dan sebanyak 10.200 ton berada di Desa Huta Nauli, sedangkan sisanya menyebar di 17 Desa lainnya dengan produksi rata-rata 17 tonhapanen. Hal ini terjadi
karena lahan pertanian padi lebih luas di kecamatan Dolok Masihul dari tanaman pertanian lainnya seperti jagung dan ubikayu. Produksi jerami padi yang tinggi
inilah dapat digunakan sebagai pakan ternak dengan penggunaan teknologi yang tepat. Hal ini sesuai dengan pernyataan
BPMU 2009, yang menyatakan limbah jerami padi yang potensinya luar biasa tingginya tetapi belum dimanfaatkan untuk
makanan ternak. Hampir semua biomassa tersebut belum dimanfaatkan untuk makanan sapi. Hal ini antara lain disebabkan oleh kebiasaan para peternak yang
hanya memberikan makanan sapinya berupa rumput-rumputan serta jenis tanaman segar lainnya, disamping pengetahuan mereka yang masih terbatas.
2. Produksi bahan kering BK limbah tanaman pangan di Kecamatan
Dolok Masihul
Menurut Jayasurya 2002, produksi limbah tanaman pangan di suatu wilayah dapat diperkirakan berdasarkan luas lahan panen dari tanaman pangan
tersebut. Semakin luas lahan panen pertanian maka produksi limbah pertanian akan banyak juga.
Ahmad 2010, menyatakan bahwa perbedaan jumlah produksi bahan kering limbah tanaman pangan dapat disebabkan pada perbedaan pola tanam, jarak
tanam, kondisi iklim, kesuburan tanah, dan pengairan lahan. Hasil pengamatan di lapangan bahwa pola tanam monokultur akan menghasilkan produksi yang lebih
besar dibandingkan pola tanam tumpang sari, jarak tanam yang lebih rapat akan lebih banyak menghasilkan dibandingkan jarak tanam yang lebih jarang. Produksi
BK di Kecamatan Dolok Masihul dapat dilihat pada Tabel 5.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 5. Produksi bahan kering BK limbah pertanian di Kecamatan Dolok Masihul.
No Desa
Produksi BK limbah pangan ton Total BK
ton J. Padi
J. Jagung Ubikayu
1 Pekan Dolok Masihul 913,920
362,250 212,310
1.488,480 2 Dolok Manampang
- 3.622,500 1.415,400
5.037,900 3 Baja Ronggi
- 3.139,500 1.321,040
4.460,540 4 Kota Tengah
- 3.260,250 1.085,140
4.345,390 5 Blok 10
326,400 3.864,000 1.509,760
5.700,160 6 Tegal Sari
1109,760 362,250
165,130 1.637,140
7 Dame 3068,160
- -
3.068,160 8 Pardomuan
1697,280 -
- 1.697,280
9 Pekan Kamis 652,800
- -
652,800 10 Batu 13
1762,560 -
- 1.762,560
11 Huta Nauli 3916,800
1.449,000 401,030
5.766,830 12 Silau Merawan
3264,000 -
- 3.264,000
13 Malasori 2872,320
241,500 684,110
3.797,930 14 Batu 12
2611,200 1.449,000
424,620 4.484,820
15 Bantan 2088,960
1.690,500 613,340
4.392,800 16 Aras Panjang
913,920 -
- 913,920
17 Bukit Cermin Hilir 2480,640
241,500 141,540
2.863,680 18 Dolok Sagala
913,920 3.018,750
542,570 4.475,240
19 Pertambatan 979,200
724,500 47,180
1.750,880 20 Kerapuh
587,520 -
- 587,520
Total 30.159,360 23.425,500 8.563,170 62.148,030
Pada Tabel 4 dan Tabel 5 produksi segar maupun produksi Bahan Kering jerami padi yang tertinggi berada di desa Huta Nauli, produksi jerami jagung dan
ubi kayu tertinggi berada di desa Blok 10. Hal ini disebabkan karena tanaman padi, jagung dan ubikayu lebih luas di desa tersebut daripada desa lainnya. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Jayasurya 2002, yang menyatakan bahwa produksi limbah tanaman pangan di suatu wilayah dapat diperkirakan berdasarkan luas
lahan panen dari tanaman pangan tersebut. Pada Tabel 4 terlihat produksi bahan kering BK dari limbah tanaman
pangan di Kecamatan Dolok Masihul sebanyak 6.2148,030 ton. Produksi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
terbanyak dari jerami padi yaitu sebanyak 30.159,360 ton. Sesuai dengan pernyataan
Syamsu 2006 yang menyatakan bahwa tingginya produksi limbah tanaman pangan pada suatu daerah dipengaruhi oleh luas areal panen tanaman
pangan yang tinggi khususnya areal panen padi sehingga menghasilkan jerami padi yang lebih banyak dan akhirnya berpengaruh kepada tingginya total produksi
bahan kering limbah tanaman pangan.
3. Produksi protein kasar PK limbah tanaman pangan di Kecamatan