4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi yang Efektif
Berikut ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi efektif:
a. Kepercayaan
Kepercayaan dapat meningkatkan daya perubahan sikap karena kepercayaan mencerminkan pesan yang diterima telah dianggap benar
dan sesuai dengan kenyataan empiris Effendy, 1981. b.
Daya tarik Daya tarik akan tercipta apabila kedua belah pihak merasakan adanya
kesamaan, khususnya kesamaan ideologi Effendy, 1981. c.
Citra diri Setiap manusia mempunyai gambaran tertentu mengenai dirinya, status
sosial, kelebihan dan kekurangannya. Gambaran itulah yang menjadi penentu tetang apa dan bagaimana cara berbicara, penyaring apa yang
dilihat, didengar dan penilaian akan sekitarnya Lunandi, 1987. d.
Citra pihak lain Citra pihak lain akan menentukan cara dan kemampuan seseorang dalam
berkomunikasi. Citra pihak lain dapat mempengaruhi sesorang dalam beromunikasi, misalnya berkomunikasi dengan orang tua dan atasan di
kantor berbeda ketika sedang berkomunikasi dengan anak dan rekan kerja Lunandi, 1987.
e. Lingkungan fisik
Lingkungan fisik memiliki pengaruh terhadap cara berkomunikasi. Ketika sedang di rumah kita dapat berbicara dengan keras tetapi pada saat berada
di kantor kita harus menjaga volume suara kita agar tidak mengganggu orang lain, karena setiap tempat memiliki norma yang harus ditaati
Lunandi, 1987. f.
Lingkungan sosial Lingkungan sosial menentukan seseorang dalam berkomunikasi.
Contohnya, ketika sedang di rumah kita dapat berkomunikasi dengan santai karena berada dalam lingkungan keluarga, tetapi ketika sedang
berada di luar rumah, di kantor misalnya kita harus menjaga komunikasi kita karena di kantor terdapat berbagai macam kedudukan yaitu manajer,
direktur, cleaning service dan lain-lain Lunandi, 1987. g.
Kondisi fisik Kondisi mempengaruhi pengiriman dan penerimaan komunikasi.
Contohnya, seseorang yang sedang sakit biasanya kurang cermat dalam mendengarkan, seseorang yang sedang marah cenderung tidak peduli
dengan apa yang dikatakan oleh orang lain. Hal ini terjadi karena komunikasi berlangsung secara timbal balik Lunandi, 1987.
h. Bahasa tubuh
Bahasa tubuh merupakan gerakan-gerakan tubuh yang dilakukan tanpa berbicara. Misalnya, untuk mengatakan “tidak” kita biasanya
menggelengkan kepala, untuk mengatakan “ya” kita menganggukkan kepala Lunandi, 1987.
Berdasarkan uraian di atas, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi komunikasi yang efektif diantaranya, kepercayaan, daya
tarik, citra diri, citra pihak lain, lingkungan fisik, lingkungan sosial, kondisi, dan bahasa tubuh
.
B. Kepuasan Perkawinan
1. Definisi Perkawinan
Perkawinan merupakan suatu tahapan kehidupan baru yang akan dijalani oleh sebagian besar orang dewasa sebagai pasangan suami istri.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan menyatakan bahwa perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang
wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Ikatan dalam perkawinan sangat perlu untuk menjaga terpenuhinya kebutuhan dalam perkawinan, supaya individu yang telah disahkan menjadi
pasangan suami istri dapat memperoleh perasaan aman dan terlindung atau perasaan puas dalam perkawinannya Gunarsa Gunarsa, 1990. Hornby
dalam Walgito, 2010 menyatakan bahwa marriage is the union of two persons as husband and wife, atau perkawinan adalah bersatunya dua orang
sebagai suami istri. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Berdasarkan definisi-definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa perkawinan adalah suatu ikatan lahir batin pasangan suami istri yang
bertujuan untuk membentuk suatu keluarga yang bahagia dan kekal serta memperoleh rasa aman dan terlidung sehingga menimbulkan rasa puas dalam
perkawinan. 2.
Kepuasan Perkawinan Duvall Miller 1985 mendefinisikan kepuasan perkawinan bagi
istri adalah terpenuhinya rasa aman secara emosional, komunikasi dan terbinanya kedekatan. Levenson dkk 1993 mengungkapkan bahwa kepuasan
dalam perkawinan membuat perkawinan bertahan lama dan mengurangi kemungkinan berakhirnya ikatan perkawinan. Menurut Bradbury, Fincham,
dan Beach 2000 kepuasan perkawinan adalah kondisi mental yang menggambarkan persepsi seseorang tentang kelebihan dan kekurangan dari
suatu perkawinan. Semakin banyak manfaat yang didapat dari perkawinan maka akan semakin puas begitupula sebaliknya.
Hawkins dalam Olson dan Hamiton, 2003 kepuasan perkawinan merupakan perasaan subjektif akan kebahagiaan dan pengalaman
menyenangkan yang dialami oleh suami dan istri dalam perkawinan dengan mempertimbangkan keseluruhan aspek perkawinan.
Olson dan Hamilton 2003, mendefinisikan kepuasan perkawinan sebagai perasaan bahagia, puas,
dan menyenangkan terhadap seluruh kehidupan perkawinannya, serta pada aspek-aspek khusus yang berhubungan dengan pasangan tersebut.
Kepuasan dalam perkawinan memegang peranan penting dalam keberlangsungan perkawinan itu sendiri. Perkawinan yang memuaskan juga
ditandai dengan keintiman, komitmen, persahabatan, afeksi, pemuasan seksual, keamanan ekonomi, dan kesempatan untuk pertumbuhan emosional
Papalia, Olds Feldman, 2009. Apabila seseorang merasa puas terhadap perkawinan yang telah dijalani, maka ia beranggapan bahwa harapan,
keinginan dan tujuan yang ingin dicapai pada saat ia menikah telah terpenuhi, baik sebagian ataupun seluruhnya.
Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kepuasan perkawinan adalah perasaan positif mengenai kebahagiaan, rasa
puas dan perasaan yang menyenangkan karena telah terpenuhinya keinginan dan tujuan dalam perkawinan.
3. Aspek Kepuasan Perkawinan
Menurut Bradbury, Fincham, dan Beach 2000 terdapat beberapa aspek yang dapat menjadi indikator kepuasan perkawinan. Aspek-aspek
tersebut antara lain: a.
Cognition Bagaimana pasangan memberikan penilaian perilaku positif dan negatif
yang dimiliki pasangan. Misalnya, perilaku malas, dalam situasi tertentu istri lelah ketika pulang bekerja dan malas memasak suami akan menerima
dan mengerti bahwa sang istri sedang lelah atau mengeluhkan perilaku istri.
b. Affect
Pernyataan tentang peran afeksi dalam mengikis atau mendukung kepuasan perkawinan yang digunakan untuk mengamati ekspresi
emosional dan untuk membedakan afeksi mereka tentang perkawinan dari waktu ke waktu.
c. Physiology
Pasangan akan lebih puas bila mereka sering melakukan sentuhan- sentuhan fisik yang dapat meningkatkan keselarasan dengan pasangan.
Sentuhan-sentuhan fisik yang dimaksud seperti, berpegangan tangan, berciuman, berpelukan, dan melakukan hubungan seks.
d. Patterns
Pola berhubungan dengan permintaan atau penarikan perilaku pasangan. Misalnya, ketika istri akan cenderung menuntut suami untuk melakukan
perubahan perilaku karena tidak puas dengan perilaku pasangannya, sementara itu suami akan cenderung menghindar dari tuntutan istri.
Peningkatan tuntutan menyebabkan peningkatan penghindaran, yang pada gilirannya menyebabkan peningkatan tuntutan untuk keterlibatan suami
dalam menyelesaikan konflik yang menyebabkan terjadinya penurunan kepuasan perkawinan.
e. Social Support
Dukungan sosial dipercaya berhubungan dengan fungsi perkawinan yang baik agar tercipta hubungan yang sehat dalam keluarga. Pasangan yang
memberikan dukungan sosial yang baik untuk pasangannya akan memberikan kontribusi terhadap kepuasan perkawinan. Dukungan sosial
dapat berupa memberikan perhatian akan kesehatan pasangan, menyediakan kebutuhan pasangannya dan lain-lain.
f. Violence
Individu yang terlibat dalam hubungan yang kasar lebih cenderung tidak puas dengan perkawinannya daripada individu yang tidak terlibat dalam
hubungan yang kasar. Berdasarkan uraian diatas, berikut indikator dalam kepuasan
perkawinan antara lain: 1.
Cognition, indikatornya: Memberikan penilaian yang positif dan negatif pada pasangan.
2. Affect, indikatornya:
Bagaimana pasangan mengekspresikan rasa cintanya dari waktu ke waktu.
3. Physiology, indikatornya:
Sentuhan-sentuhan fisik berupa berpegangan tangan, berciuman, berpelukan, dan berhubungan seksual.
4. Patterns, indikatornya:
Perubahan pola perilaku pasangan yang berupa permintaan dan penarikan perilaku pasangan.
5. Social Support
Dukungan sosial yang positif yang diberikan pasangan dapat menciptakan lingkungan keluarga yang sehat.
6. Violence, indikatornya:
Kekerasan yang dilakukan terhadap pasangan berdampak pada ketidakpuasan perkawinan.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Perkawinan