6
mampu menggunakan semua potensi dalam dirinya demi kesejahteraan diri sendiri dan orang lain.
Sebagai bagian dari keutuhan manusia, ia juga harus mampu mempergunakan pikirannya secara otentik dan bertindak secara lebih aktif-positif.
Berpikir otentik dan bertindak aktif berarti siswa perlu memiliki sikap dan ketrampilan untuk mengakses informasi sekaligus mampu mengkaji dan
menyeleksi informasi yang berguna dalam proses pembelajaran dan kehidupannya.
Dewasa ini banyak terjadi perubahan nilai-nilai dan benturan nilai-nilai. Sisw
a hendaknya selalu di “tune in” kan pada nilai keutamaan dan universal. Mereka perlu dilatih dan dibina untuk menjadi pribadi yang berbudi luhur serta
beriman yang tangguh, sekaligus menghargai dan menghormati keyakinan dan perbedaan. Mereka memiliki integritas moral yang tinggi sehingga dapat menjadi
teladan dan penggerak budaya “berhati nurani”. Berkat ketangguhan iman dan moral akan mempengaruhi kepribadian siswa Pangudi Luhur sampai mengalami
dan menyadari hidup bersama yang penuh persaudaraan, keramahan dan keakraban, sekaligus disertai jiwa kemandirian dan kebebasan yang bertanggung
jawab untuk membentuk jiwa kewirausahaan yang tangguh. Sejauh pengamatan penulis di beberapa SMP Pangudi Luhur di
Yogyakarta, pembelajaran Kepangudiluhuran terlaksana berdasarkan program pembelajaran yang disusun oleh Tim Penulis buku Kepangudiluhuran. Model
pembelajaran kepangudiluhuran bersifat pendampingan iman yang diawali dengan doa, pengantar singkat, inspirasi iman yang bersumber dari Kitab Suci atau dari
7
keteladanan hidup pendiri Kongregasi FIC, dan dilanjutkan dengan pendalaman iman dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan reflektif. Selanjutnya siswa diajak
untuk membagikan hasil refleksinya dalam bentuk sharing bersama. Pada akhir kegiatan guru membuat kesimpulan dan mengajak siswa untuk membuat aksi
nyata sebagai tanggapan atas materi pembelajaran yang bersangkutan. Kegiatan ini dilaksanakan sebagai kegiatan rutinitas pada proses pembelajaran
kepangudiluhuran di kelas. Komite sekolah dan orang tua siswa turut memberikan tanggapan positif
terhadap pelaksanaan pendidikan kepangudiluhuran di sekolah-sekolah yayasan Pangudi Luhur dengan melihat kualitas lulusan yang mempunyai kompetensi
bukan hanya dalam hal intelektual, tetapi juga kepribadian yang utuh dan seimbang. Pembentukan kepribadian siswa yang utuh dan seimbang menjadi
sangat penting sehingga dalam pendidikan kepangudiluhuran perlu ada usaha peningkatan mutu dan kualitas melalui evaluasi pendidikan kepangudiluhuran
secara keseluruhan. Dari fakta di lapangan yang penulis amati di SMP Pangudi Luhur
Yogyakarta, SMP Pangudi Luhur Sedayu, dan SMP Pangudi Luhur Moyudan tanggapan siswa-siswi terhadap pelajaran kepangudiluhuran belum maksimal.
