil tangkapan ke pelabuhan perikanan. Untuk menjaga hasil tangkapan tetap segar maka ruang penyimpanan es, ruang pendingin, dan ruang pembeku harus diisolasi dari kondisi luar. Mesin pemroses seperti pengalengan, mesin pembuat tepung ikan juga harus ada jika diperlukan; dan 8 Kapal ikan seharusnya dilengkapi dengan alat bantu penangkapan. Pada penangkapan muroami diperlukan 3-5 buah kapal atau perahu dimana sebuah perahu diantaranya diperuntukan membawa kantong, dua perahu untuk memuat sayap atau kaki jaring masing-masing sebuah. Adapun dua buah lainnya untuk membawa nelayan menuju daerah penangkapan ikan Subani dan Barus 1989. 6

2.2.3 Nelayan

Definisi nelayan menurut Undang-Undang Perikanan No. 31 tahun 2004 adalah orang yang mata pencahariannya melakukan usaha penangkapan ikan. Nelayan dikategorikan sebagai tenaga kerja yang melakukan aktivitas produksinya dengan cara berburu ikan di laut atau melaut . Umumnya mereka memiliki alat produksi utama berupa kapal, pancing, jaring, dan bagan, Dahuri 2007. Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung pada hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan ataupun budidaya. Mereka pada umumnya tinggal di pinggir pantai, sebuah lingkungan pemukiman yang dekat dengan lokasi kegiatannya Imron 2003, diacu dalam Mulyadi 2005. Berdasakan segi kepemilikan alat, Mulyadi 2005 membedakan nelayan menjadi tiga kelompok berikut : 1 Nelayan buruh, yaitu nelayan yang bekerja dengan alat tangkap milik orang lain; 2 Nelayan juragan, yaitu nelayan yang memiliki alat tangkap yang dioperasikan oleh orang lain; dan 3 Nelayan perorangan, yaitu nelayan yang memiliki alat tangkap sendiri dan pengoperasiannya tidak melibatkan orang lain. Operasi penangkapan muroami memerlukan banyak tenaga kerja yang jumlahnya tergantung dari besar kecilnya alat tangkap yang digunakan. Umumnya antara 20-40 orang. Seorang diantaranya adalah ”tonaas” fishing master yang memimpin jalannya operasi penangkapan dan seorang lagi sebagai wakil tonaas. Dua orang untuk ukuran kecil dan empat orang untuk ukuran besar sebagai penjaga atau pemegang ujung kantong bila nanti jaring telah dipasang, satu atau dua orang sebagai penjaga kantong bagian belakang, empat sampai enam orang sebagai penyelam, dan selebihnya adalah pengusir ikan-ikan yang akan ditangkap Subani dan Barus 1989. 7

2.3 Metode Pengoperasian Muroami

Menurut Subani dan Barus 1989, proses pengoperasian muroami dilakukan sebagai berikut : 1 Nelayan harus mengetahui dan memperkirakan banyak sedikitnya kawanan ikan. Proses ini dilakukan oleh beberapa orang dengan jalan menyelam menggunakan kacamata air. 2 Nelayan harus mengetahui keadaan arus air dalam hal ini arah arus, kemungkinan adanya arus atas dan arus bawah, dan kekuatan arus. 3 Kekuatan arus skala sedang adalah yang paling baik untuk pemasangan jaring. 4 Pemasangan jaring dilakukan sehingga membentuk huruf V dan letak ujung depan kaki yang pendek harus berada di tempat dangkal dimana karang terdapat, sedangkan ujung kaki panjang diletakkan di tempat dalam. 5 Setelah proses pemasangan kantong selesai, penggiringan segera dilakukan dengan mengambil tempat antar seperempat sampai sepertiga dari bagian ujung kaki yang belakang. Menurut Marnane et al. 2004, nelayan biasanya berangkat sekitar pukul 6 – 7 pagi dan perjalanan ke lokasi sekitar 1 jam. Sekitar pukul 8 pagi seorang kepala laut sudah mulai menyelam untuk mencari lokasi penangkapan dan mengamati ikan yang ada di dalamnya. Jika lokasi yang dilihat tidak memuaskan, pencarian akan diteruskan dengan berpindah ke tempat lain yang biasanya tidak jauh dari lokasi pertama. Proses ini berlangsung terus sampai ditemukan lokasi yang tepat. Setelah mendapatkan lokasi yang tepat, kapal yang memuat jaring dan palka mulai menempatkan jangkar, kemudian para penyelam memasang jaring pelari dan jaring kantong pada kedalaman sekitar 5 hingga 35 meter. Proses ini memakan waktu sekitar 40 menit. Faktor yang cukup berperan dalam operasi muroami adalah arus yang membantu jaring kantong dapat terbuka secara sempurna. Setelah pemasangan selesai, para penyelam naik ke kapal yang memuat kompresor hookah dan bersiap melakukan penyelaman tahap kedua. Tahapan ini termasuk didalamnya adalah proses penggiringan. Lama waktu penggiringan sangat bervariasi antara 10 – 40 menit pada selang kedalaman 5 – 35 meter. 8 Interval waktu antar penyelaman cukup pendek, yaitu sekitar 10 menit. Setelah ikan digiring ke dalam jaring kantong, para penyelam mengangkat jaring kantong ke permukaan secepat mungkin. Kemudian mereka kembali masuk ke dasar untuk membongkar jaring pelari. Proses pelepasan jaring pelari ini biasanya memakan waktu sekitar 20 menit.

2.4 Terumbu Karang dan Sumberdaya Ikan Karang