Berdasarkan Gambar 4.1, dapat diketahui bahwa hasil posttest lebih besar dibandingkan dengan pretest. Hal ini menunjukkan, bahwa kemampuan berpikir
kritis berkembang secara signifikan. Perkembangan ini dikarenakan pembelajaran model BTL yang diintegrasikan dengan kemampuan berpikir kritis. Pembelajaran
model BTL mengajak siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Sesuai dari pendapat Ibrahim dan Syaodih 2003:41 bahwa dalam pembelajaran, siswa tidak hanya
bersifat menerima tetapi memberi dan berbuat, tidak menghafal melainkan mengungkapkan arti.
Kemampuan berpikir kritis tiap aspek yang diukur dalam penelitian ini, disajikan pada Gambar 4.2.
4.2.1.1 Menghipotesis
Pada saat pembelajaran berlangsung. Siswa diberi masalah mengenai gerak lurus yang sering ditemui, agar dapat menduga atau menghipotesis masalah.
Kemampuan menghipotesis siswa terlihat saat siswa mengemukakan pendapat untuk menduga suatu permasalahan yang telah diberikan. Berdasarkan Gambar
4.2 menunjukkan, rata-rata kemampuan menghipotesis pada pretest sudah cukup tinggi yaitu sebesar 87 . Hal ini dikarenakan siswa sebelum diberikan treatment
sudah terbiasa
untuk menghipotesis suatu permasalahan pada kegiatan pembelajaran sebelumnya. Terlihat saat pertama kali pemberian treament ada
beberapa siswa yang memberikan pendapat. Setelah diberi tiga kali treatment, kemampuan aspek menghipotesis semakin berkembang. Saat pemberian treatment
ketiga, siswa diberi permasalahan mengenai gerak lurus berubah beraturan yang cukup sulit, namun hampir diantara mereka dapat menghipotesis permasalahan
tersebut dengan sangat baik walaupuan masih ada beberapa siswa yang kurang betul dalam mengemukakan hipotesis. Hasil dari posttest untuk aspek
menghipotesis berada dalam kategori sangat kritis, ini artinya siswa sudah memiliki kemampuan mengenai materi gerak lurus dengan baik sehingga dapat
menghipotesis sesuai dengan konsep. Jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Yuliati et al 2011 aspek menghipotesis pada
penelitian ini lebih tinggi dibandingkan dari penelitian sebelumnya. Pada penelitian sebelumnya, hasil yang didapat sebesar 61 berada dalam katogori
kurang kritis. Pada penelitian ini mendapat hasil sebesar 96 dan berada dalam kategori sangat kritis. Hal tersebut dikarenakan, pada penelitian sebelumnya siswa
masih merasa kesulitan dalam menghipotesis suatu keadaan, sedangkan pada penelitian ini siswa sebelum diberi perlakuan sudah terbiasa untuk menghipotesis
suatu masalah.
4.2.1.2 Mengukur
Pada aspek mengukur, kemampuan tersebut dilihat dari pengguasaan alat ukur dan ketika mengamati kedudukan benda. Kegiatan mengamati seperti ini
juga bagian dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis pada siswa Hassaoubah 2002:11.
Berdasarkan Gambar 4.2 menunjukkan rata-rata kemampuan dalam mengukur mengalami peningkatan walaupun hanya sedikit,
karena hasil pretest menunjukkan, kemampuan tersebut berada dalam kategori sangat kritis. Tingginya hasil pretest dikarenakan, sebelum pemberian treatment
siswa sudah dibiasakan menggunakan alat ukur panjang dan waktu. Alat ukur yang digunakan saat percobaan sangat mudah dan sering ditemui dalam kehidupan
sehari-hari, sehingga siswa dapat menggunakannya dengan baik tanpa bantuan dari oranglain. Selain dilatih menggunakan alat ukur, siswa juga diajarkan untuk
menuliskan satuan dengan benar.
4.2.1.3 Menginterpretasi data