Hasil Penelitian Evaluasi pendidikan kepangudiluhuran di SMP Pangudi Luhur Yogyakarta, SMP Pangudi Luhur Sedayu dan SMP Pangudi Luhur Moyudan.

69 Grafik 4.2. Frekuensi Data Aspek Pengetahuan Grafik 4.2 di atas menunjukkan bahwa responden mengetahui dan memahami Pendidikan Kepangudiluhuran dengan baik. Dari 163 responden terdapat 103 jumlah responden yang masuk ke dalam kriteria Sangat Baik 63, 56 responden dengan kriteria Baik 34, 4 responden yang masuk ke dalam kriteria Kurang 3, dan tidak ada responden masuk dalam kriteria Sangat Kurang 0. 20 40 60 80 100 120 8,26-11 5,6-8,25 2,76-5,5 0-2,75 Sangat Baik A Baik B Kurang C Sangat Kurang D 103 56 4 63 34 3 Aspek Pengetahuan Jumlah Responden Persentase 70

c. Deskripsi Aspek Penghayatan

Tabel 4.5. Rangkuman Statistik Aspek Penghayatan Berhasil atau tidaknya Pendidikan Kepangudiluhuran dapat diukur dari penghayatan siswa-siswi dalam menerapkan nilai-nilai kepangudiluhuran. Pada tabel 4.5 statistik deskripsi di atas dapat dilihat bahwa N Valid 163 responden dengan jumlah instrumen 6 butir soal dan tidak ada data yang hilang missing. Diketahui bahwa skor terendah minimum 13,00 dan skor tertinggi maximum 24,00. Nilai rata-rata pada periode pengamatan mean 18,95, simpangan baku std. deviation sebesar 2,27. Nilai varience sendiri 5,15 dengan nilai tengah median 19,00 dan nilai yang sering muncul mode 19,00. Nilai kisaran range yang merupakan selisih antara nilai maximum dan nilai minimum adalah 11,00 N Valid 163 Missing - ∑ Instrumen 6 Mean 18.95 Median 19.00 Mode 19.00 Std. Deviation 2.27 Variance 5.15 Skewness 0.12 Std. Error of Skewness 0.19 Kurtosis 0.14 Std. Error of Kurtosis 0.38 Range 11.00 Minimum 13.00 Maximum 24.00 Sum 3,089.00 Statistik Aspek Penghayatan 71 dengan tingkat kemencengan skewness 0,12 dan tingkat keruncingan kurtosis 0,14. Nilai sum pada periode pengamatan sebesar 3,089. Tabel 4.6. Kualifikasi Data Aspek Penghayatan Kualifikasi Interval Jumlah Responden Persentase Selalu 19,6-24 65 40 Sering 15,1-19,5 86 53 Kadang-kadang 10,6-15,0 12 7 Tidak Pernah 6-10,5 Total Responden dan Persentase 163 100 Grafik 4.3. Frekuensi Aspek Penghayatan 72 Grafik 4.3 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden dapat menghayati serta menerapkan nilai-nilai kepangudiluhuran. Dari 163 responden terdapat 65 responden masuk ke dalam kriteria Selalu 40, 86 responden dengan kriteria Sering 53, 12 responden masuk ke dalam kriteria Kadang- kadang 7, tidak ada responden yang masuk dalam kriteria Tidak Pernah.

d. Deskripsi Aspek Proses

Tabel 4.7. Rangkuman Statistik Aspek Proses Pada tabel 4.7 statistik deskripsi di atas dapat dilihat bahwa N Valid 163 orang responden dengan jumlah instrumen yang valid sebanyak 18 butir soal dan N Valid 163 Missing ∑ Instrumen 18 Mean 54.25 Median 54.00 Mode 54.00 Std. Deviation 6.73 Variance 45.25 Skewness 0.22 Std. Error of Skewness 0.19 Kurtosis 0.12 Std. Error of Kurtosis 0.38 Range 32.00 Minimum 40.00 Maximum 72.00 Sum 8,842.00 Aspek Proses Statistik 73 tidak ada data yang hilang missing. Diketahui bahwa skor terendah minimum 40,00 dan skor tertinggi maximum 72,00. Nilai rata-rata pada periode pengamatan mean 54,25 dan simpangan baku std. deviation 6,73. Nilai varience sendiri sebesar 45,25 dengan nilai tengah median 54,00 dan nilai yang sering muncul mode sebesar 54,00. Nilai kisaran range yang merupakan selisih antara nilai maximum dan nilai minimum adalah sebesar 32,00 dengan tingkat kemencengan skewness 0,22, keruncingan kurtosis 0,12. Nilai sum pada periode pengamatan sebesar 8,842. Tabel 4.8. Kualifikasi Data Aspek Proses Kualifikasi Interval Jumlah Responden Persentase Sangat Baik 58,6-72 42 26 Baik 45,1-58,5 106 65 Kurang 31,6-45,0 15 9 Sangat Kurang 18-31,5 Total Responden dan Persentase 163 100 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74 Grafik 4.4 Frekuensi Aspek Proses Pada grafik 4.4. di atas menunjukkan bahwa responden dapat mengikuti serta menerima proses kepangudiluhuran. Dari 163 responden terdapat 42 jumlah responden yang masuk ke dalam kriteria Selalu 26, 106 responden masuk dalam kriteria Sering 65, 15 responden yang masuk ke dalam kriteria Kadang- kadang 9, yang masuk kriteria Tidak Pernah 0. 20 40 60 80 100 120 58,6-72 45,1-58,5 31,6-45,0 18-31,5 Sangat Baik Baik Kurang Sangat Kurang 42 106 15 26 65 9 Aspek Proses Jumlah Responden Persentase 75

2. Hasil wawancara

Dalam penelitian ini, penulis juga melakukan wawancara untuk memperoleh tambahan informasi mengenai Evaluasi Pendidikan Kepangudiluhuran guna mendukung dan memperkuat hasil penelitian dalam bentuk kuesioner yang telah dianalisis. Wawancara yang digunakan oleh peneliti adalah wawancara semi terbuka dengan tujuan untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, maka peneliti tidak berpatokan pada panduan wawancara yang telah disediakan. Responden yang diwawancarai adalah 5 lima siswasiswi kelas IX. Hasil wawancara tersebut akan diuraikan berdasarkan ketiga aspek yang diukur yakni; 1 Aspek Pengetahuan, 2 Aspek Penghayatan, 3 Aspek Proses. a. Aspek Pengetahuan Mengenai pelajaran kepangudiluhuran: Responden 1 menjawab; “Pelajaran buat lebih mengenal sejarah pendiri FIC dan Pangudi Luhur serta meneladan para pendiri FIC. jawaban ini didukung oleh responden 2, 3 dan 5. Responden 4 menambahkan : Pelajaran untuk menambahkan semangat para siswa terutama siswa Pangudi Luhur. Mengenai nilai-nilai yang diperjuangkan oleh para pendiri: Responden 1 menjawab “gak pernah putus asa walaupun banyak tantangan, rendah hati, menyerahkan semua masalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria”. Jawaban ini didukung oleh responden 2 sampai dengan responden 5. Mengenai tindakan konkreet dari para pendiri FIC berhubungan dengan tidak pernah putus asa: Responden 1 menjawab “saat Bruder Bernardus Hoecken mau mendirikan kongregasi FIC uang tidak cukup, tinggal di rumah yang sangat sederhana, namun tetap berusaha. Jawaban ini didukung oleh responden 2, 4 dan 5. Responden 3 menambahkan: “ saat kekurangan calon Bruder namun mereka tetap berdoa kepada Tuhan. Mengenai pengertian rendah hati: 76 Responden 1 menjawab “suatu sikap yang tidak sombong, dan sikap apa adanya, ” Jawaban ini didukung oleh responden 3, 4, dan 5. Responden 2 menjawab “ sikap yang tidak egois dan mementingkan diri- sendiri, seperti para pendiri FIC.Mereka menyerahkan harta miliknya untuk kongregasi. Mengenai menyerahkan semua masalah kepada Tuhan Yesus dan Bunda Maria: Responden 1 menjawab “para pendiri FIC pribadi adalah orang yang sangat beriman, sangat percaya kepada Tuhan Yesus, selalu berdoa kepada Bunda Maria, apapun persoalan yang mereka hadapi mereka selalu meyerahkannya kepada Tuhan. Jawaban ini didukung oleh responden 2, 3, dan 5. Responden 4 menambahkan : Bruder Bernardus Hoecken yakin bahwa Tuhan selalu melindungi mereka. b. Aspek Penghayatan Mengenai pengalaman bersikap rendah hati: Responden 1 menjawab; “saat sulit mengerjakan mata pelajaran matematika dan bahasa Inggris, minta tolong teman untuk menjelaskan caranya bagaimana dan juga belajar kelompok ”. Jawaban ini didukung oleh responden 4. Responden 2 menjawab: saat saya melihat teman yang tidak mengerti pelajaran yang sulit saya berusaha untuk membantu, karena saya juga kadang tidak mengerti semua mata pelajaran. Responden 3 menjawab: berusaha untuk tertib dan taat pada aturan sekolah seperti tidak boleh terlambat, ke sekolah menggunakan sepeda kalau tidak ada yang mengantar. Membuang sampah pada tempatnya, menggunakan seragam sekolah sesuai peraturan. Responden 5 menambahkan: “memberi kolekte satu minggu satu kaliuntuk pembangunan gereja”. c. Aspek Proses Mengenai pegalaman saat mengikuti pelajaran kepangudiluhuran: Responden 1 menjawab; “lebih sering bosan, jenuh, mengantuk, apalagi saat guru menjelaskan dan menasihati”. Responden 2 menjawab: kadang-kadang semangat, senang, tertarik, tapi kadang-kadang tidak semangat, bosan, maunya nonton f ilm saja”. Responden 3 menjawab: “sebetulnya pelajaran kepangudiluhuran baik, namun saya sering malas, bosan, capek, apalagi kaalau pelajaran ini di siang hari, saya tidak bisa konsentrasi. 77 Responden 4 menjawab: “saat saya senang saya semangat mengikuti pelajaran tetapi saat saya tidak senang pelajarannya tidak menarik, apalagi berbicara tentang sejarah para pendiri yayasan pangudi luhur, rasanya bosan dan jenuh. Responden 5 menjawab: “ada semacam keterpaksaan dalam mengikuti pelajaran ini. gampang bosa n, jenuh, maunya nonton film saja”.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Pembahasan Hasil Penelitian Evaluasi Pendidikan Kepangudiluhuran

