antinomy dalam hukum, sehingga kewajiban pelaku usaha dapat dilihat sebagai hak konsumen.
Akhirnya, jika hak-hak tersebut disusun secara sistematis mulai dari yang diasumsikan paling mendasar, akan diperoleh urutan sebagai berikut :
1. Hak Konsumen Mendapatkan Keamanan
Konsumen berhak mendapatkan kewenagan dari barang dan jasa yang ditawarkan kepadanya. Produk barang dan jasa itu tidak boleh membahayakan
jika dikonsumsi sehingga konsumen tidak dirugikan secara jasmani dan rohani. Hak untuk memperoleh keamanan itu penting ditempatkan pada kedudukan
utama, karena selam berabad-abad berkembang suatu falsafah berfikir bahwa konsumen terutama pembeli adalah pihak yang wajib berhati-hati, bukan pelaku
usaha. Dalam barang danatau jasa yang dihasillan dan dipasarkan oleh pelaku
usaha beresiko sangat tinggi terhadap kemanan konsumen, maka Pemerintah selayaknya mengadakan pengawasan secara ketat. Satu hal yang harus
diperhatikan dalam kaitan dengan hak untuk mendapatkan keamanan adalah fasilitas umum yang memenuhi syarat yang ditetapkan.
2. Hak untuk mendapatkan informasi yang jelas
Setiap produk yang dikenalkan kepada konsumen harus disertai dengan informasi yang benar. Informasi ini diperlukan agar konsumen tidak sampai
mempunyai gambaran yang keliru atas produk barang dan jasa. Informasi ini
Universitas Sumatera Utara
dapat disampaikan dengan berbagai cara, seperti lisan kepada konsumen melalui iklan diberbagai media, atau mencantumkan dalam kemasan produk.
Jika dikaitkan dengan hak konsumen atasa keamanan, maka setiap produk yang mengandung resiko terhadap kemanan konsumen, wajib disertai informasi
berupa petujuk pemakaian yang jelas. Menurut Troelsrup, konsumen pada saat ini menbutuhkan banyak informasi yang lebih relevan dibanding dengan sekitar 50
tahun lalu. Alasannya, saat ini 1 terdapat lebih banyak produk, merek, dan juga penjualannya., 2 daya beli konsumen semakin meningkat, 3 lebih banyak
variasi merek yang beredar dipasarkan, sehingga belum banyak diketahui semua orang, 4 model-model produk cepat berubah, 5 kemudian tranportasi dan
komunikasi sehingga membuka akses yang lebih besar kepada bermacam-macam produsen dan penjual.
20
Hak untuk mendapatkan informasi menurut Prof. Hans W. Micklitz,
21
20
A.W. Troelsrup, The consumer in American Socciety : personal and Family Finance,
ed. 5 New York : Merrow Hill, 1974, 515.
21
RUUPK di Mata Pakar Hukum Jerman, Warta Konsumen Tahun XXIV No. 12 Desember, 1998, hal. 33-34.
seorang ahli hukum dari Jerman, dalam ceramah di Jakarta, 26-30 Oktober 1998 membedakan konsumen berdasarkan hak ini. Ia menyatakan, sebelum kita
melangkah lebih detail dalam perlindungan konsumen, terlebih dahulu harus ada persamaan persepsi tentang tipe konsumen yang akan mendapatkan perlindungan.
Menurutnya, secara garis besar dapat dibedakan dua tipe konsumen, yaitu konsumen yang terinformasi wel informed dan konsumen yang tidak
terinformasi. Ciri-ciri tipe pertama, antara lain 1 memiliki tingkat pendidikan tertentu, 2 mempunyai sumber daya ekonomi yang cukup, sehingga dapat
Universitas Sumatera Utara
berperan dalam ekonomi pasar, 3 lancar berkomunikasi. Dengan memiliki tiga potensi, konsumen jenis ini mampu bertanggung jawab ddan relatif tidak
memerlukan perlindungan. Tipe konsumen kedua memiliki ciri-ciri, antara lain 1 kurang pendidikan, 2 termasuk kategori kelas menengah kebawah, dan 3
tidak lancar berkomunikasi. Konsumen jenis ini perlu dilindungi, dan khususnya menjadi tanggung jawab Negara memberikan perlindungan.
Selain ciri-ciri konsumen yang tidak terinformasikan, karena hal-hal khusus dapat juga dimasukkan kelompok anak-anak, orang tua, dan orang asing
yang tidak dapat berkomunikasi dengan bahasa setempat sebagai jenis konsumen yang wajib dilindungi oleh Negara. Informasi ini harus diberikan
secara sama bagi semua konsumen tidak diskriminatif.
3. Hak untuk didengar