Singkatan Teks Kitab Suci Singkatan Lain

5 sesuai dengan tingkat pendidikan sehingga dapat diterima dan dipahami oleh siswai. Dengan demikian, diharapkan para siswa mampu menginternalisasikan dalam diri sebagai sikap hidupnya, terutama pembentukan karakter pribadi sebagai manusia yang utuh, beriman dan bertakwa kepada Tuhan serta mencintai sesama dalam hidup sehari-hari. Harapan ini tertuang dalam Profil ”outcome” Yayasan Pangudi Luhur” Riyanto, 2004: 24, yakni; menjadi manusia merdeka, manusia yang berpribadi utuh, manusia yang berpikir otentik dan bertindak aktif-positif, manusia yang tangguh iman dan moralnya serta manusia yang sadar dan mampu membangun hidup bersama. Lulusan pendidikan Yayasan Pangudi Luhur mestinya menjadi manusia- manusia yang merdeka dalam arti manusia yang merdeka baik secara fisik, mental maupun secara rohani, yang pada akhirnya mengembangkan rasa merdeka dan independen dalam hidupnya baik secara pribadi maupun dalam hidup sosialnya. Manusia merdeka yang dimaksudkan adalah orang yang merdeka dalam mengarungi hidup tanpa “disiksa” oleh banyaknya keinginan, bebas dari perbudakan hawa nafsu, jujur dan iklas serta bebas dari kebohongan atau dusta. Hidup manusia merdeka hanya bergantung pada Allah sumber segala kebebasan manusia yang menggenggam segala kebutuhan manusia. Pangudi luhur hendaknya tidak hanya menekankan perkembangan intelektual atau nilai ujian akhir, tetapi juga memperhatikan perkembangan pribadi secara lebih utuh. Manusia yang berkepribadian utuh adalah manusia yang memiliki sifat kodrat, hakikat dan memiliki cipta, karya dan karsa. Manusia utuh 6 mampu menggunakan semua potensi dalam dirinya demi kesejahteraan diri sendiri dan orang lain. Sebagai bagian dari keutuhan manusia, ia juga harus mampu mempergunakan pikirannya secara otentik dan bertindak secara lebih aktif-positif. Berpikir otentik dan bertindak aktif berarti siswa perlu memiliki sikap dan ketrampilan untuk mengakses informasi sekaligus mampu mengkaji dan menyeleksi informasi yang berguna dalam proses pembelajaran dan kehidupannya. Dewasa ini banyak terjadi perubahan nilai-nilai dan benturan nilai-nilai. Sisw a hendaknya selalu di “tune in” kan pada nilai keutamaan dan universal. Mereka perlu dilatih dan dibina untuk menjadi pribadi yang berbudi luhur serta beriman yang tangguh, sekaligus menghargai dan menghormati keyakinan dan perbedaan. Mereka memiliki integritas moral yang tinggi sehingga dapat menjadi teladan dan penggerak budaya “berhati nurani”. Berkat ketangguhan iman dan moral akan mempengaruhi kepribadian siswa Pangudi Luhur sampai mengalami dan menyadari hidup bersama yang penuh persaudaraan, keramahan dan keakraban, sekaligus disertai jiwa kemandirian dan kebebasan yang bertanggung jawab untuk membentuk jiwa kewirausahaan yang tangguh. Sejauh pengamatan penulis di beberapa SMP Pangudi Luhur di Yogyakarta, pembelajaran Kepangudiluhuran terlaksana berdasarkan program pembelajaran yang disusun oleh Tim Penulis buku Kepangudiluhuran. Model pembelajaran kepangudiluhuran bersifat pendampingan iman yang diawali dengan doa, pengantar singkat, inspirasi iman yang bersumber dari Kitab Suci atau dari