sempurna
21
. Oleh karena itu rakyat Indonesia harus menuntut pembentukan parlemen yang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh rakyat Indonesia, yaitu
bahwa parlemen ini anggota-anggotanya terdiri dari wakil rakyat yang jumlahnya harus sesuai dengan perbandingan jumlah rakyat yang diwakili, karena menurut
GAPI hanya melalui parlemen ini, suara-suara serta harapan rakyat Indonesia dapat diperjuangkan.
A. Menggagas Manifesto Pembentukan Parlemen
Pecahnya Perang Dunia II pada bulan September 1939, membuat kaum nasionalis Indonesia semakin gencar dengan tuntutannya. Mereka mulai
mendesak pemerintah Hindia Belanda untuk segera mengabulkan apa yang mereka inginkan, yaitu pembentukan parlemen. Hal ini harus segera dilakukan
karena melihat adanya kesempatan yang muncul dari posisi Belanda yang mulai terdesak. Pada waktu itu pihak Nazi mulai mengancam kedudukan
Belanda di Eropa, dan hal inilah yang dijadikan pijakan oleh para nasionalis untuk meminta kepada pemerintah Belanda memberikan izin kepada
Indonesia untuk membentuk parlemen, sehingga Indonesia dapat mulai berdiri sendiri dan mengadakan persiapan pertahanan untuk menanggulangi bahaya
yang mungkin mengancam
22
. Harapannya dengan dikabulkannya tuntutan tersebut maka hubungan antara Belanda dan Indonesia akan semakin erat.
Melihat kesempatan tersebut maka GAPI pada tanggal 19 September 1939 mengeluarkan manifesto
23
mengenai pembentukan parlemen. Adapun
21
Slamet Muljana, op. cit, hlm. 67.
22
Ibid., hlm. 67-68.
23
Manifesto adalah sikap sebuah kelompok yang diumumkan kepada publik dan sering bersifat politis.
maksud dari dikeluarkannya manifesto tersebut didasarkan kondisi saat itu yang penuh bahaya, dan dalam posisi genting ini maka diperlukanlah
hubungan yang baik antara Belanda dan Indonesia. Selain itu Belanda juga diharapkan mendengarkan aspirasi rakyat Indonesia yang menginginkan
pemerintahan sendiri dengan jalan dibentuknya parlemen sebagai wadah untuk menyalurkan aspirasi mereka. Apabila Belanda menyetujui serta mengabulkan
langkah tersebut, maka GAPI akan mengerahkan rakyat untuk memberi bantuan kepada Belanda
24
, dan dalam menjalankan manifesto tersebut, anggota-anggota GAPI tidak diperbolehkan untuk bertindak sendiri-sendiri,
akan tetapi hanya boleh menjalankan dalam ikatan GAPI saja. Manifesto tersebut bisa dikatakan memiliki dua sisi yang berbeda. Di
satu sisi manifesto tersebut menunjukkan sifat loyal kaum nasionalis Indonesia terhadap pemerintah Belanda yang sedang menghadapi kendala akibat dari
pecahnya Perang Dunia II. Di sisi lain adalah adanya unsur pemaksaan kepada pemerintah Belanda yang dalam kondisi sulit untuk segera mengabulkan
keinginan rakyat Indonesia. Dengan dikeluarkannya manifesto tersebut muncul berbagai macam tanggapan dari berbagai pihak, seperti dari golongan
progresif Belanda Kritiek en Opbouw yang menyerukan kepada pemerintah Belanda agar loyalitas yang tertera dalam pernyataan GAPI ditanggapi secara
positif dengan memenuhi keinginannya
25
, tetapi ada pula pihak lain yang justru menanggapi negatif dengan mengatakan bahwa GAPI memanfaatkan
kesempatan ketika Belanda sedang mengalami kesulitan dengan melakukan
24
Sartono Kartodirdjo, op. cit, hlm 188.
25
Idem.
chantage pemerasan
dengan memaksa
pemerintah untuk
segera mengabulkan tuntutannya tersebut.
Pada tanggal 1 Oktober 1939 GAPI mengadakan rapat umum di Jakarta, dan dalam rapat tersebut banyak pihak menyambut baik manifesto
yang diajukan GAPI. Pihak-pihak tersebut banyak yang mengirimkan surat pernyataan mendukung penuh aksi “Indonesia Berparlemen”. Selain berbagai
macam perkumpulan Indonesia, rupanya ada pula perkumpulan dari penduduk Indonesia asing, yaitu Persatuan Arab Indonesia PAI yang mendukung aksi
ini. Ini membuktikan bahwa, selain rakyat Indonesia asli yang sangat menginginkan Indonesia untuk segera membentuk parlemen, rupanya ada pula
orang Indonesia keturunan yang juga mendambakan hal tersebut sebagai bentuk rasa cinta mereka terhadap tanah air ini. Ditambah lagi pada tanggal 23
Oktober 1939 di Sala diselenggarakan Konferensi PVPN Persatuan Vakbond
en Pegawai Negeri yang bertujuan mendukung aksi “Indonesia Berparlemen”.
Setelah melihat berbagai macam tanggapan positif dari berbagai pihak mengenai aksi “Indonesia Berparlemen”, maka disusunlah rencana untuk
segera menyebarluaskan manifesto tersebut ke segala pelosok Indonesia dan oleh karena itu pada tanggal 23 November 1939 GAPI menyelenggarakan
rapat kembali membahas mengenai usaha untuk menyebarluaskan aksi tersebut dengan membentuk organisasi yang lebih rapi, yakni pembentukan
Komite Parlemen Indonesia di daerah-daerah, yang nantinya aksi ini akan dipergiat oleh anggota partai yang tergabung dalam GAPI. Langkah GAPI
tersebut didukung oleh hampir semua organisasi dan partai politik pergerakan, kecuali Pendidikan Nasional Indonesia, yang menilai bahwa apa yang
dilakukan oleh GAPI tersebut sama saja dengan mengemis atau meminta- minta kepada pihak Belanda.
Dengan dibentuknya Komite Parlemen Indonesia di daerah-daerah di Indonesia, baik di Jawa maupun di luar Jawa maka terbentuklah panitia-
panitia lokal di bawah naungan GAPI. Tujuan dari dibentuknya panitia-panitia lokal adalah untuk mempersiapkan Konggres Rakyat Indonesia yang akan
berlangsung pada tanggal 23 hingga 25 Desember 1945. Pada tanggal 17 Desember diadakan rapat panitia sebagai bentuk persiapan terakhir untuk
menyambut diselenggarakannya konferensi tersebut.
B. Menyelenggarakan Kongres Rakyat Indonesia