Latar Belakang Evaluasi pendidikan kepangudiluhuran di SMP Pangudi Luhur Yogyakarta, SMP Pangudi Luhur Sedayu dan SMP Pangudi Luhur Moyudan.

6 mampu menggunakan semua potensi dalam dirinya demi kesejahteraan diri sendiri dan orang lain. Sebagai bagian dari keutuhan manusia, ia juga harus mampu mempergunakan pikirannya secara otentik dan bertindak secara lebih aktif-positif. Berpikir otentik dan bertindak aktif berarti siswa perlu memiliki sikap dan ketrampilan untuk mengakses informasi sekaligus mampu mengkaji dan menyeleksi informasi yang berguna dalam proses pembelajaran dan kehidupannya. Dewasa ini banyak terjadi perubahan nilai-nilai dan benturan nilai-nilai. Sisw a hendaknya selalu di “tune in” kan pada nilai keutamaan dan universal. Mereka perlu dilatih dan dibina untuk menjadi pribadi yang berbudi luhur serta beriman yang tangguh, sekaligus menghargai dan menghormati keyakinan dan perbedaan. Mereka memiliki integritas moral yang tinggi sehingga dapat menjadi teladan dan penggerak budaya “berhati nurani”. Berkat ketangguhan iman dan moral akan mempengaruhi kepribadian siswa Pangudi Luhur sampai mengalami dan menyadari hidup bersama yang penuh persaudaraan, keramahan dan keakraban, sekaligus disertai jiwa kemandirian dan kebebasan yang bertanggung jawab untuk membentuk jiwa kewirausahaan yang tangguh. Sejauh pengamatan penulis di beberapa SMP Pangudi Luhur di Yogyakarta, pembelajaran Kepangudiluhuran terlaksana berdasarkan program pembelajaran yang disusun oleh Tim Penulis buku Kepangudiluhuran. Model pembelajaran kepangudiluhuran bersifat pendampingan iman yang diawali dengan doa, pengantar singkat, inspirasi iman yang bersumber dari Kitab Suci atau dari 7 keteladanan hidup pendiri Kongregasi FIC, dan dilanjutkan dengan pendalaman iman dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan reflektif. Selanjutnya siswa diajak untuk membagikan hasil refleksinya dalam bentuk sharing bersama. Pada akhir kegiatan guru membuat kesimpulan dan mengajak siswa untuk membuat aksi nyata sebagai tanggapan atas materi pembelajaran yang bersangkutan. Kegiatan ini dilaksanakan sebagai kegiatan rutinitas pada proses pembelajaran kepangudiluhuran di kelas. Komite sekolah dan orang tua siswa turut memberikan tanggapan positif terhadap pelaksanaan pendidikan kepangudiluhuran di sekolah-sekolah yayasan Pangudi Luhur dengan melihat kualitas lulusan yang mempunyai kompetensi bukan hanya dalam hal intelektual, tetapi juga kepribadian yang utuh dan seimbang. Pembentukan kepribadian siswa yang utuh dan seimbang menjadi sangat penting sehingga dalam pendidikan kepangudiluhuran perlu ada usaha peningkatan mutu dan kualitas melalui evaluasi pendidikan kepangudiluhuran secara keseluruhan. Dari fakta di lapangan yang penulis amati di SMP Pangudi Luhur Yogyakarta, SMP Pangudi Luhur Sedayu, dan SMP Pangudi Luhur Moyudan tanggapan siswa-siswi terhadap pelajaran kepangudiluhuran belum maksimal. Bahkan sebagian besar siswa-siswi kurang bersemangat mengikuti pelajaran kepangudiluhuran. Beberapa hal yang menjadi penyebab adalah: karena proses pembelajaran yang monoton sehingga kurang menyentuh hati siswa-siswi. Di samping itu kemasan materi kepangudiluhuran sudah tercakup dalam mata pelajaran pendidikan agama dan budi pekerti yang kesannya hanya mengulang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8 pelajaran yang sama. Muncul kesan siswa-siswii bahwa pelajaran kepangudiluhuran hanya mengulang pelajaran pendidikan agama meskipun ada sedikit perbedaan karena kepangudiluhuran lebih mengarah kepada pengetahuan dan spritualitas. Beberapa alasan tersebut di atas menjadi alasan yang masuk akal apabila sebagian dari siswa-siswi menjadi bosan dan kurang berminat terhadap pelajaran kepengudiluhuran di samping alokasi yang disediakan dalam satu minggu hanya satu jam pelajaran dengan durasi 35 menit. Kapasitas waktu 35 menit tentu saja tidak cukup bila dibandingkan dengan isi materi kepangudiluhuran. Kapasitas waktu yang terbatas mempengaruhi proses pelajaran yang tidak utuh. Di sisi lain, siswa-siswi mengharapkan agar pendidikan kepangudiluhuran semestinya diampu oleh seorang biarawan Bruder yang mempunyai wawasan dan spiritualitas mendalam tentang kepangudiluhuran. Namun meskipun pendidikan kepengudiluhuran diampu oleh guru, awam guru tersebut diberi pembekalan secara khusus baik dalam hal wawasan tentang kepangudiluhuran dan juga spiritualitas kongregasi FIC. Fakta yang terjadi adalah guru yang dipercaya untuk mengampu pelajaran kepangudiluhuran tidak memiliki wawasan spiritualitas kongregasi FIC. Dengan demikian baik guru maupun siswa belum memahami dengan sungguh makna terdalam dari kepangudiluhuran yang sesungguhnya sehingga hasilnya juga belum maksimal. Berdasarkan pemaparan tersebut di atas, sangat jelas persoalan yang menjadi fokus dari penelitian penulisan ini adalah mengenai proses pembelajaran kepangudiluhuran terutama di tiga 3 SMP Pangudi Luhur yang ada di daerah 9 Yogyakarta. Penulis akan mengadakan penelitian dan evaluasi terhadap proses pelajaran kepangudiluhuran dengan judul “EVALUASI PENDIDIKAN KEPANGUDILUHURAN DI SMP PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA, SMP PANGUDI LUHUR SEDAYU DAN SMP PANGUDI LUHUR MOYUDAN ”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan permasalahan yang penulis uraikan dalam latar belakang penulisan skripsi ini, maka dapat diindentifikasi sebagai berikut: 1. Apa itu pendidikan kepangudiluhuran? 2. Apa isi materi pendidikan kepangudiluhuran? 3. Bagaimana proses pendidikan kepangudiluhuran di SMP Pangudi Luhur Yogyakarta, SMP Pangudi Luhur Sedayu dan SMP Pangudi Luhur Moyudan? 4. Bagaimana model pendampingan guru dalam menyampaikan materi pendidikan kepangudiluhuran? 5. Bagaimana tanggapan siswa terhadap materi pendidikan kepangudiluhuran? 6. Bagaimana respon orang tua dan komite sekolah terhadap pendidikan kepangudiluhuran?

C. Batasan Masalah

Berdasarkan masalah-masalah yang teridentifikasi di atas, maka secara khusus penulis dalam penelitian ini, penulis membatasi pada masalah Evaluasi pendidikan kepangudiluhuran yang dicanangkan oleh yayasan Pangudi Luhur PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10 dalam proses pendidikan, khususnya di SMP PL Yogyakarta, SMP Pangudi Luhur Sedayu dan SMP Pangudi Luhur Moyudan.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan di atas, permasalahan yang akan dibahas dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana proses pendidikan kepangudiluhuran di SMP Pangudi Luhur Yogyakarta, SMP Pangudi Luhur Sedayu dan SMP Pangudi Luhur Moyudan. 2. Bagaimana hasil pendidikan kepangudiluhuran, baik aspek pengetahuan maupun aspek penghayatan yaitu menjadi manusia merdeka, manusia yang berpribadi utuh, tangguh iman dan moralnya serta manusia yang sadar dan mampu membangun hidup bersama.

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui proses pendidikan kepangudiluhuran di SMP Pangudi Luhur Yogyakarta, SMP Pangudi Luhur Sedayu dan SMP Pangudi Luhur Moyudan. 2. Untuk mengukur pengetahuan siswa-siswi tentang nilai-nilai kepangudiluhuran dan penghayatan siswa-siswi tentang nilai-nilai kepangudiluhuran. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi pengembangan Yayasan Pengudi Luhur, penelitian diharapkan memberi data yang pasti tentang pengetahuan siswa-siswi SMP Pangudi Luhur terhadap pendidikan kepangudiluhuran. Data tersebut diharapkan menjadi dasar untuk pengembangan program kepangudiluhuran. 2. Bagi pengembangan ilmu pendidikan di SMP Pangudi Luhur Yogyakarta, SMP Pangudi Luhur Sedayu dan SMP Pangudi Luhur Moyudan, di harapkan penelitian ini memberikan data perihal penghayatan nilai-nilai kepangudiluhuran siswa-siswi dalam kehidupan sehari-hari. 3. Secara aplikatif, penelitian ini diharapkan memberikan gambaran bagi sekolah yang menaung di bawah Yayasan Pangudi Luhur, serta sekolah katolik lainnya untuk meningkatkan penerapan sebagai ciri sekolah katolik melalui pendidikan kepangudiluhuran.

G. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskripsi anilitis dengan dukungan data kuantitatif.

H. Sistematika penulisan

BAB I : pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penelitian PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12 BAB II : berisi kajian pustaka yang akan menguraikan dua bagian pokok yakni: bagian pertama akan membahas mengenai evaluasi pendidikan yang mencakup pengertian pengukuran, penilaian dan evaluasi, tujuan evaluasi, obyek dan subyek evaluasi dan alat-alat evaluasi. Bagian kedua menguraikan tentang pendidikan kepangudiluhuran yang mencakup pengertian, tujuan pendidikan kepangudiluhuran, dan nilai-nilai kepangudiluhuran. BAB III : membahas mengenai metodologi penelitian yakni jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik dan instrumen pengumpulan data dan teknik analisis data. BAB IV : membahas tentang hasil penelitian dan pembahasan yang meliputi, hasil penelitian berdasarkan kuesioner, wawancara, dan temuan khusus melalui studi dokumen, temuan umum melalui studi dokumen, pembahasan hasil penelitian, refleksi kateketis dan keterbatasan penelitian. BAB V : merupakan bagian penutup penulisan skripsi mengenai kesimpulan dan saran yang berguna bagi berbagai pihak. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13

BAB II KAJIAN TEORITIK

Dalam bab ini, penulis akan memaparkan teori-teori yang mendukung penelitian yaitu Evaluasi Pendidikan A, yang meliputi pengertian evaluasi, fungsi tujuan evaluasi pembelajaran, obyek dan subyek evaluasi dan alat-alat evaluasi. Pendidikan Kepangudiluhuran B, yang meliputi pengertian kepangudiluhuran, tujuan kepangudiluhuran, nilai-nilai Kepangudiluhuran.

A. Evaluasi Pendidikan

1. Pengertian Pengukuran, Penilaian dan Evaluasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, evaluasi berarti penilaian KBBI, 1996:272. Sedangkan Evaluasi menurut Suharsimi Arikunto 1997: 1 adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan. Evaluasi adalah proses untuk mengukur kadar pencapaian tujuan. Ia lebih lanjut menjelaskan bahwa evaluasi yang bersinonim dengan penilaian tidak sama konsepnya dengan pengukuran dan tes meskipun ketiga konsep ini sering didapatkan ketika masalah evaluasi pendidikan dibicarakan. Dikatakannya bahwa penilaian berkaitan dengan aspek kuantitatif dan kualitatif, pengukuran berkaitan dengan aspek kuantitatif, sedangkan tes hanya merupakan salah satu instrumen penilaian. Meskipun berbeda, ketiga konsep ini merupakan satu kesatuan dan saling memerlukan. Pengukuran adalah 14 proses penentuan kuantitas suatu objek dengan memebandingkan antara alat ukur dengan objek yang diukur. Penilaian adalah proses penentuan kualitas suatu objek dengan membandingkan antara hasil-hasil ukur dengan standart tertentu. Tes adalah alat pengumpulan data yang dirancang khusus. Yang membedakannya dengan evaluasi adalah bahwa evaluasi mencakup aspek kualitatif dan aspek kuanitatif. Dengan demikian, evaluasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan suatu tolok ukur untuk memperoleh suatu kesimpulan. Fungsi utama evaluasi adalah menelaah suatu objek atau keadaan untuk mendapatkan informasi yang tepat sebagai dasar untuk pengambilan keputusan. Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa evaluasi pembelajaran adalah proses mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasi informasi secara sistematik untuk menetapkan sejauh mana ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

2. Penilaian Pendidikan

Penilaian pendidikan menurut Suharsimi Arikunto 1997: 3 adalah kegiatan menilai yang terjadi dalam kegiatan pendidikan. Guru ataupun pengelola pengajaran mengadakan penilaian dengan maksud melihat apakah usaha yang dilakukan melampaui pengajaran sudah mencapai tujuan. Apabila sekolah diumpamakan sebagai tempat mengolah sesuatu dan calon siswa diumpamakan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI