1
BAB I PENDAHULUAN
.1 Latar Belakang Masalah
Keberhasilan di satuan pendidikan SMP dalam mengantar peserta didiknya tidak dapat lepas dari komponen yang terkait didalamnya. Tingginya partisipasi
komponen–komponen pendidikan menunjukkan tingginya pemahaman akan pentingnya pendidikan demi kemajuan bangsa, dan tingginya partisipasi
komponen–komponen pendidikan juga sebagai faktor yang sangat menentukan bagi keberhasilan yang akan dicapai pada satuan pendidikan, dan pada gilirannya
akan menentukan mutu sekolah itu sendiri. Oleh karena itu, dalam rangka menuju pencapaian mutu pendidikan di SMP perlu adanya peningkatan kualitas maupun
kuantitas komponen-komponen yang terlibat dalam proses pendidikan, utamanya SDM pendidikan, dalam hal ini guru. Harus diakui bahwa peran dan fungsi guru
dalam proses pembelajaran masih mendominasi dan memiliki peran yang strategis, sehingga keberhasilan tujuan pendidikan sangat bergantung pada
kontribusi kinerja guru. Guru merupakan salah satu komponen yang menempati posisi sentral dan
sangat strategi dalam sistem pendidikan. Guru merupakan faktor yang dominan dalam kaitanya dengan peningkatan kualitas pendidikan, karena guru merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pendidikan secara keseluruhan yang terlibat langsung dalam proses belajar mengajar, gurulah yang berperan langsung
dalam mengajar dan mendidik. Begitu pentingnya komponen guru yang sangat
2
menentukan terhadap terselenggaranya pendidikan yang bermutu, hanya dengan guru-guru yang kompeten, profesional dan memiliki kepribadian yang baik maka
kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung dengan lancar dan berkualitas. Mengingat begitu pentingnya posisi guru dalam proses belajar mengajar, maka
sangatlah wajar apabila fenomena tentang rendahnya kualitas pendidikan akan menunjuk guru sebagai tumpuan kesalahan atau diduga rendahnya kinerja guru
sebagai penyebabnya. Sejumlah sekolah di Kecamatan Taman Kabupaten Pemalang jika dilihat
dari proses pembelajaran beragam, ada sekolah yang memulai jam tambahan dari awal tahun pelajaran dan ada pula sekolah yang memulai jam tambahan hanya
semester kedua. Sejumlah guru disekolah sering terjadi keterlambatan pada saat pergantian jam, ada beberapa guru yang tidak langsung memasuki kelas yang
menjadi tanggung jawabnya. Pada umunya guru dalam pembuatan perangkat pembelajaran hanya mengkopi perangkat yang sudah ada padahal latar belakang
sekolah masing-masing berbeda. Dari keadaan yang demikian tersebut hasil prestasi yang diperolehpun beragam, artinya masing-masing sekolah prestasi yang
diperoleh ada perbedaan. Ada sekolah yang memiliki prestasi cukup baik tetapi ada pula yang prestasinya belum memenuhi apa yang menjadi target dari sekolah
tersebut. Hal ini menunjukan bahwa kinerja guru SMP Negeri di Kecamatan Taman Kabupaten Pemalang akan menentukan prestasi dari sekolah tersebut.
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa kinerja guru merupakan kunci yang harus digarap. Kinerja guru dimaksud adalah hasil kerja guru yang terefleksi
dalam mendisain program pengajaran atau menyusun perencanaan pengajaran,
3
pelaksanaan pengajaran, hubungan antar pribadi, dan dalam mengevaluasi hasil belajar. Sedangkan kualitas kinerja guru dapat ditinjau dari segi proses dan segi
hasil. Dari segi proses guru dikatakan berhasil apabila mampu melibatkan sebagian besar peserta didik secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam
proses pembelajaran. Disamping itu dapat dilihat juga dari gaerah dan semangat mengajarnya serta adanya percaya diri. Dari segi hasil, guru dikatakan berhasil
apabila pembelajaran yang diberikannya mampu mengubah perilaku sebagian besar peserta didik ke arah penguasaan kompetensi dasar yang lebih baik afektif,
mampu mengubah kecerdasan intelektual kognitif, mampu mengubah ketrampilan psikomotorik. Pengembangan kualitas kinerja guru merupakan
suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai faktor yang saling terkait. Oleh karena itu, dalam pelaksanaanya tidak hanya menuntut keterampilan teknis
dari para ahli terhadap pengembangan kompetensi guru, tetapi harus pula dipahami berbagai faktor yang mempengaruhinya. Sehubungan dengan itu, perlu
dilakukan berbagai program untuk meningkatkan kualitas kinerja guru dalam mengembangkan aspek-aspek pendidikan dan pembelajaran.
Dalam dunia pendidikan, tugas guru di kelas khususnya adalah mengajar, dikerjakan sendiri selama bertahun-tahun tanpa memperoleh balikan yang tepat
dan wajar dari siapapun juga, sedangkan pada kenyataannyua mereka guru masih membutuhkan pertolongan Bolla, 1983 : 3. Pertolonganbantuan yang
dimaksud dapat berasal dari teman sejawat dan dapat pula berasal dari atasannya, yakni kepala sekolah.
4
Permendiknas nomor 19 tahun 2007, pada bidang pengawasan dan evaluasi dikatakan supervisi pengelolaan akademik dilakukan secara teratur dan
berkelanjutan oleh kepala sekolahmadrasah dan pengawas sekolahmadrasah. Namun sejauh ini koordinasi antara pengawas dan kepala sekolah dalam
melakukan pembinaan terhadap guru belum terjadi secara efektif. Arikunto 2004 : 4 menyatakan, dalam pembinaan guru data dari pengawas tentang guru tertentu,
belum dipadukan atau disinkronkan dengan data yang dikumpulkan oleh kepala sekolah Lebih lanjut, Bolla 1983;8 menyatakan bahwa bantuan bagi peningkatan
kemampuan profesional guru di dalam melaksanakan tugas pembelajaran harus dilakukan secara intensif dan profesional pula. Oleh karena itu seorang kepala
sekolah dituntut agar mampu menguasai pendekatan supervisi sesuai dari karekteristik guru yang akan disupervisi. Tidak semua guru memiliki karakter
yang sama sehingga dalam memberikan supervisipun disesuaikan dengan karakter masing-masing. Hal ini bertujuan agar dalam pelaksanaan supervisi akan
diperoleh masukan bagi guru untuk peningkatan kinerjanya. Sergiovani 1985 :196-197 menyatakan bahwa supervisi yang dilakukan
oleh kepala sekolah terhadap guru-guru disekolah seringkali salah arah, dalam arti kepala sekolah lebih menekankan pada administrasi pembelajaran saja, seperti :
pembuatan rencana pembejaran, program satuan pelajaran, koreksi hasil ujian, membuat analisis ulangan harian, membuat program pengayaan dan perbaikan,
mengumpulkan dan menilai buku-buku catatan siswa, membuat daftar nilai, pengisian buku raport, pengisian daftar hadir siswa bahkan ada yang mebuat
daftar kredit poin bagi anak yang melakukan pelanggaran, dan masih banyak lagi
5
beberapa jenis kegiatan guru yang lain. Apabila hal tersebut hanya yang ditekankan maka akan berdampak kurang baik bagi upaya peningkatan
profesionalisme guru, karena guru hanya memfokuskan pada kegiatan administrasi, sementara hal-hal lain yang berkaitan dengan pembelajaran akan
terabaikan. Dalam hal yang berkaitan dengan pembelajaran oleh Sanjaya, W 2006 : 20 – 23 dikemukakan bahwa guru berperan sebagai sumber belajar,
fasilitator, pengelola, demonstrator, pembimbing,motivator dan evaluator. Melihat dari peran guru tersebut, maka pelaksanaan supervisi yang dilakukan oleh kepala
sekolah peran guru sebagai administrator saja tetapi peran yang sebetulnya penting tidaklah tersentuh.lebih dari itu, kurang sentuhan terhadap pengetahuan
perilaku bagi para guru, akan menimbulkan semakin rendahnya kualitas guru dalam mengajar. Akibat dari kurang berkualitasnya guru dalam mengajar adalah
siswa dalam kegiatan belajar akan semakin rendah atau kurang adanya gairah dalam belajar sehingga dampak selanjutnya prestasi yang dicapai tidak optimal
atau rendah. Supervisi yang merupakan salah satu tugas dari kepala sekolah sering kali
menimbulkan rasa kurang senang bagi para guru, karena para guru umumnya berpendapat bervariasi, ada yang berpendapat supervisi seakan akan mereka
mengajar selalu diawasi, beranggapan supervisi tidak membantu dalam tugas- tugas profesional. Bola menengerai bahwa sebenarnya ketidaksukaan yang
ditunjukan oleh guru itu bukan terhadap supervisi yang mereka terima. Lebih lanjut dinyatakan bahwa, beberapa alasan yang menimbulkan ketidaksukaan yang
ditunjukan oleh para guru yang dikenai supervisi disebabkan antara lain ; 1
6
supervisi dianggap sebagai evaluasi, 2 supervisi dilakukan bukan karena kebutuhan, 3 supervisi dilakukan dengan cara tradisional dan otoriter sehingga
cenderung tidak menyenangkan, dan 4 supervisi tidak mengetahui apa yang harus diamati, sebaiknya guru tidak tahu apa yang harus dilakukan.
Sahertian 2000:34 menjelaskan ada tiga model pendekatan supervisi yang disajikan antara lain: 1 pendekatan direktif, 2 pendekatan non-direktif, dan 3
pendekatan kolaboratif. Dalam mengimplementasikan pendekatan supervisi biasanya para kepala sekolah tidak hanya menggunakan satu pendekatan saja,
tetapi secara berganti-ganti dalam rangka membantu guru guna meningkatkan kinerjanya.
Suatu kurikulum pendidikan ditentukan oleh dua faktor dasar yakni, faktor internal berupa pemahaman bagaimana sistem kerja otak dan faktor eksternal
berupa kualifikasi dan kemampuan yang dibutuhkan dunia kerja. Pemahaman terhadap proses pendidikan dewasa ini didasarkan atas asumsi bahwa intelegensi
merupakan ciri bawaan heredity yang bersifat statis. Penelitian terakhir menunjukan bahwa sistem kerja otak sebagaimana diuraikan oleh Caine and
Caine 1991 dalam Zamroni 2003: 130 intelegensi ternyata bersifat dinamis dan tidak hanya berkaitan dengan aspek cognitive semata tetapi berkaitan pula dengan
emosi sehingga disebut Emotional Quotient EQ bukti-bukti menunjukan bahwa Intellectual Quotient IQ hanya berperan 20 menunjang kesuksesan seseorang,
80 justru Emotional Quotient EQ dan kecerdasan lain-lain yang menunjang kesuksesan seseorang. Itu artinya bekal kemampuankecakapan menahan diri,
mengendalikan emosi, memahami emosi orang lain, memiliki ketahanan
7
menghadapi kegagalan, bersikap sabar, memiliki motivasi diri tinggi, kreatif, berempati, bersikap toleran, semua nilai-nilai tersebut jauh lebih penting dari
sekedar nilai akademis tinggi. Makalah Mc Clelland tahun 1973” Testing for competence rather than Intellegence” menyatakan bahwa kemampuan akademik
bawaan, nilai rapor, dan predikat kelulusan pendidikan tinggi tidak memprediksi seberapa baik kinerja seseorang sesudah bekerja atau seberapa tinggi sukses yang
dicapainya dalam hidup. Sebaliknya, ia mengatakan bahwa seperangkat kecakapan khusus seperti empati, disiplin diri, dan inisiatif mampu membedakan
orang-orang sukses dari mereka untuk mempertahankan pekerjaan mereka. Goleman 2005:25.
Kecerdasan emosional semakin diyakini mempunyai andil besar dalam dunia pendidikan termasuk untuk guru-guru dalam meningkatkan kinerjanya.
