diveregen dengan memberikan pertanyaan yang jawabannya tidak hanya sekedar terkait dengan fakta; Ya atau Tidak, akan tetapi lebih dari itu, seorang guru di
dalam kelas dapat juga merumuskan pertanyaan kepada siswa yang memerlukan jawaban secara kreatif, imajinatif-hipotetik dan sintetik thought provoking
questions. Namun sebaliknya, dengan otoritasnya di kelas yang begitu besar itu,
seorang guru tidak menutup kemungkinan untuk tampil sebagai sosok yang justru membosankan, instruktif dan tidak mampu menjadi idola peserta didik. Bahkan,
tidak jarang dia juga bisa berkembang ke arah suatu proses pembelajaran yang yang secara tidak sadar mematikan kreatifitas, menumpulkan daya nalar dan
mengabaikan aspek afektif dan dengan demikian dapat dimasukan kedalam kategori bangking concept of education.
2. Kompetensi kepribadian
Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian guru yang mantap, berahlak mulia, berwibawa, dan menjadi teladan bagi peserta didiknya.
Filosofi mendasar bagi seorang guru dan dosen adalah digugu dan ditiru. Digugu setiap tutur kata yang disampaikan dan ditiru setiap tingkah laku dan
tindak- tanduknya. Dualisme pribadi yang ideal yaitu keseimbangan antara apa yang dikatakan dan apa yang dilakukan guru [sabdo pandito ratu] merupakan
konsekuensi logis bagi yang telah mengambil guru dan dosen sebagai profesinya. Merujuk pada ketentuan filosofi tersebut, guru dan dosen dituntut
mempunyai keperibadian yang baik, karena disamping mengajar ilmu, guru dan dosen juga harus membimbing dan membina anak didiknya. Perbuatan dan
tingkah lakunya harus dapat dijadikan sebagai teladan, artinya seorang guru atau dosen harus berbudi pekerti yang luhur. Dengan kata lain guru dan dosen harus
bersikap yang terbaik dan konsekuen tehadap perkataan dan perbuatannya, karena guru dan dosen adalah figur sentral yang akan dicontoh dan diteladani anak didik.
Berkaitan dengan hal tersebut sosok pendidik guru dan dosen yang dikehendaki UU Sisdiknas adalah bahwa untuk dapat diangkat menjadi tenaga
pengajar, tenaga pendidik yang bersangkutan harus beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berwawasan Pancasila dan UUD 1945 serta memiliki
kualifikasi sebagai tenaga pengajar. Oleh karena itu seorang guru dan dosen harus benar-benar memiliki
kompetensi kepribadian yang mantap, baik sebagai hamba Tuhan maupun sebagai warga negara yang konsisten dengan profesinya.
Penelitian Witty dalam Sahertian, 1994; 57, memperlihatkan sifat-sifat kepribadian guru [dosen] yang disukai oleh peserta didik, antara lain; 1
demokratis; 2 ramah dan sabar; 3 kreatif dan inovatif; 4 santun dan jujur; 5 humoris; 6 empati dan 7 fleksibel. Parameter tersebut dapat dijadikan sebagai
rujukan kompetensi pribadi bagi guru dan dosen sebagai sosok yang ideal. Dalam lingkup yang lebih makro, sikap pribadi yang dijiwai oleh falsafah
Pancasila, akan menumbuhkan sikap mengagungkan budaya bangsa dan negaranya.
3. Kompetensi Sosial