Bahkan sebagian besar siswa-siswi kurang bersemangat mengikuti pelajaran kepangudiluhuran. Beberapa hal yang menjadi penyebab adalah: karena proses
pembelajaran yang monoton sehingga kurang menyentuh hati siswa-siswi. Di samping itu kemasan materi kepangudiluhuran sudah tercakup dalam mata
pelajaran pendidikan agama dan budi pekerti yang kesannya hanya mengulang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
pelajaran yang
sama. Muncul
kesan siswa-siswii
bahwa pelajaran
kepangudiluhuran hanya mengulang pelajaran pendidikan agama meskipun ada sedikit perbedaan karena kepangudiluhuran lebih mengarah kepada pengetahuan
dan spritualitas. Beberapa alasan tersebut di atas menjadi alasan yang masuk akal apabila
sebagian dari siswa-siswi menjadi bosan dan kurang berminat terhadap pelajaran kepengudiluhuran di samping alokasi yang disediakan dalam satu minggu hanya
satu jam pelajaran dengan durasi 35 menit. Kapasitas waktu 35 menit tentu saja tidak cukup bila dibandingkan dengan isi materi kepangudiluhuran. Kapasitas
waktu yang terbatas mempengaruhi proses pelajaran yang tidak utuh. Di sisi lain, siswa-siswi mengharapkan agar pendidikan kepangudiluhuran
semestinya diampu oleh seorang biarawan Bruder yang mempunyai wawasan dan spiritualitas mendalam tentang kepangudiluhuran. Namun meskipun
pendidikan kepengudiluhuran diampu oleh guru, awam guru tersebut diberi pembekalan secara khusus baik dalam hal wawasan tentang kepangudiluhuran dan
juga spiritualitas kongregasi FIC. Fakta yang terjadi adalah guru yang dipercaya untuk mengampu pelajaran kepangudiluhuran tidak memiliki wawasan
spiritualitas kongregasi FIC. Dengan demikian baik guru maupun siswa belum memahami dengan sungguh makna terdalam dari kepangudiluhuran yang
sesungguhnya sehingga hasilnya juga belum maksimal. Berdasarkan pemaparan tersebut di atas, sangat jelas persoalan yang
menjadi fokus dari penelitian penulisan ini adalah mengenai proses pembelajaran kepangudiluhuran terutama di tiga 3 SMP Pangudi Luhur yang ada di daerah
9
Yogyakarta. Penulis akan mengadakan penelitian dan evaluasi terhadap proses pelajaran kepangudiluhuran
dengan judul “EVALUASI PENDIDIKAN KEPANGUDILUHURAN DI SMP PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA,
SMP PANGUDI LUHUR SEDAYU DAN SMP PANGUDI LUHUR MOYUDAN
”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan permasalahan yang penulis uraikan dalam latar belakang penulisan skripsi ini, maka dapat diindentifikasi sebagai berikut:
1. Apa itu pendidikan kepangudiluhuran? 2. Apa isi materi pendidikan kepangudiluhuran?
3. Bagaimana proses pendidikan kepangudiluhuran di SMP Pangudi Luhur Yogyakarta, SMP Pangudi Luhur Sedayu dan SMP Pangudi Luhur Moyudan?
4. Bagaimana model pendampingan guru dalam menyampaikan materi pendidikan kepangudiluhuran?
5. Bagaimana tanggapan siswa terhadap materi pendidikan kepangudiluhuran? 6. Bagaimana respon orang tua dan komite sekolah terhadap pendidikan
kepangudiluhuran?
C. Batasan Masalah
Berdasarkan masalah-masalah yang teridentifikasi di atas, maka secara khusus penulis dalam penelitian ini, penulis membatasi pada masalah Evaluasi
pendidikan kepangudiluhuran yang dicanangkan oleh yayasan Pangudi Luhur PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
dalam proses pendidikan, khususnya di SMP PL Yogyakarta, SMP Pangudi Luhur Sedayu dan SMP Pangudi Luhur Moyudan.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan di atas, permasalahan yang akan dibahas dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana proses pendidikan kepangudiluhuran di SMP Pangudi Luhur Yogyakarta, SMP Pangudi Luhur Sedayu dan SMP Pangudi Luhur Moyudan.
2. Bagaimana hasil pendidikan kepangudiluhuran, baik aspek pengetahuan maupun aspek penghayatan yaitu menjadi manusia merdeka, manusia yang
berpribadi utuh, tangguh iman dan moralnya serta manusia yang sadar dan mampu membangun hidup bersama.
E. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui proses pendidikan kepangudiluhuran di SMP Pangudi Luhur Yogyakarta, SMP Pangudi Luhur Sedayu dan SMP Pangudi Luhur
Moyudan. 2. Untuk
mengukur pengetahuan
siswa-siswi tentang
nilai-nilai kepangudiluhuran dan penghayatan siswa-siswi tentang nilai-nilai
kepangudiluhuran. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi pengembangan Yayasan Pengudi Luhur, penelitian diharapkan memberi data yang pasti tentang pengetahuan siswa-siswi SMP Pangudi Luhur terhadap
pendidikan kepangudiluhuran. Data tersebut diharapkan menjadi dasar untuk pengembangan program kepangudiluhuran.
2. Bagi pengembangan ilmu pendidikan di SMP Pangudi Luhur Yogyakarta, SMP Pangudi Luhur Sedayu dan SMP Pangudi Luhur Moyudan, di harapkan
penelitian ini
memberikan data
perihal penghayatan
nilai-nilai kepangudiluhuran siswa-siswi dalam kehidupan sehari-hari.
