Perbandingan indeks konsistensi dibandingkan dengan indeks random dapat dituliskan sebagai berikut :
CR = CI RI Dimana : CR = rasio konsistensi
CI = indeks konsistensi RI = indeks random
Untuk model Analitycal Hierarchy Process, matrik dapat diterima jika rasio konsistensi consistency ratio
≤ 0,1
2.10 Program Expert Choice
Untuk memudahkan pengolahan data pada proses analytic hierarcy process maka digunakan software expert choice.
Expert Choice merupakan suatu software yang dipakai untuk melakukan pembobotan berdasarkan metode analytic hierarchy process, dalam penelitian
tugas akhir ini pembobotan dilakukan dengan menggunakan expert choice agar proses pembobotan yang dilakukan lebih cepat.
Keuntungan dengan menggunakan software ini adalah : 1.
Proses pembobotan dapat dilakukan dengan cepat dari pada dengan proses manual.
2. Nilai dari responden yang tidak konsisten bisa dicari sehingga hanya perlu
meminta pertimbangan lagi kepada responden untuk nilai-nilai yang tidak konsisten tadi.
2.11 Skala Servqual
Konsep Servqual disini digunakan untuk melakukan penelitian terhadap tingkat fleksibilitas Supply Chain dari perusahaan yang diteliti, kemampuan dari
Supply Chain perusahaan untuk fleksibilitas diidentikkan dengan persepsi, sedangkan kebutuhan dari Supply Chain perusahaan untuk Fleksibel diidentikkan
dengan harapan skala yang digunakan adalah Skala Likert yaitu 1-5. nilai Gap didapatkan dengan mengurangi nilai kebutuhan dengan nilai kemampuan. Gap
yang didapatkan akan dikalikan dengan bobot yang berasal dari pengolahan dengan software Expert Choice untuk menentukan prioritas perbaikan Gap
terbobot suatu criteria, semakin besar nilai Gap terbobot suatu kriteria, berarti semakin perlu dilakukan perbaikan terhadap kriteria tersebut.
2.12 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu perlu dijadikan referensi oleh peneliti, seperti pada
Tugas Akhir yang berikut ini: 1. Eunike, Agustina. Analisis Terhadap Fleksibilitas Suatu Supply Chain Studi
Kasus PT. Philips Ralin Electronics Surabaya, Tugas Akhir Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, 2002.
a. Permasalahan : mengenai cara untuk mengukur fleksibilitas supply chain di PT. Philips Ralin Electronics
b. Hasil penelitian : 1. Dari evaluasi bobot yang diberikan oleh pihak manajemen terhadap
dimensi dan parameter-parameternya, dimensi delivery system dan
production system memiliki prioritas yang lebih besar bagi supply chain Philips, yaitu masing-masing dengan bobot yang sama, sebesar 30.9,
supplier system diberi bobot 24.10, dan terakhir product design dengan bobot 14.2
2. Kemampuan dari supply chain Philips 87.5 masih dibawah kebutuhan yang ada, hanya 8.33 saja yang berada pada kondisi ideal, dan 4.17
yang mampu melebihi kebutuhan yang ada. Berdasarkan evaluasi yang dilakukan diperoleh hasil bahwa untuk dapat mencapai tingkat
fleksibilitas yang diinginkan terdapat 37.5 9 dari 24 parameter fleksibilitas yang memerlukan prioritas untuk ditingkatkan. Dari
kesembilan parameter tersebut 44.4 berasal dari dimensi supplier system, ditambah 11.11 berasal dari product design namun juga
berhubungan dengan kemampuan supplier. Ini berarti 50 dari parameter tersebut berhubungan dengan kemampuan supplier.
3. Dengan mengetahui nilai-nilai requirement dan capability parameter- parameter fleksibilitas dapat dilakukan perhitungan mengenai tingkat
fleksibilitas dari supply chain Philips yaitu 75.51, yang dapat diartikan bahwa kondisi fleksibilitas supply chain Philips adalah cukup baik,
terutama yang berkaitan dengan kemampuan intern, namun demikian tingkat fleksibilitas menjadi kurang optimal akibat rendahnya fleksibilitas
yang dimiliki oleh pihak supplier. Hal ini nampak pada angka fleksibilitas masing-masing dimensi tersebut, yaitu delivery system
79.77, production system 79.67, product design 73.70, dan paling rendah adalah supplier system dengan tingkat fleksibilitas 65.38.
penyebaran nilai tingkat fleksibilitas yang merata menunjukkan kemampuan yang hampir sama pada masing-masing dimensi bila
dibandingkan dengan kebutuhan yang ada, namun berbeda dengan kondisi dari supplier system, tingkat fleksibilitas yang dimiliki rendah,
dan hal ini berpengaruh pada fleksibilitas supply chain secara keseluruhan.
2. Aprillianti, Susan. Penilaian Fleksibilitas Supply Chain Studi Kasus PT. Philips Ralin Electronics Surabaya, Tugas Akhir Teknik Industri Institut
Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, 2003. a. Permasalahan : mengenai penilaian fleksibilitas supply chain di PT. Philips
Ralin Electronics dengan menggunakan model yang relatif mudah b. Hasil penelitian :
1. Perlu adanya penilaian terhadap fleksibilitas supply chain agar PT. Philips Ralin Electronics mengetahui level fleksibilitas supply chain
perusahaan saat ini 2. Dimensi supply weight = 0.22 adalah dimensi yang paling tidak
fleksibel, sedangkan dimensi delivery weight = 0.31 paling fleksibel. Oleh karena itu dimensi supply merupakan dimensi yang menjadi
prioritas untuk diperbaiki dalam meningkatkan fleksibilitas supply chain.
3. Sucipto, Wawan. Pengukuran Dan Analisis Fleksibilitas Supply Chain Pada Divisi General Engineering PT. PAL INDONESIA, Skripsi Teknik Industri
UPN “Veteran” Surabaya, 2005.
a. Permasalahan : bagaimana pengukuran fleksibilitas suatu supply chain pada Divisi General Engineering PT. PAL Indonesia dan apakah hasil
pengukuran terhadap fleksibilitas supply chain tersebut dapat digunakan untuk mengakomodasi Perubahan-perubahan yang dihadapinya.
b. Hasil penelitian : 1. Tingkat Fleksibilitas Supply Chain pada Divisi General Engineering PT.
PAL Indonesia masih cukup fleksibel dari masing – masing dimensi dan parameternya sebesar 70,35 sedangkan tingkat Fleksibilitas Supply
Chain Dimensi Utama secara berurutan adalah Product Design 77,5, Delivery System 72,20, Production System 65,90 dan Supplier System
65,80. 2. Tingkat Fleksibilitas Sub Dimensi Supplier System tertinggi adalah Lead
time suplier 91,7 dan yang terendah adalah Kemudahan menjalankan sistem penjadwalan 60,80. Untuk tingkat Fleksibilitas Sub Dimensi
Product Design tertinggi adalah Menghasilkan desain berkulitas dengan cepat 85 dan terendah adalah Kemampuan mengkonfirmasikan suplier
untuk menyediakan bahan baku pendukung produk baru 72,10. Untuk tingkat Fleksibilitas Sub Dimensi Production System yang tertinggi
adalah Perbaikan mesin yang rusak dengan cepat 72,70, sedangkan yang terendah adalah menggunakan beragam urutan proses 60.
Sedangkan untuk tingkat Fleksibilitas Sub Dimensi Delivery System yang tertinggi adalah pemenuhan pemintaan berasal dari lebih dari satu
distributor 86,50 dan yang terendah adalah pengiriman dengan kuantitas yang fleksibel 68,20
3. Dari hasil perhitungan tingkat prioritas dapat dilihat prioritas yang harus diutamakan untuk meningkatkan tingkat fleksibilitas perusahaan adalah
merubah jadwal produksi dengan cepat Production System dan prioritas terakhir adalah perbaikan pada Lead time suplier Supplier System.
4. Sutaji, Slamet. Analisis dan Pengukuran Terhadap Fleksibilitas Supply Chain pada PT. Pertiwi Mas Adi Kencana Waru Sidoarjo, Skripsi Teknik Industri
UPN “Veteran” Surabaya, 2008. a. Permasalahan : Bagaimana Fleksibilitas Supply Chain yang harus dilakukan
PT. Pertiwi Mas Adi Kencana untuk mengatasi fluktuasi yang akan dihadapi
b. Hasil penelitian : 1. Tingkat Fleksibilitas Supply Chain secara keseluruhan cukup flesksibel.
Tingkat Fleksibilitas Dimensi Utama secara berurutan sebagai berikut : Delivery System 97.91, Production System 90.50, dan Supplier
System 94.32 2. Secara berurutan prioritas yang harus dilakukan perbaikan beserta usulan
perbaikannya sebagai berikut : 1.
Produce various different routing Production System. 2.
Produce various different products Production System. 3. Delivery urgent request Supplier System.
4. Use multi modal delivery request Delivery System.
5. Delivery flexible quantity Delivery System.
6. Produce or revise production plansschedule quickly Production
System.
7. Tranmit delivery requestinformation easily and quickly Delivery
System. 8.
Backup supplier Supplier System. 9.
Use multi modal transportation system Supplier System. 10.
Supplier lead time Supplier System.
BAB III METODE PENELITIAN