Kepuasan Perkawinan LANDASAN TEORI

5. Social Support Dukungan sosial yang positif yang diberikan pasangan dapat menciptakan lingkungan keluarga yang sehat. 6. Violence, indikatornya: Kekerasan yang dilakukan terhadap pasangan berdampak pada ketidakpuasan perkawinan. 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Perkawinan Menurut Ayub 2010 terdapat sepuluh faktor yang mempengaruhi kepuasan perkawinan, yaitu: a. Hubungan dengan mertua Memiliki hubungan yang baik dengan mertua dianggap penting dalam tatanan masyarakat khususnya mengenai penyatuan dua keluarga. Kualitas hubungan dengan keluarga pasangan dapat memperdiksi kepuasan perkawinan. b. Perbedaan gender Wanita berharap lebih banyak dalam kehidupan perkawinan serta lebih peduli pada afeksi dan kebersamaan. Kepuasan perkawinan istri cenderung lebih tinggi jika kedua pasangan bekerja dan suami turut membantu pekerjaan rumah. Selain itu, istri akan lebih puas jika suami lebih terbuka kepada istri mengapa suami merasa sedih Conley, 2012. Sedangkan kepuasan perkawinan pada pria cenderung lebih tinggi dibandingkan wanita Gokmen dalam Ayub, 2010. Kepuasan perkawinan pada suami terjadi apabila istri merasa bahagia dan atraktif Hillin, 2013. c. Pendidikan pasangan Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin bebas ekspresi dan perilaku asertifnya. Pasangan yang lebih asertif memiliki pandangan yang tidak terikat pada gaya tradisional seperti, gaya pria mendominasi wanita. d. Kehadiran anak Kepuasan perkawinan cenderung meningkat ketika hadirnya anak ditengah-tengah kehidupan perkawinan Santrock, 2002. e. Kompromi Kompromi dalam perkawinan dilakukan untuk saling mengerti satu sama lain, seperti membahas keuangan, rekreasi, lingkungan rumah, pengasuhan, dan relasi sosial. Keikhlasan dalam melakukan suatu hal diperlukan dalam melakukan kompromi. f. Pengertian dan dukungan pasangan Pengertian dan dukungan pasangan berarti saling mengerti dalam berbagai hal, seperti nilai-nilai kehidupan, kesepakatan, dan kemampuan dalam mengatasi perubahan dan perbedaan yang terjadi. Pengertian pasangan juga berubungan dengan kemampuan menyelesaikan konflik, kelekatan, dan self-attributes. Dukungan pasangan tidak dapat digantikan oleh dukungan orang terdekat atau teman. Orang yang tidak memiliki pasangan yang suportif cenderung mengalami kecemasan, depresi, dan kebencian. Berbagi waktu luang bersama dan pembagian tugas dan peran yang adil dalam keluarga termasuk dalam pengertian terhadap pasangan. g. Kepuasan seksual Kepuasan seksual menjadi faktor yang cukup penting dalam kepuasan perkawinan. Frekuesnsi, kualitas hubungan intim dan aktivitas seksual yang terkait pada kesukaan pasangan sexual-interest menjadi penentu kepuasan perkawinan. h. Persepsi diri Seseorang yang memandang positif kehidupan akan lebih merasakan kepuasan perkawinan. i. Finansial Status finansial yang tinggi mendukung kepuasan pekawinan. j. Komunikasi Komunikasi adalah faktor utama dalam perkawinan yang merupakan kunci dari kepuasan perkawinan. Komunikasi yang dilakukan dengan baik dapat dipahami satu sama lain sehingga menghindari kesalahpahaman. Pasangan dengan komunikasi yang tidak baik, sering mengalami kesalahpahaman dan cenderung sulit menyampaikan pesan-pesan positif kepada pasangannya. Berdasarkan uraian di atas, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kepuasan perkawinan diantaranya, hubungan dengan mertua, perbedaan gender, pendidikan pasangan, kehadiran anak, kompromi, pengertian dan dukungan pasangan, kepuasan seksual, persepsi diri, finansial dan komunikasi.

C. Istri Suku Jawa

Di Indonesia wanita Jawa masih diletakkan pada wilayah-wilayah domestik, misalnya sebagai ibu rumah tangga. Sardjono 1992 mengungkapkan pandangan tentang wanita Jawa yang menyatakan kedudukan wanita Jawa tidak sama dengan pria, namun dari wanita dituntut ciri-ciri terhormat antara lain, kesetiaan, kepatuhan, kesabaran, kemampuan menyembunyikan gejolak batin, pasrah atau nerimo ing pandrum dan kompromis. Menurut Sukri dan Sofwan, 2001 wanita Jawa selalu diidentikkan dengan kelemah-lembutan, penurut, sopan santun, dan beberapa sifat feminim lainnya. Menurut Handayani dan Novianto 2004 istri suku Jawa adalah wanita yang tetap tampak lembut, halus, berperan, dengan baik di rumah sebagai ibu maupun istri, di dapur maupun di tempat tidur. Karakter istri suku Jawa sangat identik dengan kultur Jawa, seperti bertutur kata halus, tenang, kalem, tidak suka konflik, mementingkan harmoni, menjunjung tinggi nilai keluarga, mampu mengerti dan memahami orang lain, sopan, terkontrol, memiliki daya tahan yang tinggi untuk menderita dan setia. Sukri dan Sofwan 2001 mengatakan bahwa dalam kehidupan keluarga Jawa, wanita berkedudukan sebagai istri garwa, pendamping suami dan sebagai ibu rumah tangga yang melahirkan, menjaga, dan memelihara anak. Secara lebih luas perannya dalam keluarga wanita dalam Serat Candrarini dilukiskan bisa macak, manak, dan masak. Pada pola perkawinan seperti ini tugas istri adalah mengurus keluarga, karena istri tergantung pada suami dalam hal pencarian nafkah, maka suami dianggap lebih mempunyai kuasa wewenang. Sudartini 2010 mengatakan bahwa dalam budaya Jawa, seorang istri yang ideal digambarkan sebagai sosok yang lemah lembut, penurut, penyabar, penyayang, pasrah, dan setia pada suami. Selain itu, masyarakat Jawa juga menempatkan wanita sebagai the second class setelah laki-laki. Kedudukan sebagai istri, membuat wanita suku Jawa berada dalam posisi yang lebih rendah dari pada suami, sebab dalam konsep Jawa istri harus memperlakukan suami seperti dewa yang dipuji, ditakuti, dan dihormati Sukri dan Sofwan, 2001. Bahkan ada falsafah yang mengatakan bahwa seorang istri adalah konco wingking bagi suaminya, artinya seorang istri harus mendukung suaminya dari belakang tanpa boleh mendahului langkah suaminya. Ada pula falsafah Jawa lain yang harus dipegang oleh seorang istri terhadap suaminya, yakni “surgo nunut neroko katut ”. Falsafah tersebut menyiratkan bahwa seorang istri harus mengikuti suaminya. Keputusan mutlak di tangan laki-laki dan wanita berkewajiban menurutinya tanpa boleh membantah Roqib, 2007. Berdasarkan penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa istri suku Jawa adalah seorang istri yang pasrah, penurut, penyabar terhadap apa saja yang akan terjadi pada dirinya dan setia kepada suaminya. Selain itu, istri suku jawa juga memiliki peran dalam mendukung semua keputusan suami.

