18
c. Tujuan khusus evaluasi pembelajaran adalah :
1 Untuk merangsang kegiatan peserta didik dalam menempuh program pendidikan
2 Untuk mencari dan menemukan faktor penyebab keberhasilan dan ketidakberhasilan peserta didik dalam mengikuti program pendidikan
sehingga dapat dicari dan ditemukan jalan keluar atau cara-cara perbaikannya. 3 Mengetahui kemajuan belajar siswa
4 Mengetahui potensi yang dimiliki siswa 5 Mengetahui hasil belajar siswa
6 Mengadakan seleksi 7 Mengetahui kelemahan atau kesulitan belajar siswa
8 Memberi bantuan dalam pengelompokan siswa 9 Memberikan bantuan dalam pemilihan jurursan
10 Memberikan bantuan dalam kegiatan belajar siswa 11 Memberikan motivasi belajar
12 Mengetahui efektifitas mengajar guru 13 Mengetahui efisiensi mengajar guru
14 Memberikan data untuk penelitian dan pengembangan pembelajaran
4. Obiek dan Subiek Evaluasi
a. Obiek Evaluasi
Obiek atau sasaran penilaian menurut Suharsimi Arikunto 1997: 18 adalah segala sesuatu yang menjadi titik pusat pengamatan karena penilai
19
menginginkan informasi tentang sesuatu tersebut. Dalam penulisan ini proses dan hasil pendidikan kepangudiluhuran yang diukur.
b. Subiek Evaluasi
Subiek evaluasi dalam penulisan ini adalah siswa kelas IX SMP Pangudi Luhur Yogyakarta, SMP Pangudi Luhur Sedayu dan SMP Pangudi Luhur
Moyudan.
5. Alat-alat Evaluasi
a. Teknik Non Tes Yang tergolong teknik non tes adalah:
1 Skala bertingkat rating scale 2 Kuesioner questionair
3 Daftar cocok check-list 4 Wawancara interview
5 Pengamatan observation 6 Riwayat hidup
b. Teknik Tes Tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan obyektif untuk
memperoleh data-data atau keterangan-keterangan yang diinginkan tentang seseorang dengan cara yang boleh dikatakan cepat dan tepat. Dalam bukunya
Muchtar Bukhori mengatakan: “tes ialah suatu percobaan yang diadakan untuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
mengetahui ada atau tidaknya hasil-hasil pelajaran tertentu pada seseorang murid atau kelompok murid”.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik non tes. Teknik non tes yang dipilih yaitu:
1 Kuesioner questionair tertutup adalah kuesioner yang disusun dengan menyediakan pilihan jawaban lengkap sehingga pengisi hanya tinggal
memberi tanda pada jawaban yang dipilih Suharsimi Arikunto, 1997: 25. 2 Wawancara interview. Wawancara atau intervieu adalah suatu metode atau
cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan Tanya jawab sepihak. Dikatakan sepihak karena dalam wawancara ini
responden diberi kesempatan sama sekali untuk mengajukan pertanyaan. Pertanyaan hanya diajukan oleh subiek evaluasi Suharsimi Arikunto, 1997:
27. Wawancara dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah wawancara bebas, dimana responden mempunyai kebebasan untuk
mengutarakan pendapatnya, tanpa dibatasi oleh patokan-patokan yang telah dibuat oleh subyek evaluasi.
B. Pendidikan Kepangudiluhuran
1. Pengertian Kepangudiluhuran
Kepangudiluhuran asal kata dari pangudi luhur. Pangudi, artinya suatu usaha atau ikhtiar untuk mencapai sesuatu. Luhur, artinya mulia atau luhur.
Pendidikan kepangudiluhuran selalu menjunjung ajaran-ajaran luhur yang berdasarkan Pancasila, selalu bersemangat menuntut ilmu dan berkembang
21
menjadi pribadi yang berkualitas tinggi, cerdas, berwatak dan berbudi pekerti, sehat jasmani serta rohani, dan memiliki cinta kasih dengan dijiwai semangat
dasar Yesus Kristus.
Pendidikan kepangudiluhuran adalah pendidikan nilai-nilai yang diwariskan oleh para pendiri kongregasi FIC dan sebagai cikal bakal Yayasan
Pangudi Luhur. Wahana 2004:51 mengutip pendapat Max Scheler, nilai merupakan kualitas yang tidak tergantung pada pembawanya, merupakan kualitas
apriori yang telah dapat dirasakan manusia tanpa melalui pengalaman indrawi terlebih dahulu. Tidak tergantungnya kualitas tersebut tidak hanya pada objek
yang ada di dunia ini misalnya lukisan, patung, tindakan manusia, dan sebagainya, melainkan juga tidak tergantung pada reaksi kita terhadap kualitas
tersebut. “Meskipun pembunuh tidak pernah dinyatakan sebagai jahat, namun akan tetap sebagai jahat. Dan meskipun „yang baik‟ tidak pernah dimengerti
sebagai baik , namun tetap merupakan yang baik”.
Nilai merupakan kualitas yang tidak tergantung dan tidak berubah seiring dengan perubahan barang. Tidak tergantungnya nilai mengandung arti juga bahwa
nilai tidak dapat berubah. Nilai bersifat absolut, tidak dipersyaratakan oleh suatu tindakan, tidak memandang keberadaan alamiahnya, baik historis, sosial, biologis
ataupun individu murni. Hanya pengetahuan kita tentang nilai bersifat relatif, sedangkan nilai itu sendiri tidak relatif.
Peranan nilai bagi manusia; nilai memiliki peranan sebgai daya tarik serta dasar bagi tindakan manusia, serta mendorong manusia untuk mewujudkan nilai-
nilai yang ditemukannya dalam tindakan-tindakannya. Nilai memilki peranan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
sebagai pendorong dan pengarah bagi pembentukan diri manusia melalui tindakan-tindaknnya.
Menurut Darminta 2006:24 nilai berarti sesuatu yang penting dan berharga, di mana orang rela menderita, mengorbankan yang lain, membela, dan
bahkan rela mati demi nilai tersebut. nilai memberi arti atau tujuan dan arah hidup. Nilai menyediakan motivasi-motivasi. Nilai memberikan arah perjalanan,
seperti rel kereta api, agar tidak lepas dari jalur perjalanan. Nilai-nilai bergerak berlandaskan tiga tempat pijakan. Pertama, nilai-nilai
bergerak di kepala. Di situ orang bisa menangkap bahwa sesuatu layak dan dengan demikian, secara intelektual yakin atas layak dan pentingnya sesuatu itu.
Kedua, nilai-nilai perlu mendarat di hati. Orang sendiri tidak hanya menangkap bahwa sesuatu layak dan penting untuk dimiliki, tetapi hati perlu juga dikenai dan
dipengaruhi oleh nilai-nilai. Di mana hartamu berada di situ hatimu berada Luk 12:34. Ketiga, nilai harus mendarat di tangan. Jika seluruh pribadi terlibat pada
nilai yang diyakini, otak dan hati, maka nilai akan mengantar orang pada keputusan dan tindakan. Dengan demikian, nilai-nilai penggerak utama dalam
hidup kita karena nilai memberi kepastian arah untuk bertindak. Singkatnya, nilai tidak hanya sesuatu yang kita percayai, tetapi juga kenyataan yang kita pilih dan
kemudian kita laksanakan.
2. Tujuan Kepangudiluhuran
Pendidikan yang benar adalah suatu usaha pembinaan pribadi manusia untuk mencapai tujuan akhirnya perilaku hubungan dengan Tuhan dan diri
23
sendiri dan sekaligus untuk kepentingan masyarakat perilaku hubungan dengan diri sendiri, keluarga, masyarakat dan alam sekitarnya. Secara singkat dikatakan
bahwa pendidikan nilai adalah suatu proses di mana seseorang menemukan maknanya sebagai pribadi pada saat di mana nilai-nilai tertentu memberikan arti
p ada jalan hidupnya. Proses ini menyangkut “perjalanan menuju ke kedalaman
diri sendiri”, menyentuh bagian-bagian terdalam diri manusia, seperti daya refleksi, introspeksi, analisa dan kemampuan menemukan diri sendiri dan betapa
besar harga dirinya. Pendidikan nilai menyangkut ranah daya cipta, rasa, dan karsa, menyentuh seluruh pengalaman seseorang. Theo 2004 dalam bukunya
yang berjudul: “Idealisme dan Praksis Pendidikan Pangudi Luhur” menguraikan tujuan Kepangudiluhuran sebagai berikut:
a. Menumbuhkan sikap batin peserta didik agar mampu melihat kebaikan Tuhan dalam diri sendiri, sesama dan lingkungan hidupnya, sehingga mereka
memiliki kepedulian sosial dalam hidup bermasyarakat. b. Membantu peserta didik menemukan dan mewujudkan nilai-nilai yang
diperjuangkan semua orang beriman.
