88
Dalam proses katekese pun perlu diperhatikan dua unsur penting, yaitu segi isi dan suasana. Isi memuat proses edukatif dan konsientisasi menyangkut
visi dan pengetahuan iman, nilai dan pesan moral bagi peserta katekese. Isi katekese tidak dapat dilepaskan dari pengaruhnya atas suasana, baik faktor
perkembangan psikologis peserta katekese itu sendiri dan aspek-aspek eksternalnya, yaitu lingkungan, sarana, pendekatan dan metodenya. Maka
diperlukan suasana akomodatif yang mampu menghantar isi kepada peserta katekese.
Katekese hendaknya dipahami dalam keseluruhan eksistensinya. Katekese tidak boleh berhenti pada beberapa aspek tertentu dari dinamika iman, misalnya
pengetahuan tentang kebenaran yang diwahyukan atau persetujuan akan perilaku moral. Tetapi katekese perlu memperluas jangkauan sampai pada kepekatan sikap
iman sebagai jawaban pribadi dan menyeluruh atas panggilan hidup Kristiani, yakni mengarahkan diri kepada Kristus dan mengikuti-Nya dalam hidup praksis
sehari-hari. Hal ini sesuai dengan proses pendidikan kepangudiluhuran yang terjadi.
Hasil penelitian ditemukan bahwa proses yang terjadi kurang baik tetapi hasilnya baik. Ini tidak menutup kemungkinan bahwa ada aspek lain yakni kultur
keseharian siswa-siswi yang ikut mempengaruhinya. Maka dari itu, pendidikan nilai hendaknya tidak hanya terjadi di dalam ruang kelas formal, namun perlu
juga diupayakan di luar ruangan non formal, melalui live in di panti asuhan, di masyarakat, kunjungan orang sakit, kunjungan ke Lembaga Permasyarakatan
LP, retret, rekoleksi, bakti sosial. Melalui kegiatan non formal ini diharapkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
siswa-siswi dapat mengalami secara langsung nilai-nilai yang mereka pelajari. Aspek-aspek pedagogis tersebut harus menjadi bagian dari program pendidikan
kepangudiluhuran dan menjadi strategi yang tepat dalam membentuk pribadi yang sadar dan mampu membangun hidup bersama. Strategi adalah pendekatan secara
keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan perencanaan, dan eksekusi
sebuah aktivitas
dalam kurun
waktu tertentu.
Pendidikan kepangudiluhuran perlu menerapkan strategi langsung dan tidak langsung.
Strategi langsung, pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud
agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. oleh karena itu sering diidentikkan dengan ceramah, biasanya materi pelajaran yang disampaikan adalah
materi pelajaran yang sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihafal. Strategi tidak langsung merupakan metode pembelajaran yang
berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri,
mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subiek yang belajar. Peranan guru dalam pembelajaran
dengan metode ini adalah sebagai pembimbing dan fasilitator. Selain itu juga, perlu diperhatikan bahwa kriteria menjadi penting dalam
mengevaluasi pendidikan kepangudiluhuran. Istilah kriteria dalam penilaian sering juga dikenal dengan kata tolak ukur, atau standar. Kriteria, tolak ukur, atau
standar, adalah sesuatu yang digunakan sebagai patokan atau batas minimal untuk seesuatu yang diukur. Kriteria atau standar dapat disamakan dengan
“takaran”. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Jika untuk mengetahui berat beras digunakan timbangan, panjangnya benda yang digunakan adalah meteran maka, kriteria atau tolak ukur digunakan untuk
menakar kondisi obiek yang dinilai. Dengan demikian kriteria memudahkan dalam menentukan berhasil atau tidaknya pendidikan kepangudiluhuran.
D. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini menghasilkan kesimpulan yang relevan berkaitan pendidikan kepangudiluhuran. Penelitian ini relevan dan bermanfaat bagi yayasan secara
umum. Namun demikian penulis melihat adanya keterbatasan dari hasil penelitian, antara lain:
1. Peneliti memiliki keterbatasan dan kekurangan dari segi pengetahuan dan pemahaman dalam menyusun pernyataan kuesioner, sehingga belum
maksimal menggambarkan dan menjelaskan tentang evaluasi pendidikan kepangudiluhuran.
2. Dalam wawancara tidak semua item-item yang ada dalam 3 aspek diungkapkan oleh peneliti.
3. Responden kurang jujur dan terbuka dalam mengisi angket kuesioner dan wawancara.
4. Peneliti mengalami keterbatan dalam pembahasan hasil analisis kuesioner dengan hasil wawancara karena setiap aspek yang diteliti ada aspek yang
kurang sinkron antara hasil analisis kuesioner dan hasil wawancara. 5. Peneliti memiliki keterbatasan dalam menghubungkan refleksi kateketis
dengan evaluasi pendidikan kepangudiluhuran. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil kajian pustaka, penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan beberapa hal berikut sebagai jawaban atas pokok permasalahan dalam skripsi ini.
Hasil penelitian menunjukkan nilai mean evaluasi pendidikan Kepangudiluhuran menurut responden atas keseluruhan aspek adalah 73,0 yang menunjukkan bahwa
secara umum responden mengetahui, memahami, menghayati dan dapat mengikuti proses pendidikan kepangudiluhuran. Mean dari setiap aspek juga
menunjukkan bahwa pendidikan kepangudiluhuran baik, hanya saja dibutuhkan peningkatan dari aspek-aspek tersebut. Nilai mean untuk aspek pengetahuan
adalah 9,00. Hal ini menunjukkan bahwa responden mengetahui dan memahami nilai-nilai kepangudiluhuran. Data ini didukung dengan hasil wawancara. Siswa-
siswi mengetahui dan mengerti nilai-nilai kepangudiluhuran. Nilai-nilai kepangudiluhuran yang diwariskan oleh para pendiri kongregasi FIC perlu terus
diterapkan kepada siswa-siswi. Nilai mean aspek penghayatan adalah 18,95. Ini menunjukkan bahwa nilai-nilai kepangudiluhuran yang diterapkan kepada siswa-
siswi dapat mereka hayati, mereka kembangkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini didukung dengan hasil wawancra, bahwa siswa-siswi dapat mempraktekkan
dalam kehidupan sehari-hari. Aspek proses mempunyai nilai mean 54,25 ini menunjukkan bahwa proses kepangudiluhuran dalam kelas baik, meskipun data
ini bertolak belakang dengan hasil wawancara. Hasil wawancara 5 responden PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
menunjukkan bahwa siswa-siswi lebih sering jenuh, mudah bosan, dalam mengikuti proses pelajaran di kelas. Hal ini tentu menjadi tantangan bagi para
guru yang mendampingi siswa-siswi dalam pelajaran kepangudiluhuran.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis memberikan beberapa saran yang diharapkan dapat berguna bagi pengembangan kurikulum Yayasan Pangudi Luhur
dan SMP Pangudi Luhur sebagai berikut: 1. Yayasan Pangudi Luhur perlu meningkatkan lagi mutu pendampingan para
guru terhadap siswa-siswi dalam menanamkan nilai-nilai kepangudiluhuran, dengan memperhatikan tiga aspek dalam pendidikan kepangudiluhuran yaitu
aspek pengetahuan, aspek penghayatan dan aspek proses. Dengan memperhatikan aspek-aspek tersebut akan semakin meningkatkan efektivitas
dan efisiensi dalam pendidikan kepangudiluhuran. 2. Pendidikan kepangudiluhuran tidak harus terjadi dalam kelas, bisa divariasi
melalui live in di masyarakat, rekoleksi retret. 3. Yayasan mempertahankan hal-hal yang sudah baik dalam pendidikan
kepangudiluhuran yaitu aspek pengetahuan, aspek penghayatan dan aspek proses.
93
DAFTAR PUSTAKA
Dapiyanta 2011. “Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik di
Sekolah ”. Yogyakarta: Penerbitan Universitas Sanata Dharma.
Darminta, J. S.J. 2006. Praksis Nilai Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius. Handoko Martin Riyanto Theo. 2004. Idealisme Dan Praksis Pendidikan
Pangudi Luhur. Semarang. Humblet, Piere. 1994. Petunjuk-Petunjuk Bertingkah Laku Bagi Para Pemimpin.
Suatu Jalan Untuk Kongregasi. Nijmegen Belanda: Institut Titus Brandsma. Lalu, Yosef Pr. 2007. Katekese Umat. Jakarta: Komisi Kateketik KWI; kerja
sama dengan Yogyakarta: Kanisius. Nana Syaodih. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya. Priyatno Duwi. 2011. Belajar Cepat Olah Data Statistik Dengan SPSS.
Yogyakarta: Andi Sugiyono.2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kulaitatif dan RD. Bandung:
Alfabeta. Suharsimi Arikunto. 2010. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara. Sugi, Frans. 2007. Ludovicus Rutten Dan Bernardus Hoecken. Para Pendiri
Kongregasi Bruder FIC. Yogyakarta: Kanisius. __________ 2011. kepangudiluhuran. Usaha Penanaman Nilai-nilai Luhur Bagi
Siswa SMP Kelas IX. Semarang: Yayasan Pangudi Luhur. Wahana, Paulus 2004. Nilai Etika Aksiologis Max Scheler. Yogyakarta:
Kanisius. Konstitusi FIC 1992. Manuskrip.
LAMPIRAN
Lampiran 3 INSTRUMEN PENELITIAN A
“Evaluasi Pendidikan Kepangudiluhuran di SMP Pangudi Luhur Yogyakarta”.
Petunjuk pengisian: 1.
Bacalah secara cermat dan teliti sebelum mengerjakan soal-soal di bawah ini
2. Beri tanda
9 pada kolom B, apabila pernyataan tersebut benar, dan tanda
9 pada kolom S, apabila pernyataan tersebut salah. 3.
Contoh cara menjawab: SOAL B
S Br. Bernardus Hoecken pernah berkarya di Indonesia
9
===============Selamat mengerjakan=================
Nama : _____________________________________
Kelas :
_____________________________________ Sekolah :
_____________________________________ NO. SOAL B
S
1 Iman berarti tidak percaya pada takhayul seperti yang dikatakan
oleh Bruder Bernardus Hoecken.
2 Iman berarti menjalankan tugas perutusan dengan kasih, setia
dan bersemangat seperti Mgr. Ludovicus Rutten dan Br. Bernardus Hoecken meskipun pada saat kongregasi merayakan
pesta 25 tahun hampir tidak harapan untuk menambah anggota kongregasi.
3 Bernardus Hoecken adalah orang yang bersikap rendah hati dan
diam-diam mencari pujian.
4 Bruder Bernardus Hoecken mengatakan bahwa Tuhan
mengasihi orang yang rendah hati karena Ia sendiri adalah rendah hati.
5 Dalam mengikuti Yesus para bruder FIC, bebas dan tidak harus
meninggalkan segala sesuatu yang menghambat hubungannya dengan Tuhan.
6 Melalui doa, Br. Hoecken dimampukan untuk mendengarkan
kebenaran dan hidup batin yang lebih mendalam.
7 Br. Bernardus Hoecken adalah pribadi yang dekat dengan
Tuhan. Ia menyadari bahwa kehidupan nyatanya harus dipertanggungjwabkan di hadapan Tuhan Allah yang kekal.