Pandangan baru pendekatan supervisi pengembangan developmental supervision adalah pada tahun 1980.
2.2.3 Latar Belakang Pelaksanaan Supervisi Pendidikan
Para guru yang tugasnya berhubungan langsung dengan siswa yang sedang belajar, adalah merupakan individu yang tidak sempurna. Masih banyak yang
tidak mereka ketahui tentang dirinya, termasuk lingkungannya. Itulah sebabnya mereka membutuhkan belajar dalam menjalani hidupnya. Mereka membutuhkan
bantuan, petunjuk-petunjuk dari orang lain yang lebih mengetahui, kalau perlu mereka mencontoh orang lain yang mereka kagumi, bahkan mereka bercita-cita
seperti cita-cita orang yang sukses. Tentang ketidaksempurnaan manusia, Argyris dalam Pidarta 1992:5
menggambarkan sebagai model pradisposisi yaitu kecenderungan manusia sejak lahir sampai dewasa bahkan selama hidupnya untuk meningkatkan kebebasan,
kemampuan, keterampilan, dan pandangan. Kecenderungan tidak sempurnanya manusia inilah para guru perlu untuk memotivasi agar mau belajar dan bekerja
lebih keras. Bila individu diberi tugas sesuai dengan pradisposisinya, dia akan menggunakan energinya secara maksimal dalam menyelesaikan tugas yang
menjadi tanggungjawabnya. Bagaimana halnya dengan kemampuan dalam dunia pendidikan guru?
Hampir semua guru, diangkat menjadi guru karena mereka memiliki ijazah guru. Secara teoritis mereka memiliki kompetensi untuk mendidik para murid.
Seharusnya mereka tidak perlu lagi diberi pengarahan dan bimbingan oleh petugas-petugas yang dipandang lebih mampu. Namun demikian karena sifat
ketidaksempurnaan manusia, tidak banyak dijumpai guru yang mampu bekerja dengan relatif sempurna yang pantas dijadikan contoh bagi guru-guru lainnya.
Mereka masih membutuhkan bantuan, bimbingan dari para supervisor, kepala sekolah maupun teman guru yang lebih kompeten.
Dari kenyataan sebagaimana gambaran di atas, dunia pendidikan dapat tantangan yang cukup berat untuk mempersiapkan anak didik menghadapi
kehidupannya di masa depan. Para guru tidak sanggup menghadapi tantangan ini sendirian. Supervisi nampaknya menjadi alternatif yang utama untuk merumuskan
kurikulum, menyeleksi pola-pola organsisasi sekolah, fasilitas belajar, dan menilai proses pendidikan secara keseluruhan Neagley, 1980: 4.
Guru merupakan salah satu komponen sumber daya pendidikan yang memerlukan bantuan supervisi Sahertian;2000:4. Lebih lanjut dikatakan
penegembangan sumber daya guru dapat didekati dari dua sudut panadang yaitu dari dalam diri gurui itu sendiri dan dan faktor eksternal. Dari dalam diri guru ada
sesuatu kekuatan untuk berkembang suatu elan vital tenaga hidup Hadiwijoyo dalam Sahertian atau vitalitas hidup Chairil Anwar. Dalam asasi terungkap
dalam daya pikir abstrak, imajinatif dan kreatif, serta komitmen dan kepedulian. Kebanyakan dorongan ini sangat sulit ditampakan pada orang seorang dalam
memilih menjadi guru. Ini disebabkan pada orang seorang dalam memilih menjadi guru. Ini disebabkan daya tarik jabatan guru tidak ditantang oleh-oleh faktor luar
Supervisi perlu mendapat perhatian serius dalam proses pelaksanaannya, disamping sifat-sifat yang lainpun tidak dikesampingkan. Hasil penelitian
Harzeberg sebagaimana diungkapkan oleh Hoy dalam Pidarta 1992:8 bahwa
faktor yang dapat berhasil memotivasi individu ialah prestasi yang dapat dicapai, penambahan pengetahuan, pekerjaan itu sendiri yang menantang, tanggung
jawab, dan kemajuan-kemajuan yang diperolehnya. Disamping faktor-faktor yang dapat dimanfaatkan dalam supervisi untuk memotivasi guru, terkandung makna
dalam hasil penelitian ini ialah individu secara kodrati memang membutuhkan perangsang untuk memotivasi dari luar dirinya. Dalam hal ini supervisor
memegang peranan yang sangat penting dan menentukan dalam pengelolaan serta mengatur strategi agar supervisi dapat menumbuhkan atau membangkitkan para
guru untuk bekerja lebih baik
2.2.4 Tujuan Supervisi