Berdasarkan Data Keseluruhan Hasil deskripsi data yang didapat melalui kuesioner menunjukkan bahwa sebagian besar responden memahami, menghayati, dan dapat menerima serta mengikuti proses Kepangudiluhuran. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai rata-rata pada nilai keseluruhan dan pada setiap aspek yang diukur mendekati skor maksimal. Pada nilai keseluruhan variabel evaluasi pendidikan kepangudiluhuran ini, ada tiga aspek yang ingin diketahui dalam bentuk pernyataan yaitu aspek pengetahuan, aspek penghayatan, dan aspek proses. Dari data keseluruhan N Valid 163 ini dapat di lihat nilai rata-rata mean 73, responden yang masuk kualifikasi baik 129 79, 9 responden masuk kualifikasi sangat baik 6, 25 responden masuk kriteria kurang 15, dan tidak ada responden yang masuk kriteria sangat kurang 0. Hasil ini menunjukkan bahwa responden yang masuk kualifikasi baik keatas jumlahnya lebih banyak dari respoden dengan kualifikasi kurang ke bawah. Dengan demikian pendidikan kepangudiuluhuran di SMP Pangudi Luhur Yogyakarta baik, dalam arti dapat diterima, nilai-nilai kepangudiluhuran dipahami serta diupayakan dalam kehidupan sehari-hari. Siswa- 78 siswi menerima, memahami, dan menghayati nilai-nilai kepangudiluhuran tersebut didukung oleh lingkungan dan proses kepangudiluhuran itu sendiri dalam kelas. Theo 2004 mengatakan pendidikan yang benar adalah suatu usaha pembinaan pribadi manusia untuk mencapai tujuan akhirnya perilaku hubungan dengan Tuhan dan diri sendiri dan sekaligus untuk kepentingan masyarakat perilaku hubungan dengan diri sendiri, keluarga, masyarakat dan alam sekitarnya. Pendidikan nilai merupakpkan proses dimana seseorang menemukan maknanya sebagai pribadi pada saat di mana nilai-nilai tertentu memberikan arti pada jalan hidupnya. Sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Theo, para Bruder FIC perlu meningkatkan penerapan mengenai pendidikan kepangudiluhuran kepada para siswasiswi di sekolah-sekolah. Dengan menerapkan pendidikan kepangudiluhuran tentunya akan meningkatkan pengetahuan, dan penghayatan kepangudiluhuran.

2. Pembahasan Hasil Penelitian Evaluasi Pendidikan Kepangudiluhuran

berdasarkan Data Setiap Aspek a. Aspek Pengetahuan Dalam aspek pengetahuan ini yang diungkap responden untuk mengukur pemahaman terhadap pendidikan kepangudiluhuran yaitu: percaya kepada Tuhan, rendah hati, semangat dan keteguhan hati, kebijaksanaan dan berpengetahuan, sikap bijaksana, sikap saleh, lembut hati, tabah hati, dan mencintai para bruder. Berdasarkan hasil deskripsi data kuesioner menunjukkan bahwa N 163 didapat 79 nilai rata-rata mean 8,7. Responden yang masuk kualifikasi Baik sebanyak 87 orang 53, 48 responden yang masuk kualifikasi Sangat Baik 29. 24 responden yang masuk kualifikasi Cukup 24 15, sedangkan 3 responden masuk kualifikasi Kurang 3. Hasil ini menunjukkan bahwa responden yang masuk kualifikasi Baik ke atas jumlahnya lebih tinggi dari respoden dengan kualifikasi Cukup ke bawah. Hal ini berarti responden mengetahui dan memahami pendidikan kepangudiluhuran. Hasil wawancara juga mendukung data tersebut di atas. bahwa ke lima responden mengetahui, memahami pelajaran kepangudiluhuran dan dapat memberi contoh konkreet dari pemahaman terebut. Dalam wawancara tersebut, tidak semuanya diwawancara ke responden. 5 dari 11 item yang diwawancarai oleh penulis. Namun 5 item tersebut sudah cukup mewakili item yang lainnya. Menurut Sugiyono 2006:12 fungsi evaluasi pembelajaran sangat diperlukan dalam pendidikan antara lain untuk memberi informasi. Imformasi- informasi yang diperoleh dapat digunakan untuk memberikan landasan untuk menilai hasil usaha prestasi yang telah dicapai oleh peserta didiknya, memberikan informasi yang sangat berguna untuk mengetahui posisi peserta didik dalam kelompoknya, memberikan bahan yang penting untuk memilih dan kemudian menetapkan status peserta didik, menilai hasil yang dicapai para pelajar dan memperbaiki materi dan program pendidikan. Sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Sudijono evaluasi pelajaran kepangudiluhuran perlu di tingkatkan dan dilaksanakan secara berkala agar dapat memotivasi semangat para siswa. 80 b. Aspek Penghayatan Dalam aspek ini yang diungkap responden adalah rendah hati, semangat dan keteguhan hati, sikap bijaksana, teladan baik, dan mencintai para bruder. Berdasarkan hasil deskripsi data kuesioner N 163 didapat nilai rata-rata mean 19,0 dengan jumlah responden yang masuk kualifikasi Sering sebanyak 86 orang 53, 65 responden yang masuk kualifikasi Selalu 40, 12 responden yang masuk kualifikasi Kadang-kadang 7. Tidak ada responden dengan kualifikasi Tidak Pernah 0. Hasil ini menunjukkan bahwa responden yang masuk kualifikasi sering ke atas jumlahnya lebih tinggi dari respoden dengan kriteria kadang-kadang ke bawah. Data ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengupayakan dan menghayati nilai-nilai kepangudiluhuran dalam kehidupan sehari-hari. Data di atas ini didukung pula dengan hasil wawancara yaitu pengalaman responden dalam menghayati sikap rendah hati. Melalui pengalaman yang sederhana seperti meminta bantuan teman-teman di saat tidak mengerti dan memahami mata pelajaran yang sulit, memberi kolekte untuk pembangunan gereja meskipun kecil, merupakan bagian dari penghayatan sikap rendah hati. Dalam wawancara tersebut, ada item yang tidak diwawancara. 3 dari 6 itemr yang diwawancara oleh penulis. Namun 3 item tersebut sudah cukup mewakili item yang lainnya. Sugi 2011:23 mengatakan di zaman sekarang ini banyak orang cendrung hidup secara individu, tertutup, angkuh bahkan sombong. Situasi seperti ini menjadikan orang tidak peduli terhadap sesamanya. Orang tidak mengerti akan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 81 tanggungjawab sosialnya, yaitu ikut berperan serta bertanggungjawab memperhatikan orang lain. Biasanya orang justru lebih mudah menyalahkan orang miskin, menderita, dan bersalah. Menurut Darminta, SJ 2006:24 nilai-nilai bergerak berlandaskan tiga tempat pijakan. Pertama, nilai-nilai bergerak di kepala. Di situ orang bisa menangkap bahwa sesuatu layak dan dengan demikian, secara intelektual yakin atas layak dan pentingnya sesuatu itu. Kedua, nilai-nilai perlu mendarat di hati. Orang sendiri tidak hanya menangkap bahwa sesuatu layak dan penting untuk dimiliki, tetapi hati perlu juga dikenai dan dipengaruhi oleh nilai-nilai. Di mana hartamu berada di situ hatimu berada. Luk 12:34. Ketiga, nilai harus mendarat di tangan. Jika seluruh pribadi terlibat pada nilai yang diyakini, otak dan hati, maka nilai akan mengantar orang pada keputusan dan tindakan. Dengan demikian, nilai- nilai penggerak utama dalam hidup kita karena nilai memberi kepastian arah untuk bertindak. Singkatnya, nilai tidak hanya sesuatu yang kita percayai, tetapi juga kenyataan yang kita pilih dan kemudian kita laksanakan. c. Aspek Proses Dalam aspek ini yang diungkap responden yakni profesionalitas guru, materi, tujuan, proses, sarana, suasana kelas, dan evaluasi. Berdasarkan hasil deskripsi data kuesioner menunjukkan bahwa N 163 didapat nilai rata-rata mean 54,2 dengan responden yang masuk kualifikasi Baik sebanyak 106 orang 65, 42 responden masuk dalam kualifikasi Sangat Baik 26, 15 responden yang masuk ke dalam kualifikasi Kurang 15, dan tidak ada responden masuk dalam kualifikasi Sangat Kurang 0. Hasil ini menunjukkan bahwa responden yang 82 masuk kualifikasi baik ke atas jumlahnya lebih tinggi dari respoden dengan kriteria kadang-kadangl ke bawah. Hal ini berarti aspek proses pendidikan kepangudiluhuran dapat diterima dan diikuti oleh siswa. Data ini tidak diidukung dengan hasil wawancara. Dari 5 responden secara keseluruhan pengalaman mereka saat mengikuti pelajaran kepangudiluhuran yaitu jenuh, mudah bosan ketika mendengar guru menyampaikan materi, mengantuk, ada keterpaksaan dalam mengikuti pelajaran tersebut. Hal yang menyenangkan ketika dalam pelajaran tersebut guru menyampaikan dalam bentuk film. Sugiyono 2006:12 menyebutkan tujuan umum evaluasi pembelajaran adalah usaha untuk menghimpun bahan-bahan keterangan yang akan dijadikan sebagai bukti mengenai taraf perkembangan atau taraf kemajuan yang dialami oleh para peserta didik setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu, mengetahui tingkat efektivitas dari metode-metode pembelajaran yang telah dipergunakan dalam proses pembelajaran selama jangka waktu tertentu serta menghimpun informasi yang dijadikan dasar untuk mengetahui taraf kemajuan, taraf perkembangan, atau taraf pencapaian kegiatan belajar siswa. Sejalan dengan hal tersebut proses kepangudiluhuran dalam kelas perlu mendapat perhatian agar pelajaran kepangudiluhuran semakin diterima oleh para siswa, bermanfaat dan berdaya guna. Para guru perlu mempersiapkan diri agar dalam pendampingan terhadap siswasiswi, nilai-nilai kepangudiluhuran dapat tersampaikan dengan baik sehingga siswasiswi dapat mengikuti dan menerima pelajaran kepangudiluhuran. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI