Validitas Instrumen Penelitian Uji Validitas dan Realibitas Instrumen

Tabel 3.6 Gradasi Jawaban Model Skala Likter No Jawaban Skor 1 Sangat Tidak Setuju 1 2 Tidak Setuju 2 3 Netral 3 4 Setuju 4 5 Sangat Setuju 5

3.6 Uji Validitas dan Realibitas Instrumen

Sebelum digunakan untuk menjaring data, kuesioner terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitasnya.

3.6.1 Validitas Instrumen Penelitian

Validitas merupakan ketetapan atau kejituan alat pengukur serta ketelitian, kesamaan atau ketepatan pengukuran apa yang sebenarnya diukur. Menurut Sugiono 2002:270, instrumen yang valid harus mempunyai validitas internal dan eksternal. Instrumen yang mempunyai validitas internal, bila kriteria yang ada dalam instrumen secara rasional teoritis telah mencerminkan apa yang diukur. Sedangkan instrumen yang mempunyai validitas external bila kriteria dalam instrumen disusun berdasarkan luar atau fakta-fakta empiris yang telah ada. Dalam penelitian ini, peneliti mengunakan validitas internal. Hal ini karena peneliti ingin mengetahui valid dan tidaknya instrumen atas dasar kevalidan soal setiap butir dengan mengembangkan teori-teori yang ada. Untuk mencapai validitas ini, instrumen penelitian diuji cobakan dengan mengambil sampel dari guru SMP Negeri di luar Kecamatan Taman Kabupaten Pemalang dengan memperhatikan ciri dan karakteristik yang sama dengan sampel penelitian. Dengan pola ini diharapkan instrumen yang dihasilkan akan mewakili kondisi yang sebenarnya. Pada uji coba ini akan diambil 30 guru diluar sampel. Jumlah tersebut mengacu pada pendapat Singarimbun 1983, ia menyatakan “Sangat disarankan agar jumlah responden uji coba, minimal 30 orang. Dengan jumlah minimal 30 orang maka distribusi skor nilai akan lebih mendekati normal”, pendapat ini didukung pula oleh Erickson 1977 yang mengatakan sampel dianggap memiliki skor berdistribusi normal jika ada sampel berjumlah paling sedikit 30. Untuk menetapkan apakah suatu item instrumen valid atau tidak dengan jalan mengkorelasikan skor yang diperoleh dari setiap butir instrumen item dengan skor keseluruhan total. Korelasi skor butir dengan skor total harus disignifikan. Jika semua skor butir berkolerasi secara signifikan dengan skor total maka dapat disimpulkan bahwa alat ukur itu mempunyai validitas Sugiono 2000:288 Husaini Usman 2000 : 287 menyatakan validitas instrumen dapat digolongkan dalam beberapa jenis, yakni : a Validitas Logika logical b Hubungan-kriteria criterion-reloted yang terdiri : validitas isi content validity, validitas bentuk contruct validity, dan validitas prediktif predictive validity c Kongruen congruend terdiri : validitas kongruen, validitas konvergen, validitas diskriminan, validitas muka, dan validitas faktoral. Dalam penelitian ini yang digunakan adalah validitas bentukkonstruk, sebab instrumen yang dipakai bertitik tolak dari konsep atau teori-teori yang mendukung tentang supervisi kepala sekolah, kecerdasan emosional, dan kinerja guru. Pengujian validitas instrumen ini dengan cara mengujikan item soal terhadap sub variabel, dengan asumsi bahwa apabila item tersebut valid untuk sub variabel maka akan valid pula untuk variabel. Dari langkah pengujian itu akan diperoleh item-item yang valid dan item-item yang tidak valid. Item-item yang tidak valid akan dibuang tidak dipakai, dan selanjutnya hanya item-item valid yang digunakan sebagai alat memperoleh data penelitian. Data yang diperoleh dari hasil uji coba kemudian ditabulasikan dan hasilnya dianalisis dengan menggunakan bantuan SPSS versi 11 edisi Singgih Santoso. Untuk mengetahui validitas item instrumen, dapat dilakukan korelasi antara skor butir pertanyaan dengan total skor kontruk atau variabel. Untuk N=30, pada tabel r Product Moment, taraf signifikansi 5 didapat angka sebesar 0,361. Jadi jika r hitung pada kolom Corrected Item-Total Correlation lebih besar dari r tabel dan nilai r positif, maka butir atau pertanyaan tersebut dinyatakan valid Ghozali 2001:135. Uji validitas juga dapat dilakukan dengan menghitung korelasi antara skor masing-masing butir pertanyaan dengan total skor Ghozali 2001:136. Sebagai pedoman sederhana, angka korelasi di atas 0,5 menunjukkan korelasi yang cukup kuat, sedang di bawah 0,5 korelasi lemah Singgih 2003:299. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa item yang dianggap valid adalah item yang koefisien korelasinya lebih besar atau sama dengan ≥ 0.361 dari nilai butir tersebut, juga angka korelasi di atas 0,5 lihat lampiran 3.1, 3.2, dan 3.3.

a. Supervisi Kepala Sekolah

Dokumen yang terkait

Hubungan pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah terhadap kinerja guru (studi kasus di MTs Imadun Najah Jakarta Utara)

0 5 73

PENGARUH SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM KERJA TERHADAP KINERJA GURU SEKOLAH DASAR NEGERI SE DABIN II KECAMATAN PETARUKAN KABUPATEN PEMALANG

6 57 261

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA GURU TERHADAP KINERJA GURU SMA NEGERI DI KABUPATEN PEMALANG

1 20 203

PENGARUH SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU SMP NEGERI DI KECAMATAN MEDAN KOTA.

1 3 23

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN PERSEPSI GURU TERHADAP SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DENGAN KINERJA GURU SMP NEGERI DI KOTA MEDAN.

0 2 21

DUKUNGAN KREATIFITAS KEPALA SEKOLAH, KECERDASAN EMOSIONAL GURU, DAN KOMPENSASI TERHADAP KINERJA Dukungan Kreatifitas Kepala Sekolah, Kecerdasan Emosional Guru, dan Kompetensi terhadap Kinerja Guru SD Negeri di Kecamatan Gemuh Kabupaten Kendal.

0 0 16

PENDAHULUAN Dukungan Kreatifitas Kepala Sekolah, Kecerdasan Emosional Guru, dan Kompetensi terhadap Kinerja Guru SD Negeri di Kecamatan Gemuh Kabupaten Kendal.

0 0 15

DAFTAR PUSTAKA Dukungan Kreatifitas Kepala Sekolah, Kecerdasan Emosional Guru, dan Kompetensi terhadap Kinerja Guru SD Negeri di Kecamatan Gemuh Kabupaten Kendal.

0 1 5

PENGARUH PELAKSANAAN SUPERVISI KUNJUNGAN KELAS OLEH KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU DI EMPAT SMP NEGERI SUB MKKS TAMAN KABUPATEN PEMALANG.

0 0 178

PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN KEPEMIMPINAN SITUASIONAL KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU SMP NEGERI DI KECAMATAN PEMALANG KABUPATEN PEMALANG.

0 2 204