Eksploitasi Perempuan Dalam Iklan

sasaran media yang disukai oleh para pengiklan karena media televisi mempunyai unsur audio dan visual. Media televisi mampu menyediakan informasi dan kebutuhan manusia secara keseluruhan, seperti berita cuaca, informasi finansial atau catalog berbagai macam produksi barang. Widyatama, 2008:14-15.

2.1.6 Eksploitasi Perempuan Dalam Iklan

Menurut definisi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan, perempuan adalah orang manusia yang mempunyai vagina, dapat menstruasi, hamil, melahirkan anak dan menyusui. Perempuan adalah satu dari dua jenis kelamin manusia. Satunya lagi adalah pria atau laki-laki. Berbeda dengan wanita, istilah ”perempuan” dapat merujuk pada orang yang telah dewasa ataupun anak- anak. Perempuan sengaja digunakan untuk mengartikan “women” untuk mengangkat makna yang ditawarkan dalam bahasa melayu, perempuan berasal dari kata “empu” atau induk dimana kata tersebut untuk memberikan peringatan pada yang member hidup Muniarti, 2004:236 Hampir seluruh tampilan iklan, baik media cetak atau teleivisi menggunakan perempuan dalam tampilannya, baik perempuan sebagai model utama atau sebagai figuran. Bagi para pengiklan, tubuh perempuan tidak akan surut member peluang yang menguntungkan. Iklan adalah media promosi produk tertentu, dengan tujuan produk yang ditawarkan terjual laris. Untuk itu iklan dibuat semenarik mungkin, sehingga terkadang dapat dinilai terlalu berlebihan, serta mengabaikan sisi psikologis, sosiologis, ekologis, dan estetika penonton atau sasaran produk yang diiklankan. Eksploitasi perempuan dalam iklan teridentifikasi melalui wacana seksual yang diekspos secara vulgar dalam iklan, tubuh perempuan dipertontonkan secara erotisme dan eksotis. Sayangnya, perempuan dalam iklan dijadikan alat memasarkan produk, tubuhnya dieksploitasi untuk mengumbar definisi cantik versi standardisasi pasar dengan cara memamerkan rambut yang lurus dalam iklan shampo dan obat pelurus rambut, kulit wajah yang mulus dalam iklan obat kecantikan, perut langsing dalam iklan pelangsing perut, betis indah dan tubuh yang ramping dalam iklan obat diet. Ekspresi eksploitasi stereotip daya tarik seksualitas dan organ-organ sensitif tubuh perempuan dalam iklan media massa tersebut, cenderung mengimplisitkan kualitas pemaknaan yang ‘kitsch’, dan rendah, dan akhirnya lebih jauh menghadirkan konsepsi, bahwa perempuan itu sendiri tak lebih sebagaimana sebuah bukan sebagai insani, sehingga harkat dan martabatnya menjadi terniscayakan kehadirannya. Kasiyan, 2008:244 Perempuan dan tubuhnya adalah esensi suatu keindahan dari nilai-nilai kehidupan, ini bukanlah takdir dari realitas keindahan itu sendiri, tetapi suatu hal yang hadir dalam segala manifestasi ataupun ekspresi dari esensi tersebut. Demikian juga dengan laki-laki dan tubuhnya yang memiliki esensi keindahan tersendiri. Namun realita historis perkembangan masyarakat telah menempatkan perempuan dan tubuhnya sebagai antitesis dari ke-esensiannya, ataupun sebagai bagian dari praksis eksploitasi yang terkadang dicitrakan secara ekstrem untuk memarginalisasi perempuan dan tubuhnya kepada beragam bentuk yang dikonotasikan secara liar. Seperti seorang perempuan yang hadir dengan pakaian “minim” yang menunjukkan keindahan pada bagian perut, dada, atau pinggulnya, mungkin secara vulgar; tetapi eksploitasi itu sendiri akan terjadi dengan merasionalisasikan proses tindakan kepada perempuan dan tubuhnya tersebut dengan bermacam manifestasi praksis eksploitatif. Ataupun eksploitasi dalam bentuk modal, yang mengondisikan perempuan dan tubuhnya sebagai bagian dari “alat” untuk kepentingan modal, dan mengeksploitasinya kepada ragam ekspresi menurut kepentingan modal, bukan berdasarkan kebebasan dan kesadaran untuk berekspresi. http:www.apakabar.wsforumsviewtopic.php?f=1t=33960start=0 Penggunaan figur perempuan tersebut, kecenderungannya sebatas sebagai objek tanda sign object, dan bukan sebaliknya sebagai subjek tanda, dan karenanya maknanya menjadi cenderung negatif. Eksploitasi perempuan sebagai objek tanda dalam iklan yang arus utamanya cenderung bermakna negatif tersebut, misalnya tampak dalam sistem tanda iklan yang begitu mengedepankan serangkaian bentuk-bentuk eksploitasi organ-organ tubuh sensitive dan daya tarik seksual yang dimiliki oleh kaum perempuan. Kasiyan, 2008:4

2.1.7 Keberadaan Iklan di Masyarakat

Dokumen yang terkait

Representasi Citra Perempuan Dalam Iklan Televisi (Analisis Semiotika Representasi Citra Perempuan Dalam Iklan Wrp Diet To Go Di Televisi Swasta) Medan

19 130 119

REPRESENTASI CITRA DIRI LAKI-LAKI DALAM IKLAN (Studi pada Iklan Produk Rokok Dunhill versi Make it Your Journey)

2 16 55

CITRA PEREMPUAN PADA IKLAN AXE VERSI 'POTONG HARGA' DI MEDIA TELEVISI

0 5 12

“REPRESENTASI CITRA DIRI DALAM IKLAN LA LIGHT S” (Studi Semiotik Representasi Citra Diri dalam Iklan LA Lights Versi “Bersandiwara” di Media Televisi).

1 2 117

Representasi Eksploitasi Tubuh Perempuan dalam Iklan Torpedo (Studi Semiotik Representasi Eksploitasi Tubuh Perempuan dalam Iklan Torpedo versi “Gigi Palsu” di Media Televisi).

0 15 123

REPRESENTASI SENSUALITAS PEREMPUAN DALAM IKLAN AXE (Studi semiotik representasi sensualitas perempuan dalam iklan axe versi axe effect di televisi).

6 11 197

REPRESENTASI CITRA PEREMPUAN DALAM IKLAN CLEAR VERSI “SANDRA DEWI” (Studi Semiotik tentang Representasi Citra Perempuan dalam iklan shampo Clear Soft and Shiny Versi “Sandra Dewi” di Majalah Femina).

2 30 84

REPRESENTASI STEREOTIP LAKI-LAKI PADA IKLAN TELEVISI. (Studi Semiotik Representasi Stereotip Laki-laki pada Iklan Nescafe Classic rasa Lebih Hitam di Televisi).

0 3 86

Representasi Citra Perempuan Dalam Iklan Televisi (Analisis Semiotika Representasi Citra Perempuan Dalam Iklan Wrp Diet To Go Di Televisi Swasta) Medan

1 3 9

REPRESENTASI CITRA PEREMPUAN DALAM IKLAN PRODUK LAKI-LAKI (Studi Semiotik Mengenai Representasi Citra Perempuan Dalam Iklan Axe Deodorant Bodyspray versi ”Harga Minim” di Media Televisi)

0 0 19