D. Dinamika Hubungan antara Komunikasi yang Efektif dan Kepuasan

Perkawinan Pada Istri Suku Jawa Roqib 2007 mengatakan bahwa istri suku Jawa adalah seorang wanita yang pasrah terhadap apa pun yang terjadi pada dirinya. Menurut tradisi Jawa, istri dibatasi oleh tradisi keperempuanan ideal yang mengutamakan nilai-nilai kepatuhan dan ketaatan Hakimi dkk, 2011. Hal ini karena seorang istri yang ideal digambarkan sebagai sosok yang lemah lembut, penurut, penyabar, penyayang, pasrah, dan setia pada suami Sudartini 2010. Nilai-nilai kepatuhan dan ketaatan yang ditanamkan pada istri suku Jawa cenderung membuat istri suku Jawa kurang dapat mengutarakan pikiran dan perasaan. Komunikasi adalah pertukaran arus informasi dan ide-ide dari satu orang ke orang lain dengan melibatkan pengirim transmisi ide, informasi atau perasaan ke penerima Army, dalam Osakinle dan Okafor, 2013. Komunikasi yang efektif terjadi hanya jika penerima mengerti informasi atau gagasan yang tepat bahwa pengirim bermaksud untuk mengirimkan suatu pesan. Canary dan Stafford 2002 mendefinisikan komunikasi efektif sebagai tindakan dan kegiatan yang digunakan untuk mempertahankan hubungan sesuai dengan apa yang diinginkan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Setiap orang menginginkan kepuasan dalam perkawinannya karena kepuasan perkawinan menjadi salah satu penentu kesejahteraan dalam kehidupan perkawinan Hurlock, 1990. Beberapa studi telah menunjukkan bahwa komunikasi yang efektif berperan dalam kepuasan perkawinan Yalcin, Ka Karahan, 2007;. Schilling, et al, 2003; Halford, Sanders, Behrens, 2001; Shirali, 2008 dalam Tavakolizadeh, Nejatian, Soori, 2014. Studi Gottman 2004 menunjukkan bahwa komunikasi efektif dapat menjadi penentu rasa puas dalam perkawinan dalam Tavakolizadeh, Nejatian, dan Soori, 2014. Pada istri suku Jawa yang memiliki komunikasi efektif dicirikan dengan sopan, baik, menyenangkan, mampu mengungkapkan pikiran dan perasaan, ekspresif, mempunyai hubungan yang baik dengan pasangan dan keluarga pasangan, berbagi tugas dan tanggung jawab, menyelesaikan masalah bersama, menerima dan menjalankan nasihat dari pasangan. Hal ini membuat istri suku jawa dapat menerima perilaku negatif pasangan, kehidupan seksual yang baik, hubungan yang harmonis, adanya dukungan sosial, dan saling perhatian dengan pasangan. Penjelasan tersebut menyebabkan istri suku jawa memiliki kepuasan perkawinan yang tinggi. Sebaliknya apabila terjadi komunikasi tidak efektif pada istri suku Jawa dalam perkawinan seperti kasar, tidak ramah, banyak mengkritik, tertutup, jarang mengungkapkan perasaan cinta, hubungan dengan pasangan dan keluarga pasangan tidak harmonis, banyak masalah yang tidak terselesaikan dan mengabaikan nasihat dari pasangan diduga dengan situasi tersebut akan muncul anggapan tentang perilaku pasangan yang negatif, kehidupan seksual tidak terpenuhi, hubungan yang tidak harmonis, tidak adanya dukungan sosial dari pasangan dan sering melakukan kekerasan dalam perkawinan yang akan berdampak pada kepuasan perkawinan yang rendah pada istri suku Jawa. Istri suku Jawa memiliki posisi yang tidak terlalu menguntungkan dibandingkan dengan laki-laki secara budaya karena dipandang pasif, penurut dan tunduk kepada suami Handayani dan Novianto, 2007. Adanya komunikasi yang tidak efektif antara suami istri menyebabkan renggangnya hubungan dengan pasangan dan kurangnya komunikasi verbal antar pasangan suami istri. Hal ini dapat menyebabkan menurunnya kepuasan dalam perkawinan Tavakolizadeh, Nejatian, dan Soori, 2014. Kepuasan perkawinan muncul disebabkan karena adanya jalinan komunikasi yang efektif, bukan hanya karena masing-masing dapat mengemukakan apa yang menjadi kebutuhannya saja tetapi juga kebutuhan untuk berkomunikasi itu sendiri bila terpenuhi akan memberikan kepuasan perkawinan yang lebih tinggi Montgomery, 1981.

E. Bagan Hubungan antara Komunikasi yang Efektif dan Kepuasan

Perkawinan Pada Istri Suku Jawa