sebesar 10,47. Harga t yang diperoleh berada pada daerah penolakan Ho, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata kemampuan berpikir kritis
dari skor pretest dan posttest. Penelitian lain yang dilakukan oleh Setyowati et al 2011 menunjukkan bahwa pendekatan konflik kognifif pada pembelajaran fisika
dapat menumbuhkan kemampuan berpikir kritis pada siswa. Namun, masih terdapat kelemahan dalam model pembelajaran BTL. Siswa masih merasa
kesulitan dalam menyelesaikan laporan tepat waktu. Siswa belum bisa mengorganisasi tugas di LKS dengan teman sekelompoknya sehingga waktu yang
sudah dijadwal menjadi tidak tepat. Seiring berjalannya waktu siswa sudah mulai terbiasa untuk mengorganisasi tugas. Mistar dan stopwatch yang dapat digunakan
hanya sedikit sehingga membuat kegiatan pembelajaran model BTL sedikit terhambat.
4.2.2. Perkembangan Karakter Siswa
Berdasarkan hasil analisis yang dijabarkan, terlihat perkembangan yang cukup signifikan saat menggunakan model BTL. Hal ini dapat dilihat pada
Gambar 4.3. Aspek karakter yang dikembangkan ada tiga yaitu, disiplin, rasa ingin tahu dan komunikatif. pemberian perlakuan.
4.2.2.1 Karakter Disiplin
Perkembangan karakter disiplin, diamati dari 3 indikator yaitu: 1 menaati jadwal waktu yang ditetapkan, 2 menggunakan peralatan sesuai dengan
petunjuk, 3 mengumpulkan laporan tepat waktu. Setelah dilakukan pembelajaran model BTL, hasil analisis disajikan pada Tabel 4.6. Pada pertemuan pertama,
indikator menaati jadwal yang sudah ditetapkan sudah berada dalam kategori
membudaya, pada pertemuan selanjutnya mengalami perkembangan tetapi hanya sedikit. Ini membuktikan bahwa siswa sudah terbiasa masuk ke dalam kelas tepat
waktu karena pelajaran berlangsung pada jam kedua sehingga siswa tidak ada yang keluar kecuali ijin sementara.
Indikator menggunakan peralatan sesuai dengan petunjuk hasilnya disajikan pada Tabel 4.6, memperlihatkan bahwa indikator ini ada dalam kategori
mulai berkembang. Pada pemberian treatment, sebagian siswa sudah menggunakan alat percobaan sesuai fungsinya. Pada pertemuan pertama ada
beberapa siswa masih menggunakan alat percobaan untuk bercanda sehingga ada beberapa kelompok yang tidak menggunakannya dengan baik dan masih sering
bertanya hal sepele kepada guru. Saat pertemuan kedua, beberapa siswa yang pada pertemuan sebelumnya menggunakan alat percobaan untuk main-main mulai
berkurang, mereka menyadari bahwa ketika percobaan mereka bercanda, kelompoknya tidak dapat menyelesaikan dengan lancar. Kemudian pada
pertemuan ketiga, hanya ada dua siswa yang masih menggunakan alat percobaan untuk main-main, tapi beberapa dari teman mereka menegur sehingga mereka
tidak melanjutkannya dan kembali melakukan percobaan. Hasil pada pertemuan ketiga berada dalam kategori membudaya, artinya pada setiap pertemuan indikator
ini mengalami perkembangan dengan baik. Tabel 4.6 memperlihatkan bahwa, saat pertemuan pertama indikator
mengumpulkan laporan tepat waktu berada dalam kategori belum terlihat, hampir semua kelompok tidak mengumpulkan laporan tepat waktu, ini disebabkan karena
mereka belum terbiasa menggunakan model BTL. Siswa belum dapat mengatur
waktu. Saat pertemuan kedua perkembangannya ada dalam kategori mulai berkembang, ada tiga kelompok yang menyelesaikan laporan tepat waktu,
kelompok lainnya masih belum menyelesaikan sesuai waktu yang sudah ditentukan karena beberapa anggotanya masih menggunakan alat percobaan untuk
main-main. Pada pertemuan ketiga, hanya ada satu kelompok yang tidak dapat menyelesaikan laporan tepat waktu, karena mereka belum bisa membagi tugas
kelompok dengan baik, masih ada anggota yang tidak mengerjakan tugas. Setiap akhir pembelajaran, kelompok yang menyelesaikan laporan tepat waktu dengan
hasil yang terbaik diberi reward sebagai reinforment. Adanya perubahan aspek disiplin pada setiap pertemuan membuktikan adanya pengaruh positif pada
penggunaan model pembelajaran BTL. Hasil tersebut sesuai dengan hasil penelitian Hamidah Palupi 2011 yang menunjukkan bahwa tindakan kelas
yang berbasis pembiasaan disertai dengan motivasi memberikan makna yang sangat berarti bagi membentuk karakter disiplin.
4.2.2.2 Karakter Rasa Ingin Tahu