Indonesia semakin giat dan gencar terutama menggunakan jalur yang legal dan dengan melakukan hubungan kerjasama dengan Pemerintah Belanda. Hal
ini didasarkan atas situasi internasional yang sedang genting dan tidak kondusif akibat dari kekuasaan Nazi di Eropa yang mengancam negara-negara
lain terutama di wilayah Eropa, tidak terkecuali Belanda. Atas dasar hal tersebut maka para kaum nasionalis semakin memperkuat persatuan dengan
menggalang kekuatan barisan. Langkah pertama yang dilakukan adalah membubarkan Panitia Pusat Petisi Soetardjo pada tanggal 11 Mei 1939,
kemudian setelah itu dibentuklah lagi sebuah badan politik baru Fraksi Nasional oleh salah satu anggotanya, yaitu M.H. Thamrin. Pembentukan
badan politik baru itu merupakan jawaban spontan kaum nasionalis Indonesia terhadap penolakan Petisi Soetardjo
16
. Dengan dibentuknya badan politik ini pula diharapkan kaum nasionalis Indonesia menjadi semakin semangat untuk
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dan semakin bersikap lebih tegas terhadap pemerintahan Belanda.
B. Lahirnya Gabungan Politik Indonesia
Gagalnya Petisi Soetardjo akibat dari penolakan Pemerintah Belanda, menyebabkan para nasionalis semakin cepat dalam bertindak demi
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Salah satu cara untuk semakin memperkokoh kesatuan antar kaum nasionalis dengan organisasi politik yang
mereka usung adalah dengan membentuk suatu badan sebagai wadah atau tempat yang menaungi berbagai macam organisasi atau partai politik tersebut,
16
Slamet Muljana, Kesadaran Nasional: Dari Kolonialisme Sampai Kemerdekaan 2, 1986, Jakarta, hlm. 63.
untuk saling menghargai serta kerjasama untuk membela kepentingan rakyat
17
. Dalam usaha menggalang persatuan politik demi terciptanya pembentukan
badan konsentrasi nasional itu, maka pada tanggal 19 Maret 1939 dalam rapat besar pengurus Parindra, M.H. Thamrin selaku ketua Departemen Politik
Parindra mengungkapkan gagasannya mengenai ide pembentukan badan konsentrasi nasional dan gagasan itu disetujui oleh semua anggota Parindra.
Dengan disetujuinya gagasan tersebut maka Thamrin menghubungi pimpinan- pimpinan dari organisasi-organisasi nasional lainnya untuk membicarakan
gagasannya tersebut. Organisasi lain di luar Parindra menyambut baik dan menyetujui ide Thamrin tersebut, seperti yang diungkapkan oleh Otto Iskandar
Dinata, selaku ketua Paguyuban Pasundan, yang menilai bahwa dengan pembentukan badan konsentrasi nasional tersebut hubungan baik antara partai
politik yang ada dalam badan itu akan terjaga tetap dengan sebaik-baiknya. Ia juga berharap bahwa badan ini akan mampu mendesak Belanda untuk
mengubah sikapnya terhadap tanah jajahannya, yaitu Indonesia. Organisasi politik lainnya yang juga menyambut baik gagasan ini adalah Partai Islam
Indonesia PSII, yaitu Sukiman, akan tetapi ada pula yang menolak gagasan tersebut, yaitu Abikoesno, sedangkan Gerindo masih bersikap menunggu.
Pasca dicetuskannya ide pembentukan badan konsentrasi nasional ini, pada tanggal 21 Mei 1939 atas dasar inisiatif dari Parindra, diadakanlah rapat
resmi Panitia Persiapan Pembentukan Badan Konsentrasi untuk membahas mengenai tindak lanjut dari gagasan pembentukan badan konsentrasi nasional
17
Sartono Kartodirdjo, op. cit, hlm. 186.
tersebut. Rapat yang diselenggarakan di Gedung Permufakatan yang beralamat di Gang Kenari no. 15 Jakarta ini dihadiri oleh M.H. Thamrin, Soekarjo
Wiryopranoto Parindra, Atik Soeardi, S. Soeradiredja, Ukar Bratakoesoema, Otto Iskandar Dinata Paguyuban Pasundan, Senduk, Sam Ratulangi
Persatuan Minahasa, R. Abikoesno Tjokrosujoso, Sjahbuddin Latif, Moh. Sjafei PSII, A.K. Gani, Amir Sjarifuddin, Sanusi Pane, Wilopo Gerindo,
K.H. Mas Mansur, Wiwoho PII. Dalam rapat tersebut, M. H. Thamrin menyampaikan bahwa, situasi
internasional yang semakin kacau dan tidak menentu mendorong untuk segera membentuk badan konsentrasi nasional, yang bertujuan untuk membentuk
suatu badan persatuan yang akan memperjuangkan kepentingan rakyat Indonesia, selain itu anggota yang terdiri dari berbagai organisasi politik
dalam badan ini dapat menjalankan program tiap-tiap organisasi masing- masing. Dari rapat tersebut lahirlah badan konsentrasi nasional yang bernama
Gabungan Politik Indonesia GAPI. Adapun tujuan dari dibentuknya GAPI ini adalah:
a. Menganjurkan kepada semua partai politik nasional Indonesia untuk
mengadakan kerjasama b.
Menyelenggarakan kongres Indonesia
18
. Gabungan Politik Indonesia ini berdasarkan atas asas:
a. Hak mengatur nasib sendiri
18
Slamet Muljana, op. cit, hlm. 65.
b. Persatuan bangsa Indonesia atas dasar demokrasi dalam politik, ekonomi,
dan sosial c.
Kesatuan dalam aksi
19
. Dalam menentukan calon anggota yang akan masuk dalam GAPI, yang
diterima hanya dari partai nasional saja, dan keputusan ini diambil atas jumlah pengumpulan suara terbanyak. Dalam penyusunan program yang akan
dijalankan harus disetujui dulu oleh semua anggota. Dalam susunan organisasinya pimpinan harian GAPI dipegang oleh satu sekretariat, yang
mana terdiri atas, sekretaris umum, bendahara, dan sekretaris pembantu. Awalnya yang memegang jabatan tersebut adalah M.H. Thamrin Parindra,
R. Abikoesno Tjokrosujono PSII, dan Amir Sjarifudin Gerindo. Sedangkan yang menjadi anggota GAPI adalah, Parindra, Gerindo, Paguyuban Pasundan,
PSII, PII, kemudian PPPKI menyusul menjadi anggota. Dibentuknya GAPI mendapatkan sambutan yang sangat baik dari rakyat
Indonesia, terutama dari kaum nasionalis. Akan tetapi ada pula pihak yang tidak senang dan meragukan pembentukan GAPI ini, salah satunya adalah H.
Agus Salim, pimpinan Pergerakan Penyedar, yang menilai bahwa partai-partai politik yang menjadi anggota GAPI tersebut hanya mampu melakukan
perjuangan dalam perebutan kursi di dewan rakyat saja, sehingga kecil kemungkinan partai-partai tersebut memperjuangkan kehidupan rakyat. Oleh
karena itu Pergerakan Penyedar menolak bergabung dalam badan konsentrasi nasional ini, dan lebih memilih bekerjasama langsung dengan rakyat.
19
Idem.
Lahirnya Gabungan Politik Indonesia GAPI juga hampir bersamaan dengan pembentukan badan konsentrasi nasional lainnya, seperti badan yang
diprakarsai oleh Moh. Yamin, Abdul Rasjid, Tadjuddin Noor, dan Soangkupon, yang mereka beri nama Golongan Nasional Indonesia GNI
atau di lingkungan Dewan Rakyat disebut dengan Indonesische
Nationalistische Groep. Latar belakang dibentuknya GNI ini adalah adanya perpecahan yang ada dalam tubuh Fraksi Nasional di Volksraad, sehingga
membuat Moh. Yamin menyarankan kepada Fraksi Nasional untuk menyusun suatu program, yang nantinya program tersebut disebarluaskan di seluruh
Indonesia. Adapun alasan di balik gagasan tersebut adalah karena mulai munculnya pemikiran-pemikiran yang menganggap bahwa Fraksi Nasional
hanya mementingkan kepentingan Jawa saja dibandingkan dengan kepentingan daerah lainnya di luar pulau Jawa. Akan tetapi gagasan yang
disampaikan oleh Moh. Yamin ini tidak mendapatkan persetujuan dari M.H. Thamrin, sehingga pada akhirnya dibentuklah GNI pada tanggal 10 Juli
1939
20
.
20
Sartono Kartodirdjo, op. cit, hlm. 187.
BAB III PERANAN GABUNGAN POLITIK INDONESIA DALAM PERJUANGAN