Profil Perusahaan Republika 4..1.2.1 Sejarah Berdirinya Surat Kabar Republika

59

4.1.2 Profil Perusahaan Republika 4..1.2.1 Sejarah Berdirinya Surat Kabar Republika

Kelahiran Republika tidak dapat dipisahkan dari eksistensi Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia ICMI. Surat kabar Republika lahir sebagai perwujudan program ICMI, yang pada saat itu di ketuai oleh BJ. Habibie yang menjabat sebagai menteri riset dan teknologi. Dengan, ambisi komersial, perspektif politik, koneksi yang baik, Republika muncul menghadapi tantangan yang diidentifikasikan pada seminar ICMI. Melalui Yayasan Abdi Bangsa yang dibentuk pada 17 Agustus 1992, ICMI menetapkan tiga program utama, yaitu: I Pengembangan Islamic Center; 2 Pengembangan CIDES Central for Information and Development Studies dan 3 Penerbitan Harian Umum Republika. Sesuai UU pokok Pers, penerbitan pers harus barbadan usaha. Untuk itulah Yayasan Abdi Bangsa mendirikan PT. Abdi Bangsa pada tanggal 28 November 1992. Sebulan kemudian, pada tanggal 19 Desember 1992, Republika memperoleh SIUPP. Dengan dukungan ICMI; Surat Ijin Usaha Penerbitan Pers SILTPP dengan mudah diraih, sedangkan saat itu media lain sangat sulit mendapatkannya. Habibie sebagai kepala ICMI dan Menristek, mendapatkan kemudahan dari Presiden Suharto pada waktu itu. Beliaulah yang mengubah nama “Republik” menjadi “Republika”. Dan pada tanggal 4 Januari 1993, Republika resmi berdiri. Perusahaan surat kabar ini mewakili konsep baru yang tegas dalam proses produksi dan pemasaran surat kabar. 60 Republika mengesankan membawa aspirasi mayoritas Jurnalis Islam yang liberal dan sekuler dalam mengangkat isu maupun peristiwa tapi secara ideologis menginformasikan nilai-nilai Islam. Begitu eratnya hubungan Republika dengan ICM1, maka untuk memahami Republika kita mesti mengetahui ICMI. Organisasi ini bukan sekedar perkumpulan cendekiawan Muslim, tetapi juga sebagai perhimpunan kekuatan politik Islam pada masa 70-an dan 80-an banyak dipinggirkan oleh rezim Golkar dan Militer. Dengan motor penggerak utama BJ. Habibie, ICMI lahir dan bergerak penuh dengan muatan politik Islam. Menyadari bahwa umat Islam sering kalah dalam bidang politik karena lemah dalam pemikiran dan opini, maka ICMI mendirikan CIDES sebagai tandingan terhadap lemhaga Think-Thank Golkar, CSIS Central Studies for Indonesia Strategies dan menerbitkan surat kabar Republika sebagai pengimbang dari Pers non-Islam Hamad, 2004:120. Republika memilih barisan penasehatnya dengan melibatkan tokoh organisasi lembaga studi pembangunan Adi Sasono, intelektual Nurcholis Majid, para akedemisi, serta pakar ilmiah UGM, M. Amin Rais, Prof. Edy Setyawati dari UI, ahli hukum Islam Quraish Shihab. Indikasi pengaruh koneksi lain juga dapat dilihat dari adanya fakta bahwa diantara dewan komisaris yang bertanggung jawab atas modal perusahaan PT. Abdi Bangsa adalah Wardiman Joyonegoro yang menjabat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1993, penyokong gagasan berdirinya ICMI sekaligus loyalis Habibie. 61 Pemimpin redaksi Parni Hadi adalah redaktur senior kantor berita Antara, seorang koresponden yang menghabiskan waktunya di Jerman, yaitu saat Dia menjalin hubungan baik dengan BJ. Habibie. Disekeliling Parni Hadi terdapat jurnalis berpengalaman dan profesional seperti Nasir Tamara Mantan Wartawan Tempo, Sinar Harapan, dan Warna Ekonomi dan S. Sinar Sari Encip Mantan Koresponden Senior Tempo dan Dosen Universitas Hasanudin.

4.1.2.2 Oplah Distribusi dan Profil Pembaca Republika

Oplah yang dicapai Republika pada bulan Agustus 1993 adalah 125.000 eksemplar. Hasil yang cukup baik di tahun pertama. Pada tahun 2000 oplah Republika di kawasan edar Jakarta, Semarang, Surabaya, Medan, Makasar, meningkat sebesar 335.000 eksemplar. Hasil ini belum mencapai keseluruhan daerah edar. Republika terus berupaya memperluasan jangkauan distribusinya mulai dari DKI. Jakarta, Jabar, Jateng, hingga Sumatra, Wuku, Bali, NTB, Kalimantan dan Sulawesi. Presentasi distribusi terbesar daerah edar Jabotabek 58, Jawa Barat 18, Jawa Tengah 12, Jawa Timur 6 dan Luar pulau Jawa 6. Untuk kepentingan pamasaran distribusi, Republika menggunakan sistem jarak jauh, dan bisa dikatakan merupakan harian pelopor yang menggunakan sistem ini dalam pendistribusian, Republika tidak menggunakan orang dalam, tetapi diserahkan ke agen besar di setiap daerah pemasaran. Untuk mendongkrak pemasaran, harian ini melaksanakan program 62 barter dengan media lain baik cetak atau elektronik disamping membuka Republika online. Sebagai bacian usaha Republika termasuk kategori marginal Press bersama. media Islam lain. Sebagai koran nasional terbesar ketiga di Indonesia, Republika terus melakukan serangkaian peningkatan kualitas. Usaha itu dilakukan untuk demi pemenuhan kebutuhan pembaca akan informasi yang lebih komplit, berbobot dan akurat. Profil pembaca Republika mayoritas berusia muda. Menurut penelitian polling center Juni 2005, pembaca tetap Republika 59,5 adalah laki-laki dan 40,5 adalah wanita. Sedangkan pembaca potensial harian ini mencapai 64 laki-laki dan 36 wanita. Sedangkan tingkat pendidikan pembaca Republika adalah: 1. SD-SLTP :4. 2. SMU-Diploma :36,4 3. Sarjana .36,8 4. Paska Sarjana :6,3 5. Pernah Kuliah :17,4 Tingkat ekonomi pembaca Republika terbanyak yaitu 69 berpenghasilan di bawah l juta, 12 diatas l juta dan sisanya diatas 2 juta. Sebagai harian komunitas Muslim terbesar, koran ini juga dibaca kalangan lebih luas. Dari data penelitian sejenis menampilkan fakta 92,1 pembaca tetap dari kalangan Muslim. Sejumlah 5,8 pembaca tetap Republika beragama Katolik dan sebanyak 2,1 beragama Protestan. Sementara 63 pembaca potensial beragama Islam sebesar 86, dan pembaca potensial Katolik 6 dan pemeluk Protestan 8.

4.1.2.3 Kebijakan Redaksional Republika

Sejak berdiri dengan Motto “Bukan sekedar menjual berita”, Republika seakan terus ingin tahu keinginan pembaca akan berita yang ada. Upaya untuk mendekatkan diri dengan pembaca menjadi wujud mengemas keinginan itu menjadi suatu produk yang berkualitas dan inovatif. Visi Republika adalah menjadi perusahaan media cetak terpadu berskala nasional serta dikelola secara profesional Islami, sehingga berpengaruh pada proses pencerdasan bangsa, pengembangan kebudayaan, serta peningkatan keimanan dan ketaqwaan dalam kehidupan masyarakat Indonesia baru. Sajian yang bervisi diusahakan untuk ditampilkan sekalipun kadang gagal atau justru melenceng dari semestinya. Sedangkan Misi dari harian ini adalah: 1 Pencerdasan bangsa melalui, pendalaman wawasan yang berbasis komunitas melalui pemberitaan yang akurat, aktual, terpercaya, edukatif serta membela keadilan dan kebenaran: 2 Meningkatkan dan menguatkan prestasi dan dedikasi individu menjadi sebuah team, sebagai kunci untuk perkembangan perusahaan dan peningkatan kesejahteraan. Ideologi Republika adalah ideologi pemiliknya, PT. Abdi Bangsa, yaitu kebangsaan, kerakyatan dan keIslaman dengan tujuan mempercepat civil society. Orientasi inilah yang sehari-harinya dituangkan Republika dalam 64 bentuk informasi dan sajian lainnya. Republika menampilkan Islam dengan wajah moderat. Sebagai koran Islam, Republika banyak berupaya menyajikan Islam sebagai agama yang dapat memberi inspirasi terhadap kesadaran sosial selaras dengan aspirasi kontemporer seperti keterbukaan, pluralisme, kecanggihan dunia informasi. Dari sini tampaknya Republika mendefinisikan misinya “berbasis komunitas” dengan semua isi berita adalah tentang komunitas, dan sebisa mungkin menghindari berpolitik pada media. Sekalipun demikian, tak dapat dihindari bahwa komunitas yang dimaksud adalah komunitas Muslim. Ini terlihat dari pemberitaan Republika yang sangat rajin mengedepankan kepentingan Islam, termasuk rubrik-rubrik bertema Islam seperti “Kolom Hikmah”, “Dialog Jumat”, ”Dompet Duafa”, “lembaran Haji”. Tentu saja strategi ini terkait dengan target audience Republika yang beragama Islam, golongan profesional, manajer, eksekutif, pelajar, mahasiswa dan pengusaha dengan mengambil pasar berskala nasional Hamad, 2004: 122. Berdasarkan hasil riset pasar, terdapat muatan yang diinginkan pembaca tersaji di Republika. Muatan berita ini adalah keIslaman, pendidikan, kesehatan, politik dalam negeri dan luar negeri, ilmu pengetahuan dan teknologi, ekonomibisnis-syariah, keluarga, hukum, ekonomi bisnis dan olah raga. “All you can read “ menjadi slogan tantangan bagi Republika untuk terus menjadi yang terdepan dalam persaingan memuaskan pembaca. Sebuah 65 majalah menyebut Republika sebagai “Bidan spesialis halaman sisipan”. Julukan ini muncul, karena sepanjang sejarah perjalanan Republika, sisipan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari koran ini. Sisipan atau suplemen, memang menjadi salah satu ciri khas pada koran ini. Upaya ini merupakan Oase kepada pembaca yang membutuhkan informasi yang lebih mendalam, lebih kaya atau lebih bervariasi. Sebut saja tabloid dialog Jumat dan rekor, dengan format tabloid 16 halaman, keduanya mengupas isu-isu seputar keIslaman dan olah raga. Suplemen yang ditampilkan cukup beragam seperti Suplemen Pendidikan, Kesehatan, Probis, Otomatif dan Manajemen Qolbu. Pada 5 Januari 2005 Republika melakukan perubahan mendasar pada sisi desain dan melakukan penajaman rubrikasi serta penambahan enam suplemen baru yaitu: Keuangan, Medika, Telekomunikasi dan Seluler, Properti dan Elektronika. Republika terus mencoba membuat perubahan yang positif untuk kemajuannya, tapi harian ini tidak ingin terjebak pada aura kebebasan yang berlebihan. Republika mencoba menjaga komitmen dengan menyajikan informasi yang ramah dan aman untuk keluarga, santun dalam berkomunikasi.

4.2 Hasil Dan Pembahasan