Kesabaran, 4 Kreativitas, 5 Kerendahan hati, 6 Kebijaksanaan, 7 Komitmen, 8 Kejujuran.
Emosi ternyata adalah salah satu alat yang ada di dalam diri kita yang berperan memberi arti. Tanpa emosi dilibatkan, mustahil sebuah pendidikan
bermakna. Emosi jugalah yang membuat seorang guru dapat mengkontekskan apa pun yang ingin diajarkan kepada muridnya. Karena emosi berkaitan dengan
pendidikan karakter, pendidikan akhlak Bagaimana mencari korelasi kecerdasan emosional dalam kegitan belajar mengajar?.
Dani 2006: 100 menyatakan kekuatan dari emosi positif the power of positive emotion adalah salah satu jenis emosi yang memiliki peran penting
dalam keberhasilan sebuah pendidikan. Adapun jenis-jenis kekuatan emosi positif terdiri dari :
a. Perasaan nyaman dan rileks
Setiap masuk ke kelas dan berdiri di depan para siswa guru dituntut untuk memiliki perasaan nyaman dan rileks, agar perasaan antusias, damai, tenang,
dan nyaman melumuri hati dan membalut jiwa. Inilah pemicu perilaku konstruktif, produktif, dan inovatif di kelas dan merupakan awal dari segala
kebaikan yang pada gilirannya akan melejitkan energi kreatif, yang mengarahkan proses belajar-mengajar benar-benar menantang, mengedukasi,
dan penuh suka cita. Hal yang akan membimbing para siswa pada penemuan hakekat dari pengetahuan yang kita sampaikan.
b. Emosi itu menular
Di kelas perasaan positif seperti antusias, tenang, nyaman, dan optimis, yang dirasakan guru akan menular dengan efektifnya ke jiwa-jiwa siswa. Jiwa-jiwa
yang karena sesuatu dan lain hal, begitu rentan terhadap segala jenis emosi yang dirasakan gurunya. Keselarasan suasana jiwa ini kemudian memercikan
sinkronisasi dalam berinteraksi, selanjutnya kesinkronan ini akan menjembatani gap guru siswa. Inilah yang mengkondisikan teaching and
learnimg process menjadi sesutu yang mudah, hebat dan memberdayakan.
c. Emosi positif bisa dilatih
Penilitian mutakhir sistem kerja otak sebagaimana diuraikan oleh Caine and Caine 1991 dalam Zamroni 2000 membuktikan ternyata intelegensi
bersifat dinamis dan dapat berkembang baik yang berhubungan dengan aspek kognitif maupun yang berkaitan dengan emosi. Sehingga pada diri siswa
perlu dilatih dan dikembangkan: 1 Kemampuan dasar, meliputi: a basic skill, b thinking skill, dan, c personal skill. Basic skill antara lain membaca
dan menginterpretasikan informasi, menulis dan mengembangkan informasi, matematik dan berhitung, mendengarkan, dan berbicara. Thinking skill terdiri
dari: kreativitas, pengambilan keputusan, problem solving, visualizing, knowing sot to learn, dan, reasoning. Personal skill meliputi: kemampuan
mengendalikan diri, tanggung jawab, sel- esteem, sociability, self management, dan integritas-kejujuran, 2 Kemampuan mengembangkan diri di
tempat kerja, mencakup: a kemampuan untuk mengidentifikasi, mengorganisasi, merencanakan dan mengalokasi sumber-sumber, b bekerja
sama dengan orang lain interpersonal skill, c menguasai dan memanfaatkan informasi; d memahami hubungan sosial, organisasi, dan teknologi yang
kompleks sistem dan dapat bekerja sesuai dengan sistem serta menyempurnakan sistem yang ada, dan, e bekerja dengan berbagai teknologi,
temasuk pemilihan, aplikasi, perawatan, dan pemecahan problem, dan 3 Sistem pengelolaan penyampaian bahan pelajaran bercirikan sebagai berikut:
a penyajian materi bersifat tematik yang merupakan kombinasi beberapa pokok bahasan yang bersifat lintas bidang, b pengajar merupakan team
teaching bukan lagi individual, c model cooperative learning sebagai pengganti individual learning, dan d outcome aspek afektif lebih jelas.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud kecerdasan emosional guru dalam penelitian ini adalah perilaku guru dalam melaksanakan
tugas profesionalnya dengan didasarkan pada kemampuan penguasaan kecakapan emosi pribadi dan kecakapan emosi sosial. Adapun indikatornya: 1 kesadaran
diri mengenali emosi diri, penilaian diri, percaya diri; 2 pengaturan diri kendali diri, sifat dapat dipercaya, rasa tanggung jawab, luwes dalam pergaulan,
inovasi; 3 motivasi dorongan prestasi, optimisme; 4 empati memahami
orang lain, membina hubungan.
2.4 Kerangka Berpikir
Kinerja guru dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal seperti kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiriual, motivasi guru, tingkat pendidikan, pengalaman mengajar, dan
sebagainya. Faktor eksternal seperti sistem pendidikan, kurikulum, fasilitas
sekolah, sarana prasarana sekolah, iklim kerja, budaya organisasi, supervisi kepala sekolah, dan sebagainya.
Pemasalahan-permasalahan yang dihadapi guru dalam melaksanakan tugas-tugas keprofesiannya merupakan hal yang tidak dapat diabaikan begitu saja,
mereka yang memiliki masalah kesulitan dalam pengelolaan pembelajaran tentu membutuhkan bantuan agar mereka dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
Guru membutuhkan bantuan pembinaan agar memperoleh tingkat keprofesionalan yang memadai sehingga dapat menjalankan tugas sebagaimana tuntutan zaman.
Dalam kaitan ini kepala sekolah memiliki peran yang strategis karena keberhasilan sekolah menjadi tanggung jawabnya. Oleh karena itu, kemampuan
profesional kepala sekolah yang salah satunya berupa pendekatan dalam mensupervisi sangat dibutuhkan dalam upaya membantu guru mengatasi
permasalahannya. Hal lain yang diduga turut berpengaruh terhadap kinerja guru adalah
kecerdasan emosional guru. Kecerdasan emosional guru merupakan perilaku guru dalam melaksanakan tugas profesionalnya dengan didasarkan pada kemampuan
penguasaan kecakapan emosi pribadi dan kecakapan emosi sosial. Kecerdasan emosional yang tinggi stabil pada diri guru, berarti guru telah memiliki
kemampuan diri untuk mengatasi permasalahan yang melilitnya, mendengarkan, memusatkan perhatian, mengendalikan dorongan hati untuk bertanggung jawab
terhadap kinerjanya. Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa pendekatan supervisi
kepala sekolah maupun kecerdasan emosional guru memiliki potensi dalam
memberikan kontribusi terhadap kinerja guru, sebagaimana dapat diilustrasikan dalam bentuk gambar kerangka berfikir sebagai berikut:
Gambar 2.3 Kerangka Hubungan Antar Variabel
Berdasar gambar di atas dapat dipahami kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Jika guru dalam menanggapi supervisi kepala sekolah positif atau tinggi maka diduga akan berimplikasi pada kuatnya atau tingginya kinerja guru dan
sebaliknya jika guru dalam menanggapi supervisi kepala sekolah negatif atau rendah maka diduga akan berimplikasi pada melemahnya atau rendahnya
kinerja guru. 2. Jika guru dalam menanggapi kecerdasan emosional guru positif atau tinggi
maka diduga akan berimplikasi pada kuatnya atau tingginya kinerja guru dan sebaliknya jika guru dalam menanggapi kecerdasan emosional guru negatif
atau rendah maka diduga akan berimplikasi pada melemahnya atau rendahnya kinerja guru.
3. Jika guru dalam menanggapi supervisi kepala sekolah dan kecerdasan emosional guru positif atau tinggi maka diduga akan berimplikasi pada
Pelaksanaan supervisi kepala sekolah X
1
Kecerdasan emosional guru X
2
Kinerja guru Y
kuatnya atau tingginya kinerja guru dan sebaliknya jika guru dalam menanggapi supervisi kepala sekolah dan kecerdasan emosional guru negatif
atau rendah maka diduga akan berimplikasi pada melemahnya atau rendahnya kinerja guru.
2.5 Hipotesis