sebenarnya dari segala sesuatu yang ada di dunia. Kedua, pendekatan intensional di mana khalayak menggunakan bahasa untuk mengkomunikasikan sesuatu sesuai
dengan cara pandang khalayak terhadap sesuatu. Dan yang ketiga adalah pendekatan konstruksionis, pendekatan ini khalayak percaya bahwa khalayak
mengkonstruksikan makna lewat bahasa yang khalayak pakai. Bagi Stuart Hall, ada dua proses representasi. Pertama, representasi
mental, yaitu konsep tentang “sesuatu” yang ada dikepala kita masing-masing peta konseptual. Representasi mental ini masih berbentuk sesuatu yang abstrak.
Kedua, adalah bahasa, yang berperan penting dalam proses konstruksi makna. Konsep abstrak yang ada di dalam kepala kita harus diterjemahkan dalam bahasa
yang “lazim”, supaya kita dapat menghubungkan konsep dan ide-ide kita tentang sesuatu dengan tanda dan simbol-simbol tertentu.
Konsep representasi pada penelitian ini merujuk pada pengertian tentang bagaimana seseorang, sebuah kelompok atau sebuah gagasan ditujukan dalam
media massa Eriyanto, 2001:113.
2.1.10 Konsep Makna
Para ahli mengakui, istilah makna meaning memang merupakan kata dan istilah yang membingungkan. Dalam bukunya The Meaning of meaning, Ogden
dan Ricardsi telah mengumpulkan tidak kurang dari 22 batasan mengenai makna. Bentuk makna diperhitungkan sebagai istilah, sebab bentuk ini mempunyai
konsep dalam bidang ilmu tertentu, yakni dalam bidang linguistic dalam penjelesan Umberto Reeo, makna dari sebuah wahana tanda sign-vehicle adalah
satuan cultural yang diperagakan oleh wahana-wahana tanda yang lainnya serta dengna begitu secara semantik mempertunjukkan pula ketidaktergantungan pada
wahana tanda yang sebelumnya.
Makna ada dalam diri manusia. Menurut Devito, makna tidak terletak pada kata-kata melainkan pada manusia. Manusia menggunakan kata-kata untuk
mendekati makna yang ingin dikomunikasikan. Tetapi kata-kata ini tidak secara sempurna dan lengkap menggambarkan makna yang dimaksudkan. Demikian pula
makna yang didapat dari pendengar dari pesan-pesan, akan sangat berbeda dengan makna yang ingin digunakan untuk memproduksi pesan dibenak pendengar.
Reproduksi ini hanyalah sebuah proses parsial dan selalu bias salah. Ada tiga hal yang dijelaskan para filsuf dan linguis sehubungan dengan usaha menjelaskan
istilah makna. Ketiga hal itu, yakni:
1. Menjelaskan makna secara alamiah.
2. Mendeskripsikan kalimat secara alamiah.
3. Menjelaskan makna dalam proses komunikasi.
http:groups.google.co.id
2.1.11 Semiotika
Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda dan makna Sobur, 2004:15. Suatu tanda menandakan sesuatu selain dirinya
sendiri, dan makna meaning ialah hubungan antara suatu objek atau ide dengan suatu tanda Littejhon, 1996:64 dalam Sobur, 2004:16. Menurut Barthes,
semiologi pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan Humanity memaknai hal-hal Things. Memaknai To Sinify dalam hal ini tidak
dapat dicampuradukkan dengan mengkomunikasikan Tom Communicate. Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal
sama objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda Barthes, 1988:179; Kurniawan, 2001:53, dalam Alex
Sobur, 2004:15 Kata “semiotika” itu sendiri berasal dari bahasa Yunani, semeion yang
berarti “tanda” Sudjiman dan van Zoest, 1996:vii atau seme, yang berarti “penafsir tanda” Cobley dan Jansz, 1999:4. Semiotika berakar dari studi klasik
dan skolastik atas seni logika, retorika, dan poetika Kurinawan, 2001:49. “Tanda” pada masa itu masih bermakna sesuatu hal yang menunjuk pada adanya
hal lain. Contohnya, asap menandai adanya api Sobur, 2004:17. Sedangkan menurut John Fiske, semiotika adalah studi tentang penandaan
dan makna dari sistem tanda; ilmu tentang tanda, tentang bagaimana makna dibangun dalam “teks” media; atau studi tentang bagaimana tanda dari jenis karya
apapun dalam masyarakat yang mengkomunikasikan makna Fiske, 2004:282. Terdapat tiga bidang penting dalam studi semiotik, yakni Fiske, 2004:60 :
1. Tanda itu sendiri. Hal ini terdiri atas studi tentang berbagai tanda yang
berbeda, cara tanda-tanda yang berbeda itu dalam menyampaikan makna, dan cara-cara itu terkait dengan manusia yang menggunakannya. Tanda adalah
konstruksi manusia dan hanya bisa dipahami dalam artian manusia yang menggunakannya.
2. Kode atau sistem yang mengorganisasikan tanda. Studi ini mencakup cara
berbagai kode dikembangkan guna memenuhi kebutuhan suatu masyarakat atau budaya atau untuk mengeksploitasi saluran komunikasi yang tersedia
untuk mentransmisikannya. 3.
Kebudayaan tempat kode dan tanda bekerja. Ini pada gilirannya bergantung pada penggunaan kode-kode dan tanda-tanda itu untuk keberadaan dab
bentuknya sendiri.
2.1.12 Model Semiotik John Fiske