Bermalam babang =4 trip Kesimpulan

59 Tabel 13 Penerimaan usaha penangkapan muroami Penerimaan total revenue Nilai Rp a. One day fishing ODF = 182 trip Ekor kuning 150 kg x 182 trip x Rp 16.000,00 436.800.000,00 Pisang-pisang 50 kg x 182 trip x Rp 12.000,00 109.200.000,00 Sub jumlah 546.000.000,00

b. Bermalam babang =4 trip

Ekor kuning 1500 kg x 4trip x Rp 16.000,00 96.000.000,00 Pisang-pisang 500 kg x 4 trip x Rp 12.000,00 48.000.000,00 Sub jumlah 144.000.000,00 Total penerimaan total revenue 690.000.000,00 Sumber : Diolah dari data kuesioner tahun 2008

5.1.3.5 Analisis finansial usaha penangkapan muroami

Analisis finansial usaha penangkapan muroami meliputi analisis pendapatan usaha berupa keuntungan bersih yang diterima pemilik, nilai RC, PP, dan ROI. Keuntungan bersih pemilik sebesar Rp 305,380,916,67 didapat dari keuntungan kotor dikurangi penyusutan yakni sebesar Rp 442.723.666,67 kemudian dikurang lagi dengan bagi hasil dan upah yang harus dibayarkan kepada ABK, juragan , dan teknisi sebesar Rp 137,342,750,00. Keuntungan kotor sebesar Rp 511.691.000,00 diperoleh dari total penerimaan dikurangi dengan total biaya. Tabel 14 Analisis finansial usaha penangkapan muroami No Parameter Nilai 1 Keuntungan bersih pemilik Rp 305.380.916,67 2 RC 3,87 3 PP tahun 1,05 4 ROI 95,00 Sumber : Diolah dari data hasil wawancara dan kuisioner tahun 2008 Analisis RC dilakukan untuk melihat sampai sejauh mana usaha unit penangkapan muroami menghasilkan keuntungan dari penerimaan dan menilai efisiensi biaya yang telah dikeluarkan. Nilai RC usaha penangkapan muroami sebesar 3,87 hal ini berarti bahwa dari setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan dalam usaha unit penangkapan muroami akan menghasilkan penerimaan sebesar 60 Rp 3,87. Payback Peroid bertujuan untuk mengetahui berapa lama waktu yang diperlukan untuk menutup biaya investasi. Payback Periode dari usaha unit penangkapan muroami sebesar 1,05 tahun. Sehingga diperoleh kesimpulan waktu untuk pengembalian biaya investasi yang telah dikeluarkan adalah satu tahun satu bulan. Dalam usaha unit penangkapan muroami diperoleh nilai ROI sebesar 95,00 . Nilai tersebut berarti bahwa, besarnya presentase kemungkinan pengembalian keuntungan dari investasi yang ditanam dengan asumsi pendapatan setiap bulan per tahun tetap adalah 95 .

5.2 Pembahasan

5.2.1 Unit penangkapan muroami

Sebagian besar penduduk di Pulau Pramuka bermata pencaharian sebagai nelayan baik itu nelayan payang, jaring, bubu, muroami, pancing, dll. Namun jumlah nelayan yang paling banyak adalah nelayan yang mengoperasikan alat tangkap muroami atau kongsi. Muroami atau kongsi di Pulau Pramuka mengalami berbagai modifikasi berdasarkan musyawarah bersama para nelayan muroami. Saat pertama kali diperkenalkan oleh para nelayan Jepang, usaha penangkapan muroami merupakan usaha skala besar karena dalam satu armada penangkapan muroami membutuhkan 3-4 perahu dan 20-40 orang nelayan untuk mengoperasikan alat tangkap tersebut. Semakin besar skala usaha suatu unit penangkapan ikan maka semakin besar pula biaya operasional yang harus dikeluarkan dalam setiap operasi penangkapan ikan. Selain itu ditambah dengan biaya perawatan mesin dan kapal yang harus ditanggung oleh setiap pengusaha penangkapan. Hal lain yang menjadi pertimbangan yakni semakin banyak nelayan yang ikut dalam operasi penangkapan muroami maka bagi hasil yang diterima oleh masing-masing nelayan semakin sedikit. Keadaan ini akan semakin parah apabila hasil tangkapan yang didapat sedikit sedangkan nelayan yang ikut dalam operasi penangkapan cukup banyak. Berdasarkan pertimbangan di atas maka nelayan muroami di Pulau Pramuka melakukan modifikasi pada unit penangkapan muroami dan merubahnya dari usaha penangkapan skala besar menjadi usaha penangkapan skala sedang. 61 Dengan adanya modifikasi ini diharapkan dapat mengurangi biaya operasional, biaya perawatan mesin dan kapal, serta dapat meningkatkan bagi hasil para nelayan. Secara teknis muroami merupakan alat tangkap yang dapat dikatakan tidak ramah lingkungan namun secara ekonomis sangat menguntungkan bagi nelayan di Kepulauan Seribu khususnya di Pulau Pramuka. Alat tersebut tidak ramah lingkungan karena berbagai faktor, yakni ukuran mata jaring pada alat tangkap muroami terlalu kecil dan metode pengoperasian muroami yang ditenggarai banyak menimbulkan kerusakan terumbu karang. Ukuran mata jaring pada alat tangkap muroami sangat kecil yakni, untuk jaring bagian dinding ukuran mata jaringnya sebesar 2 cm dan ukuran mata jaring bagian kantong sebesar 1 cm. Karena ukuran mata jaring yang begitu kecil maka alat tangkap ini tidak selektif pada spesies ikan ekor kuning dan pisang-pisang yang menjadi target penangkapan. Pada saat pengangkatan kantong ikan-ikan kecil yang tertangkap dan belum matang gonad tidak dapat meloloskan diri dari alat tangkap muroami. Bila hal ini terus dibiarkan maka lama-lama popolasi ikan akan habis karena secara ekologis pertumbuhan ikan karang lebih lambat daripada ikan permukaan. Untuk mengatasi banyaknya hasil tangkapan sampingan berupa ikan-ikan berukuran kecil dan juga ikan ekor kuning dan pisang-pisang yang belum matang gonad, maka mesh size bagian kantong pada alat tangkap muroami harus diperbesar. Ukuran mata jaring tersebut harus disesuaikan dengan ukuran ikan yang menjadi target penangkapan. Namun upaya untuk memperbesar mesh size sehingga alat tangkap tersebut selektif juga mengalami kendala. Kendala tersebut disebabkan karena sumberdaya di perairan Indonesia variasi spesiesnya begitu banyak sedangkan kelimpahan setiap spesiesnya relatif sedikit. Hal ini menyebabkan alat tangkap muroami tidak dapat selektif terhadap semua spesies. Misalnya, ketika mesh size alat tangkap tersebut selektif untuk ikan ekor kuning maka belum tentu selektif pada ikan kerapu. Selain ukuran mata jaringnya kecil hal lainnya yang menyebabkan muroami tidak ramah lingkungan yakni metode pengoperasiannya. Hampir seluruh tahap pengoperasian muroami dilakukan di dalam air dan di sekitar terumbu karang. Pada tahap penurunan alat tangkap setting, penggiringan, 62 hingga pengangkatan alat hauling seluruhnya dilakukan di atas terumbu karang. Nelayan kadang-kadang tidak hanya berenang di atas terumbu karang tapi juga berjalan di atas karang yang lunak sehingga karang tersebut patah dan mengalami kerusakan. Pada proses penggiringan gelang-gelang besi yang terdapat pada alat penggiring atau ”elot” dipukul-pukulkan ke karang untuk mengejutkan ikan yang bersembunyi di dalam karang agar keluar dari persembunyiannya sehingga mudah untuk digiring ke dalam kantong. Hal ini sering mengakibatkan kerusakan pada terumbu karang sehingga habitat ikan menjadi rusak dan mendorong terjadinya penurunan populasi ikan. Selain mempunyai potensi untuk merusak terumbu karang dan ikan-ikan yang hidup di habitat tersebut, alat tangkap muroami pun memberi dampak yang kurang baik akibat metode pengoperasiannya bagi para nelayan muroami. Dalam pengoperasian muroami nelayan muroami harus menyelam pada kedalaman sekitar 20-30 meter. Pada saat menyelam, nelayan muroami tidak mengikuti prosedur penyelaman dan masih menggunakan alat tradisional semacam kompresor yang berbahaya bagi kesehatan para penyelam. Hal ini akan mengakibatkan ”dekompresi sickness” yaitu tingginya level nitrogen pada tubuh yang menyebabkan gelembung di persendian Ariadno et al. 2005. Dekompresi dapat menyebabkan nelayan muroami mengalami kelumpuhan bahkan kematian. Untuk mengurangi jumlah nitrogen yang terlalu tinggi dalam tubuh, nelayan muroami harus menjalani perawatan kesehatan rutin yaitu ”rekompresi”. Rekompresi dilakukan dengan cara memberi oksigen murni dengan tekanan tertentu pada sebuah ruangan khusus yang disebut recompression chamber Ariadno et al. 2005 Salah satu solusi untuk mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh pengoperasian muroami yaitu mengembalikan bentuk alat penggiring elot ke bentuk semula seperti saat belum dimodifikasi. Bentuk ”elot” sebelum modifikasi terbuat dari tali yang panjangnya ± 25 meter. Pada salah satu ujungnya yaitu bagian atas diikatkan pelampung bambu, sedangkan pada ujung lainnya gelang besi dan sepanjang tali dilengkapi dengan daun-daun nyiur atau kadang kain putih. Alat tersebut dipasang secara vertikal dan setiap nelayan yang melakukan penggiringan membawa masing-masing alat penggiring tersebut. Hal ini 63 dilakukan dilakukan agar nelayan muroami tidak perlu menyelam dengan menggunakan kompresor untuk menggiring ikan masuk ke dalam kantong karena nelayan hanya perlu melakukan snorkling sehingga efek samping akibat penyelaman menggunakan kompresor bisa dihindari.

5.2.2 Efisiensi teknis unit penangkapan muroami

Penentuan layak tidaknya suatu usaha penangkapan ikan untuk dikembangkan dapat dilihat dari berbagai aspek. Aspek yang diteliti kali ini adalah aspek teknis dan aspek finasial unit penangkapan muroami. Perhitungan efisiensi teknis unit penangkapan muroami tidak secara khusus memperhatikan keuntungan maksimum yang dihasilkan namun yang terpenting adalah memaksimumkan rata-rata produksi dari input tertentu. Pada perhitungan efisiensi teknis diperoleh suatu gambaran jenis-jenis input yang dapat menghasilkan output berupa hasil tangkapan yang optimal. Input-input tersebut meliputi jumlah trip, ukuran kapal, kekuatan mesin, jumlah BBM, dan jumlah ABK. Perhitungan tersebut dilakukan untuk mengetahui unit penangkapan yang input produksinya paling efisien. Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa unit penangkapan muroami KM Cahaya Laut dengan jumlah trip sebanyak 178 trip, ukuran kapal 17 gt, kekuatan mesin 24 pk, jumlah bahan bakar yang dikeluarkan sebanyak 6.890 lt, dan jumlah ABK sebanyak 16 orang menempati urutan prioritas pertama. Adapun unit penangkapan muroami KM Indah Lestari dengan jumlah trip sebanyak 183 trip, ukuran kapal 15 gt, kekuatan mesin 20 pk, jumlah bahan bakar yang dikeluarkan 7.065 lt, dan jumlah ABK sebanyak 20 orang menempati urutan prioritas kedua.

5.2.3. Analisis finansial usaha muroami

Analisis finansial dilakukan untuk mengetahui sampai sejauh mana suatu usaha penangkapan tersebut dapat memberikan keuntungan bagi nelayan yang ikut serta dalam proyek tersebut. Dari perhitungan yang telah dilakukan usaha penangkapan muroami menghasilkan keuntungan yang cukup besar bagi para pemilik muroami dan juga berdampak pada buruh nelayan dengan besarnya bagi 64 hasil yang didapat. Keuntungan yang diperoleh seimbang dengan biaya investasi dan biaya operasional yang dikeluarkan unit penangkapan muroami. Untuk memulai usaha penangkapan muroami seorang pemilik harus mengeluarkan biaya untuk investasi sebesar Rp 320.405.000,00. Biaya operasional yang harus dikeluarkan terdiri atas biaya tetap sebesar Rp 21.350.000,00 dan biaya tidak tetap atau biaya operasi penangkapan sebesar Rp 156.959.000,00 sehingga total biayanya adalah Rp 178.309.000,00. Penerimaan yang didapat dari usaha penangkapan muroami sebesar Rp 690.000.000,00. Keuntungan bersih yang diterima pemilik sebesar Rp 305.380.916,67 dalam setahun. Pendapatan bersih rata-rata yang diterima masing-masing nelayan setiap trip adalah Rp 34.387,84. Pada usaha penangkapan muroami, jumlah nelayan sebanyak 20 orang yang terdiri atas 18 orang nelayan ABK, satu orang sebagai juragan atau nahkoda, dan satu orang sebagai teknisi atau motoris. Juragan atau nahkoda selain mendapatkan bagi hasil dari pemilik juga mendapatkan upah setiap bulannya sebesar Rp 100.000,00. dan komisi tambahan yang didapatkan dari jumlah produksi selama setahun dikalikan dengan Rp 50,00. Sama halnya dengan juragan, selain memperoleh bagi hasil teknisi pun mendapatkan upah setiap bulannya sebesar Rp 500.000,00. Pada usaha penangkapan muroami jumlah trip rata-rata setiap bulannya adalah 26 trip. Pendapatan atau keuntungan bersih yang diterima pemilik setiap bulannya adalah sebesar Rp 42.687.655,02. Nilai tersebut didapatkan dari jumlah keuntungan bersih yang diterima dalam setahun dibagi dengan jumlah trip dalam setahun yaitu 186 trip dan hasilnya dikalikan dengan jumlah trip rata-rata setiap bulan. Pendapatan masing-masing nelayan ABK setiap bulannya, yakni sebesar Rp 894.083,84. Pendapatan juragan Rp 994.083,84 dan pendapatan teknisi Rp 1.394.083,84 setiap bulannya diperoleh dari bagi hasil dan upah setiap bulan yang diterima dari pemilik. Nilai RC yang diperoleh dari usaha penangkapan muroami sebesar 3,87 hal ini berarti bahwa dari setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan dalam usaha unit penangkapan muroami akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 3,87. Payback Periode dari usaha unit penangkapan muroami sebesar 1,05 tahun. 65 Sehingga diperoleh kesimpulan waktu untuk pengembalian biaya investasi yang telah dikeluarkan adalah satu tahun satu bulan. Dilihat dari singkatnya pengembalian biaya investasi yang telah dikeluarkan, usaha unit penangkapan muroami merupakan usaha yang cukup menguntungkan. Nilai ROI dari usaha penangkapan muroami sebesar 95,00 . Nilai tersebut berarti bahwa, besarnya presentase kemungkinan pengembalian keuntungan dari investasi yang ditanam dengan asumsi pendapatan setiap bulan per tahun tetap adalah 95 . Nilai ROI yang cukup besar menyebabkan pemilik memperoleh kemungkinan pengembalian keuntungan yang cukup menjanjikan dari usaha penangkapan muroami. 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1 Satu unit penangkapan muroami di Pulau Pramuka terdiri atas alat tangkap, kapal, sampan, dan nelayan. Alat tangkap terdiri atas bagian jaring, pemberat, pelampung, dan penggiring elot. ”Elot” terdiri atas tali tambang sepanjang 100 m yang digantungi tali cabang sebanyak 7-8 tali cabang dan setiap tali cabang terdapat gelang-gelang besi. Satu gelang besi berukuran besar digantung 3-4 buah gelang besi berukuran kecil. Kapal muroami terbuat dari bahan kayu meranti dengan ukuran panjang L 10.5-12 m, lebar B 2.5-3 m, dan tinggi D 2-2.5 m. Sampan terbuat dari kayu meranti dengan ukuran panjang L 5m, lebar B 1.5-2 m, dan tinggi D 1.2-1.5 m Ukuran Gross tonage kapal muroami berkisar antara 14-17 GT. Jumlah nelayan dalam satu kongsi muroami sebanyak 16-20 nelayan dengan pembagian kerja yaitu, juragan atau nahkoda, kepala laut, kepala tengah, ABK penyelam, dan juru masak. 2 Unit penangkapan muroami KM Cahaya Laut lebih efisien secara teknis dibandingkan dengan tiga unit penangkapan muroami lainnya yaitu KM Sumber Laut, KM Zakaria, dan KM Indah Lestari. 3 Keuntungan bersih atau pendapatan pemilik usaha unit penangkapan muroami adalah sebesar Rp 305.380.916,67 dalam setahun. Nilai RC sebesar Rp 3,87 nilai PP sebesar 1,05 tahun, dan nilai ROI sebesar 95,00. Pendapatan pemilik setiap bulannya Rp 42.687.655,02. Pendapatan setiap bulannya yang diterima oleh masing nelayan muroami yaitu Rp 894.083,84 untuk nelayan ABK, Rp 994.083,84 untuk juragan, dan Rp 1.394.083,84 untuk teknisi. 66

6.2 Saran