3. Nilai-nilai Kepangudiluhuran
a. Percaya kepada Tuhan
1 Iman yang Menyelamatkan
Dalam kehidupan sehari- hari makna iman diidentikkan dengan “sikap
perc aya”. Sepintas kedua pengertian itu tampak mempunyai arti yang sama. Pada
hal makna “mempercayai” secara umum menunjuk kepada berbagai sikap PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
manusia yang mempercayai segala sesuatu sebab dianggapnya bertuah, keramat dan memiliki suatu khasiat. Itu sebabnya
dengan sikap “percaya” seseorang dapat menyembah suatu benda, patung, pohon atau dongeng yang diwariskan secara
turun-temurun Sugi, 2011: 6. Sikap percaya memberi tempat yang begitu besar pada sikap subyektif
manusia sehingga mendorong seseorang untuk bersikap irasional dan memercayai berbagai dongeng atau hal-hal yang sebenarnya tidak patut dipercayai. Sikap
percaya memungkin manusia untuk percaya kepada takhayul sehingga melumpuhkan akal budi dan hati nuraninya untuk memuliakan Allah selaku
pencipta dan penyelamat hidup. Justru sikap iman senantiasa mendorong dan memampukan setiap orang yang percaya agar membebaskan diri dari setiap sikap
irasional dan dongeng Sugi, 2011: 6. St. Petrus menyatakan “sebab kami tidak mengikuti dongeng-dongeng
isapan jempol manusia, ketika kami memberitahukan kepadamu kuasa dan kedatangan Tuhan kita, Yesus Kristus sebagai Raja, tetapi kami adalah saksi mata
dari kebesaran- Nya” 2 Ptr 1:16. Kesaksian Kitab Suci secara sadar menegaskan
pemberitaan para nabi dan rasul didasari oleh kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan, suatu kebenaran yang lahir dari pernyataan Allah dan
bukan hasil dari dugaan atau dongeng. Apabila sikap “percaya” menuntun manusia kearah
kegelapan maka sebaliknya sikap “iman” justru mampu membebaskan dan menyelamatkan manusia dari kuasa kegelapan sehingga
mereka memperoleh jalan hidup. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Indikator: Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka indikator yang mau dicapai
dalam pendidikan kepangudiluhuran tentang percaya kepada Tuhan adalah: a Menjelaskan arti sikap percaya kepada Tuhan berdasar Kitab Suci.
b Menjelaskan sikap percaya yang dimiliki Br. Bernardus Hoecken sebagai jalan menuju keselamatan Kristiani.
c Meneladan sikap percaya yang dimiliki Br. Bernardus Hoecken dalam kehidupan sehari-hari.
2 Allah yang Murah Hati
Untuk memperoleh keselamatan dan hidup bahagia di dunia, perlulah setiap orang percaya kepada Tuhan. Hal itu juga berlaku bagi pemimpin tarekat
atau komunitas, yang bertanggung jawab atas kesejahteraan rohani dan jasmnai para brudernya. Tentulah tugas ini amat berat, sukar, dan kurang menyenangkan;
orang yang paling tabah pun akan mundur ketakutan, jika ia tidak boleh mengharapkan pertolongan dari surga.
Dua orang pemimpin seperti Mgr. Ludovicus Rutten pendiri Kongregasi FIC dan Br. Bernardus Hoecken sebagai bruder pertama di kongregasi FIC adalah
figur pemimpin menjadi teladan. Mereka berdua adalah gembala atau pemimpin yang dengan setia dan penuh kasih mengantar para bruder kepada sikap percaya
sebagai jalan menuju keselamatan rohani. Mereka adalah dua karakter yang menjalankan perutusan dengan kasih, setia, bersemangat, dan bertanggung jawab.
Hal itu mereka ambil dari semangat gembala sejati yakni Allah yang ditampakkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI