Perkembangan Supervisi Supervisi Kepala Sekolah

hubungan-hubungan kemanusiaan, 2 keterampilan dalam proses kelompok, 3 dalam memimpin pendidikan, 4 mengatur personalia sekolah, dan 5 keterampilan dalam evaluasi Sahertian, 2000:18. Dari beberapa pandangan maupun pendapat tentang supervisi sebagai mana diatas, maka kami cenderung mengikuti definisi dari Wiles, bahwa supervisi merupakan suatu usaha untuk membantu para guru dalam rangka meningkatkan kinerja guru SMP Negeri, sehingga para guru mampu meningkatkan pelaksanaan tugas belajar mengajarnya semakin lebih baik, dan pada gilirannya kualitas belajar siswa pun akan meningkat pula.

2.2.2 Perkembangan Supervisi

Berbicara tentang perkembangan supervisi, maka perkembangan sipervisi pendidikan dimulai di Amerika semenjak tahun 1800-an. Pada waktu itu pelaksanaan supervisi dijalankan dengan pendekatan langsung atau yang dikenal dengan pendekatan direktif. Supervisi dilakukan oleh superintendent dengan cara mengunjungi kelas-kelas untuk melihat seberapa jauh para guru melaksanakan tugasnya Oliva: 1984. Istilah supervisi yang serupa dengan kegiatan ini adalah inspeksi, pemeriksaan, pengawasan atau penilikan Arikunto;2004,1. Di sekolah yang merupakan organisasi pendidikan, supervisi merupakan bagian dari proses administrasi dan manajemen. Kegiatan supervisi melengkapi fungsi-fungsi adminstrasi yang ada di sekolah sebagai fungsi terakhir, yaitu penilaian terhadap semua kegiatan dalam mencapai tujuan. Dari keempat istilah yang diungkapkan di atas yang diartikan paling keras adalah inspeksi yang memiliki konotasi mencari kesalahan orang-orang dalam melaksanakan kegiatan. Yang sedikit lebih lunak dari inspeksi adalah pemeriksaan, karena seolah-olah hanya melihat apa yang terjadi dalam kegiatan, belum tampak adanya upaya menilai. Berikutnya yang lebih dekat dengan pengertian istilah supervisi adalah penilikan dan pengawasan. Supervisi sejak awal kelahirannya merupakan hal yang menakutkan bagi para guru, karena seorang supervisor hanya mencari kesalahan-kesalahan pada mereka yang sedang melakukan kegiatan pembelajaran. Apabila terdapat kesalahan supervisor hanya marah terhadap guru yang disupervisi, tidak mengambil solusinya mengapa terjadi kesalahan dalam melaksankan kegiatan pembelajaran. Sejalan dengan perkembangan organisasi sekilas, supervisi berkembang semakin profesional walaupun masih dilaksanakan secara otoriter. Keadaan yang demikian itu berjalan terus hingga sekitar tahun 1925-an. Karena sifat pelaksanaan supervisi yang masih otoriter dan selalu disertai dengan sanksi-sanksi bilamana terjadi kesalahan dalam praktek-praktek pelaksanaan tugas guru, maka oleh para guru supervisi sering dijuluki “Snoopervision”. Sehubungan dengan tahapan-tahapan perkembangan manajeman, maka supervisipun mengalami fase yang berjalan dengan tahapan orientasi manajemen, yaitu melalui tiga tahapan sebagaimana yang dikelompokkan oleh Owen dalam Mantja 2000:20 adalah sebagai berikut: 1 manajemen saintifik antara tahun 1876-1936, 2 hubungan insani tahun 1937-1955, riset keperilakuan 1960- 1970-an. Lucio dan Mc Neil dan Wiles bersama Bondi 1986 menentukan pentahapan perkembangan supervisi secara berbeda. Menurut Lucio dan Mc Neil ada 5lima tahapan, yaitu: 1 sampai dengan tahun 1900, supervisi dilaksanakan oleh pejabat administratif, 2 tahun 1900-1920, supervisi dilaksanakan oleh spesialis, 3 tahun 1920-1930, supervisi saintifik, 4 tahun 1930-1940, supervisi sebagai hubungan insani yang demokratik, dan 5 sesudah tahun 1940, dilaksanakannya supervisi rasional. Di pihak lain, Wiles dan Bondi membedakan tahapan supervisi menjadi 8 delapan yaitu: 1 tahap pengawasan pada tahun 1850-1910, 2 tahap sepervisi scientifik antara tahun 1910-1920, 3 tahap sipervisi birokratik pada tahun 1920- 1930, 4 tahap supervisi kooperatif antara tahun 1920-1955, 5 tahap supervisi adalah pengembangan kurikulum antara tahun 1955-1965, 6 supervisi klinik antara tahun 1965-1970, 7 supervisi sebagai manajemen antara tahun 1970- 1980, dan 8 tahapan manajemen pengajaran sesudah tahun 1980. Setelah mencermati ketiga pandangan yang masing-masing mempunyai pengelompokan tahapan yang berbeda, akhirnya dapat diambil satu kesimpulan bahwa, supervisi pada tahapan yang sekarang ini adalah merupakan perkembangan dan penyempurnaan tahapan-tahapan sebelumnya. Walaupun demikian supervisi senantiasa mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan orientasi yang diyakini memberikan manfaat yang lebih baik. Pandangan baru pendekatan supervisi pengembangan developmental supervision adalah pada tahun 1980.

2.2.3 Latar Belakang Pelaksanaan Supervisi Pendidikan

Dokumen yang terkait

Hubungan pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah terhadap kinerja guru (studi kasus di MTs Imadun Najah Jakarta Utara)

0 5 73

PENGARUH SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM KERJA TERHADAP KINERJA GURU SEKOLAH DASAR NEGERI SE DABIN II KECAMATAN PETARUKAN KABUPATEN PEMALANG

6 57 261

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA GURU TERHADAP KINERJA GURU SMA NEGERI DI KABUPATEN PEMALANG

1 20 203

PENGARUH SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU SMP NEGERI DI KECAMATAN MEDAN KOTA.

1 3 23

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN PERSEPSI GURU TERHADAP SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DENGAN KINERJA GURU SMP NEGERI DI KOTA MEDAN.

0 2 21

DUKUNGAN KREATIFITAS KEPALA SEKOLAH, KECERDASAN EMOSIONAL GURU, DAN KOMPENSASI TERHADAP KINERJA Dukungan Kreatifitas Kepala Sekolah, Kecerdasan Emosional Guru, dan Kompetensi terhadap Kinerja Guru SD Negeri di Kecamatan Gemuh Kabupaten Kendal.

0 0 16

PENDAHULUAN Dukungan Kreatifitas Kepala Sekolah, Kecerdasan Emosional Guru, dan Kompetensi terhadap Kinerja Guru SD Negeri di Kecamatan Gemuh Kabupaten Kendal.

0 0 15

DAFTAR PUSTAKA Dukungan Kreatifitas Kepala Sekolah, Kecerdasan Emosional Guru, dan Kompetensi terhadap Kinerja Guru SD Negeri di Kecamatan Gemuh Kabupaten Kendal.

0 1 5

PENGARUH PELAKSANAAN SUPERVISI KUNJUNGAN KELAS OLEH KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU DI EMPAT SMP NEGERI SUB MKKS TAMAN KABUPATEN PEMALANG.

0 0 178

PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN KEPEMIMPINAN SITUASIONAL KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU SMP NEGERI DI KECAMATAN PEMALANG KABUPATEN PEMALANG.

0 2 204