3. Secara aplikatif, penelitian ini diharapkan memberikan gambaran bagi sekolah yang menaung di bawah Yayasan Pangudi Luhur, serta sekolah katolik lainnya
untuk meningkatkan penerapan sebagai ciri sekolah katolik melalui pendidikan kepangudiluhuran.
G. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskripsi anilitis dengan dukungan data kuantitatif.
H. Sistematika penulisan
BAB I : pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, metode penelitian dan sistematika penelitian PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
BAB II : berisi kajian pustaka yang akan menguraikan dua bagian pokok yakni: bagian pertama akan membahas mengenai evaluasi pendidikan yang
mencakup pengertian pengukuran, penilaian dan evaluasi, tujuan evaluasi, obyek dan subyek evaluasi dan alat-alat evaluasi. Bagian kedua menguraikan tentang
pendidikan kepangudiluhuran yang mencakup pengertian, tujuan pendidikan kepangudiluhuran, dan nilai-nilai kepangudiluhuran.
BAB III : membahas mengenai metodologi penelitian yakni jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik
dan instrumen pengumpulan data dan teknik analisis data. BAB IV : membahas tentang hasil penelitian dan pembahasan yang meliputi, hasil
penelitian berdasarkan kuesioner, wawancara, dan temuan khusus melalui studi dokumen, temuan umum melalui studi dokumen, pembahasan hasil penelitian,
refleksi kateketis dan keterbatasan penelitian. BAB V : merupakan bagian penutup penulisan skripsi mengenai
kesimpulan dan saran yang berguna bagi berbagai pihak. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
BAB II KAJIAN TEORITIK
Dalam bab ini, penulis akan memaparkan teori-teori yang mendukung penelitian yaitu Evaluasi Pendidikan A, yang meliputi pengertian evaluasi,
fungsi tujuan evaluasi pembelajaran, obyek dan subyek evaluasi dan alat-alat evaluasi. Pendidikan Kepangudiluhuran B, yang meliputi pengertian
kepangudiluhuran, tujuan kepangudiluhuran, nilai-nilai Kepangudiluhuran.
A. Evaluasi Pendidikan
1. Pengertian Pengukuran, Penilaian dan Evaluasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, evaluasi berarti penilaian KBBI, 1996:272. Sedangkan Evaluasi menurut Suharsimi Arikunto 1997: 1
adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat
dalam mengambil keputusan. Evaluasi adalah proses untuk mengukur kadar pencapaian tujuan. Ia lebih lanjut menjelaskan bahwa evaluasi yang bersinonim
dengan penilaian tidak sama konsepnya dengan pengukuran dan tes meskipun ketiga konsep ini sering didapatkan ketika masalah evaluasi pendidikan
dibicarakan. Dikatakannya bahwa penilaian berkaitan dengan aspek kuantitatif dan kualitatif, pengukuran berkaitan dengan aspek kuantitatif, sedangkan tes
hanya merupakan salah satu instrumen penilaian. Meskipun berbeda, ketiga konsep ini merupakan satu kesatuan dan saling memerlukan. Pengukuran adalah
14
proses penentuan kuantitas suatu objek dengan memebandingkan antara alat ukur dengan objek yang diukur.
Penilaian adalah proses penentuan kualitas suatu objek dengan membandingkan antara hasil-hasil ukur dengan standart tertentu. Tes adalah alat
pengumpulan data yang dirancang khusus. Yang membedakannya dengan evaluasi adalah bahwa evaluasi mencakup aspek kualitatif dan aspek kuanitatif.
Dengan demikian, evaluasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen dan
hasilnya dibandingkan dengan suatu tolok ukur untuk memperoleh suatu kesimpulan. Fungsi utama evaluasi adalah menelaah suatu objek atau keadaan
untuk mendapatkan informasi yang tepat sebagai dasar untuk pengambilan keputusan.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa evaluasi pembelajaran adalah proses mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasi
informasi secara sistematik untuk menetapkan sejauh mana ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
2. Penilaian Pendidikan
Penilaian pendidikan menurut Suharsimi Arikunto 1997: 3 adalah kegiatan menilai yang terjadi dalam kegiatan pendidikan. Guru ataupun pengelola
pengajaran mengadakan penilaian dengan maksud melihat apakah usaha yang dilakukan melampaui pengajaran sudah mencapai tujuan. Apabila sekolah
diumpamakan sebagai tempat mengolah sesuatu dan calon siswa diumpamakan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI