Keterangan : 1.
Low demand uncertainty Level dimana suatu Supply Chain perusahaan mengalami permintaan yang
rendah dengan tingkat ketidakpastian yang tinggi. 2.
Somewhat demand certainty Level dimana suatu Supply Chain perusahaan mengalami permintaan yang
sedang dengan tingkat kepastian tinggi. 3.
Somewhat demand uncertainty Level dimana suatu Supply Chain perusahaan mengalami permintaan yang
sedang dengan tingkat ketidak pastian tinggi. 4.
High demand uncertainty Level dimana suatu Supply Chain perusahaan mengalami permintaan yang
tinggi dengan tingkat ketidak pastian yang tinggi pula.
2.6 Tingkat kebutuhan Fleksibilitas berdasarkan Demand
Perbedaan tingkat fleksibilitas pada Supply Chain berarti terjadi perbedaan pada parameter-parameter fleksibilitas yang dijadikan acuan, tidak
semua parameter fleksibilitas yang disebutkan atas cocok untuk semua supply chain itu sendiri, pada suatu supply chain suatu parameter bisa jadi merupakan
suatu faktor yang penting, namun pada model supply chain yang lain faktor tersebut, dianggap tidak terlalu penting.
Menurut Beamon 1999 keuntungan dari fleksibilitas Supply chain adalah :
Mereduksi jumlah backorder yang ada.
Mereduksi jumlah lost sales.
Mereduksi jumlah order yang terlambat.
Menambah kepuasan konsumen.
Memudahkan untuk merespon dan mengakomodasi variasi demand, misalkan
Faktor musiman.
Memudahkan untuk merespon dan mengakomodasi berkurangnya performasi mesin machine breakdown.
Memudahkan untuk merespon dan mengakomodasi berkurangnya performansi
dari supplier.
Memudahkan untuk merespon dan mengakomodasi berkurangnya performasi pengiriman.
Memudahkan untuk merespondan mengakomodasi produk baru, pasar baru dan pesaing baru
.
2.7 Pengukuran Fleksibilitas Supply Chain
Hal yang perlu diperhatikan saat melakukan analisa terhadap fleksibilitas suatu supply chain adalah melakukan penilaian atau assessment mengenai
seberapa fleksibel suatu supply chain untuk memenuhi kebutuhan pasar mengingat kebutuhan pasar yang sangat bersifat fluktuatif. Parameter-parameter
fleksibilitas supply chain lah yang digunakan ketika melakukan penilaian ini dengan sebelumnya menyesuaikan parameter-parameter mana sesuai dengan
kondisi perusahaan yang sedang diukur fleksibilitas supply chain yang dimilkinya menurut Pujawan 2002 yang dikutip oleh Eunike 2002, identifikasi kondisi
fleksibilitas supply chain dapat digambarkan dalam kuadaran fleksibilitas sebagai berikut :
Low matched Condition
III Unmatched condition
Fleksibility is too low IV
I Matched condition
Requirement hight II
Unmatched condition Over design system
Gambar 2.5 Kuadran fleksibilitas Supply Chain
Sumber : Pujawan 2002 A Coceptual Frame work for Assessing supply chain. Flexibility, Proceeding 7
Kondisi I dan III adalah keadaan yang menunjukkan keadaan seimbang, yakni antara kebutuhan dan kemampuan yang dimiliki dan fleksibilitas sebanding,
kebutuhan yang tinggi akan mampu memenuhi I dan walaupun fleksibilitasnya rendah, hal ini tidak menjadi masalah karena kebutuhan akan fleksibilitasnya juga
rendah. Kondisi II dan IV menggambarkan keadaan yang bermasalah dan
memerlukan penanganan. Kondisi II dapat terjadi pada saat kebutuhan akan
fleksibilitas rendah namun kemampuan akan fleksibilitasnya tinggi, hal inilah yang dinamakan Overdesign. Overdesign dapat mengakibatkan terjadinya ketidak
efisien dalam perusahaan dan akan memyebabkan pula banyaknya cost yang akan terbuang secara sia-sia.
Kondisi IV merupakan kebalikan daripada kondisi II, pada kondisi IV ini yang terjadi ketidakmampuan perusahaan untuk memenuhi tuntutan akan tingkat
fleksibilitas yang tinggi. Ketidakmampuan ini akan mengakibatkan terjadinya
Nervousness. Nervousness ini akan menyebabkan terjadinya Lost Oppurtunity
yaitu kondisi dimana terjadi ketidakmampuan memenuhi permintaan yang ada, dan lama kelamaan kondisi ini dapat mengakibatkan perusahaan tidak akan dapat
bersaing dipasar. Selanjutnya dapat diketahui tingkat fleksibilitas Supply Chain sebagai berikut:
Tbk =
100 x
Terbobot Kebutuhan
Nilai Total
Terbobot Kemampuan
Nilai Total
2.8 Perhitungan Skor Gap