Agar perjanjian itu memenuhi harapan kedua pihak, masing-masing perlu memiliki iktikad baik untuk memenuhi prestasinya secara bertanggung jawab.
Hukum disini berperan untuk memastikan bahwa kewajiban itu memang dijalankan dengan penuh tanggung jawab sesuai kesepakatan semula. Jika terjadi
pelanggaran dari kesepakatan itu, atau yang lazim disebut dengan wanprestasi, maka pihak yang dirugikan dapat menuntut pemenuhannya berdasarkan perjanjian
tersebut. Penentuan ini ditegaskan dalam Pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata. Selain perjanjian, sumber perikatan lainnya adalah undang-undang.
Perikatan yang timbul karena undang-undang ini dibedakan dalam pasal 1352 KUHPerdata menjadi : 1 perikatan yang memang ditentukan oleh Undang-
Undang, 2 perikatan yang timbul karena perbuatan orang. Kriteria perikatan yang timbul karena perbuatan orang ini ada yang 1 memenuhi ketentuan hukum.
Disebut perbuatan menurut hukum, 2 pembayaran tanpa hutang. Yang diatur dalam pasal 1359 sampai pasal 1364.
Dalam kaitan dengan hukum perlindungan konsumen, kategori kedua, yaitu perbuatan melawan hukum, sangat penting untuk dicermati lebih lanjut
karena paling memungkinkan untuk digunakan oleh konsumen sebagai dasar yuridis penentuan terhadap pihak lawan sengketanya.
2. Hukum Pidana
Pengaturan hukum positif dalam lapangan hukum pidana secara umum terdapat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Di Indonesia penerepannya
kitab diatas diunifikasikan sejak 1918, yakni sejak kali diberlakukannya wetboek
Universitas Sumatera Utara
van strafrecht voor naderlandsch-Indie. Hukum pidana sendiri termasuk dalam kategori hukum publik. Dalam kategori ini termasuk pula hukum administrasi
negara, hukum acara, dan hukum internasional. Diantara semua aspek hukum publik itu, yang paling banyak menyangkut perlindungan konsumen adalah
hukum pidana dan hukum administrasi negara. Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana tidak disebut-sebut kata
“konsumen”. Kendati demikian, secara implicit dapat ditarik beberapa pasal yang memberikan perlindungan hukum bagi konsumen antara lain :
1. Pasal 204 “ Barang siapa menjual, menawarkan, menyerahkan atau membagi-
bagikan barang, yang diketahui membahayakan itu tidak diberitahukan, diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun”. Jika perbuatan
mengakibatkan matinya orang, yang bersalah dikenakan pidana penjara paling lama lima belas tahun.
2. Pasal 205 “ Barang siapa karena kealpaannya menyabebkan bahwa barang-
barang yang berbahaya bagi nyawa atau kesehatan orang dijual, diserahkan atau dibagi-bagikan, tanpa diketahui sifat berbahayanya oleh yang membeli
atau memperoleh, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau kurungan paling lama enam bulan atau denda paling banyak tiga
ratus rupiah”. Jika perbuatan mengakibatkan matinya orang, yang bersalah dikenakan penjara paling lama satu tahun empat bulan atau kurung paling
lama satu tahun.
Universitas Sumatera Utara
3. Pasal 359 “ Barang siapa karena kealpaannya menyebabkan matinya orang
lain, diancam pidana penjara paling lama lima tahun atau kurungan paling lama satu tahun LN 11906 No.1.
4. Pasal 360 “ Barang siapa karena kealpaannya menyebabkan orang lain
mendapat luka berat, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau kurungan paling lama satu tahun. Barang siapa dengan kealpaannya
menyebabkan orang lain luka-luka sedemikian rupa sehingga timbul penyakit atau halangan menjalankan pekerjaan jabatan atau pencaharian selama waktu
tertentu, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau kurungan paling lama enam bulan atau denda paling tinggi tiga ratus rupiah.
5. Pasal 382 “ Barang siapa menjual, menawarkan, atau menyerahkan makanan,
minuman atau obat-obatan yang diketahui bahwa itu palsu, dan menyembunyikan hal itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat
tahun”. 6.
Pasal 382 bis “ Barang siapa yang mendapatkan, melangsungkan atau memperluas debit perdagangan atau perusahaan kepunyaan sendiri atau orang
lain, melakukan perbuatan curang untuk menyesatkan khalayak umum atau orang tertentu diancam, jika karenanya dapat timbul kerugian bagi konkiren-
konkoren orang lain itu, karena persaingan curang, dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau denda paling banyak sembilan ratus
rupiah.
Universitas Sumatera Utara
7. Pasal 383 “ Diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat
bulan, seorang penjual yang berbuat curang, terdapat pembeli : 1 karena sengaja menyerahkan barang lain daripada yang ditunjuk untuk dibeli, 2
mengenai jenis keadaan atau banyaknya barang yang diserahkan, dengan menggunakan tipu muslihat”.
8. Pasal 390 “ Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri
atau orang lain secara melawan hukum, dengan menyiarkan kabar bohong yang menyebabkan harga barang dagangan, dana-dana atau surat berharga
menjadi turun atau naik, diancam pidana pejara paling lama dua tahun delapan bulan”.
Diluar Kitab Undang-Undang Hukum Pidana terdapat banyak sekali ketentuan pidana yang beraspekkan perlindungan konsumen. Tentu saja
konsekuensi lain adalah mengartikan perbuatan melawan hukum wederrechetlijke daad dilapangan hukum pidana tidak seleluasa dilapangan
hukum perdata. Putusan-putusan pengadilan berkaitan dengan perluasan penafsiran tentang perbuatan. Melawan hukum memang juga mempengaruhi
pemikiran para ahli hukum pidana. Vost, misalnya menganut pemikiran agar dalam hukum pidana pun unsur perbuatan melawan hukum ditafsirkan secara
luas. Sehingga menjadi perbuatan yang oleh masyarakat tidak diperbolehkan, tidak sekedar yang oleh Undang-Undang dilarang. Cara berfikir Vost ini disebut
dengan pendirian material, sebagai lawan dari pendirian yang formal. Tindak
Universitas Sumatera Utara
pidana dapat kehilangan sifat melawan hukumnya hanya jika ada peraturan minimal setingkat dengan itu misalnya sama-sama Undang-Undang.
17
3. Hukum Administrasi Negara