Dalam kecerdasan emosional ada beberapa aspek yang diharapkan meningkatkan kinerja guru seperti mengelola emosi, mengindentifikasi emosi, mengenal emosi
orang lain, merasakan empati, memotivasi diri, dan kemampuan berkomunikasi. Goleman 2005:39 menyatakan bahwa kecerdasan emosional dapat dilatih
dan dimanfaatkan untuk meningkatkan kinerja. Istilah kecerdasan emosional pertama kali dikenalkan pada tahun 1990 oleh psikolog Peter Salovey dari
Harvard University dan John Mayer dari University of New Hampshire untuk menerangkan kualitas emosional yang tampaknya penting bagi keberhasilan
Shapiro, 2001:5 kualitas itu antara lain empati, mengungkapkan dan memahami perasaan, kemandirian, mengendalikan amarah, menyesuaikan diri, disukai,
memecahkan masalah, ketekunan, kesetiakawanan, keramah tamahan,
8
berkomunikasi dan mempengaruhi, berinisiatif dan suka perubahan, dan sikap hormat. Jika guru memilki kecerdasan emosional tinggi diduga kinerja guru akan
menjadi lebih baik. Berdasarkan pengamatan peneliti terhadap beberapa sekolah menengah
pertama di Kecamatan Taman Kabupaten Pemalang ada beberapa kepala sekolah yang telah melakukan supervisi menggunakan pendekatan direktif, pendekatan
non-direktif, dan pendekatan kolaboratif, serta beberapa sekolah yang memiliki guru dengan kecerdasan emosional tinggi berimplikasi meningkatnya kinerja guru
yang pada gilirannya bermuara pada meningkatnya mutu pendidikan, dan sebaliknya. Di sisi lain supervisi kepala sekolah yang telah dilaksanakan hanya
merupakan kegiatan formalitasrutin tiap semester saja tanpa memiliki makna sesungguhnya. Kinerja guru dan tenaga kependidikan yang lainnya dipandang
belum optimal sehingga berdampak pada lemahnya layanan pembelajaran. Dari uraian di atas, peneliti perlu mengadakan penelitian secara empiris
mengenai pengaruh supevisi kepala sekolah dan kecerdasan emosional guru terhadap kinerja guru SMP Negeri di Kecamatan Taman Kabupaten Pemalang.
.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakn diatas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Sejauh mana pengaruh supervisi kepala sekolah terhadap kinerja guru SMP Negeri di Kecamatan Taman Kabupaten Pemalang?
9
2. Sejauh mana pengaruh kecerdasan emosional guru terhadap kinerja guru SMP Negeri di Kecamatan Taman Kabupaten Pemalang?
3. Sejauh mana pengaruh supervisi kepala sekolah dan kecerdasan emosional guru terhadap kinerja guru SMP Negeri di Kecamatan Taman Kabupaten
Pemalang?
.3 Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan penelitian yang telah ditetapkan, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah mengetahui, mendeskripsikan,
dan menganlisis: 1. Pengaruh supervisi kepala sekolah terhadap kinerja guru SMP Negeri di
Kecamatan Taman Kabupaten Pemalang. 2. Pengaruh kecerdasan emosional guru terhadap kinerja guru SMP Negeri di
Kecamatan Taman Kabupaten Pemalang. 3. Pengaruh supervisi kepala sekolah dan kecerdasan emosional guru terhadap
kinerja guru SMP Negeri di Kecamatan Taman Kabupaten Pemalang.
.4 Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna baik secara toeritis maupun secara praktis.
1. Kegunaan Teoretis
Dari hasil penelitian yang dilaksanakan diharapakan akan berguna secara teoretis menghasilkan konsep mengenai pengaruh supervisi kepala sekolah
10
dan kecerdasan emosional guru terhadap kinerja guru sekolah SMP Negeri di Kecamatan Taman Kabupaten Pemalang.
2. Kegunaan Praktis
a. Bagi Dinas Pendidikan Kabupaten Pemalang, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pembinaan sekolah dalam
meningkatkan kinerja guru SMP Negeri di Kecamatan Taman Kabupaten Pemalang.
b. Bagi pengawas sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan untuk mengoptimalkan fungsi dan peranan supervisi kepala
sekolah dalam mendukung kinerja guru SMP Negeri di Kecamatan Taman Kabupaten Pemalang.
c. Pemahaman kepada kepala sekolah dalam melaksankan supervisi agar dapat menggunakan pendekatan supervisi yang sesuai dengan karakter
guru sehingga akan meningkatkan kinerjanya. d. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada guru
bahwa supervisi bukan mencari kesalahan ataupun pengawasan tetapi lebih mengutamakan kepada pemberian bantuan dalam proses
pembelajaran agar lebih baik.
11
BAB II KERANGKA TEORETIS