Mengeluarkan Resolusi Perubahan Ketatanegaraan

Penolakan pemerintah Belanda terhadap tuntutan tersebut membuat rakyat Indonesia termasuk kaum nasionalis menjadi bosan dengan sikap Belanda, karena sudah bisa ditebak apapun gagasan yang mereka usung demi masa depan Indonesia yang merdeka hasilnya akan sama saja, pemerintah Belanda akan selalu menolaknya. Sikap Belanda tersebut juga semakin membuat jurang pemisah yang amat dalam antara pemerintah Belanda dengan rakyat Indonesia. Kepercayaan rakyat Indonesia terhadap pemerintahan Belanda makin menipis, sehingga muncul pandangan baru bahwa tak ada gunanya memohon dan menaruh harapan besar terhadap pemerintah kolonial, karena sampai kapanpun Belanda tak akan pernah mau menerima dan mengabulkan tuntutan rakyat Indonesia. Sikap konservatif Belanda terhadap aspirasi-aspirasi nasional bangsa Indonesia semakin menumbuhkan kesadaran akan solidaritas nasional dalam diri rakyat Indonesia. Hal ini jugalah yang membuat fokus utama dari kaum nasionalis dalam menjalankan usahanya untuk memperjuangkan Indonesia menjadi negara yang merdeka yang awalnya ditujukan kepada pemerintah Belanda, kini lebih difokuskan kepada rakyat Indonesia, yang tentu sangat mendukung gagasan mulia itu, karena rakyat Indonesia sangat menginginkan Indonesia menjadi negara yang merdeka dan berdaulat penuh.

C. Mengeluarkan Resolusi Perubahan Ketatanegaraan

Sikap penolakan pemerintah Belanda dalam menanggapi program aksi “Indonesia Berparlemen” yang diajukan oleh GAPI, memperlihatkan ketidakseriusan pihak pemerintah Belanda terhadap usaha-usaha yang dilakukan oleh GAPI dan kaum nasionalis Indonesia. Hal inilah yang dilihat oleh Gabungan Politik Indonesia sehingga pada bulan Agustus, akhirnya GAPI mengeluarkan sebuah resolusi yang bertujuan untuk mengadakan perubahan ketatanegaraan dengan didasarkan atas hukum tatanegara dalam masa genting Nood Staatsrecht. Adapun isi dari resolusi ini adalah: 1. Mendesak pemerintah, supaya membentuk parlemen dengan jalan mengubah Dewan Rakyat Volksraad yang ada sekarang, dengan melakukan pemilihan anggota-anggotanya berdasarkan atas suatu aturan dan pemilihan tersebut dipilih langsung oleh rakyat, sehingga semua golongan dalam negeri ini memiliki perwakilan yang sepantasnya. 2. Juga supaya mengubah kedudukan kepala-kepala departemen, sehingga mereka itu menjadi menteri-menteri yang bertanggungjawab pada parlemen itu 33 . Dan kepada rakyat serta organisasi-organisasi politik, sosial, dan ekonomi yang tidak tergabung dalam GAPI supaya membantu dan menyokong usaha GAPI dalam menjalankan usahanya tersebut. Resolusi yang dibuat oleh GAPI ini kemudian dikirimkan kepada Gubernur Jendral, Volksraad, Ratu Wihelmina, dan Kabinet Belanda yang berada di London. Keseriusan GAPI dalam menjalankan aksi demi tercapainya tuntutan yang diusung akhirnya mendapatkan respon dari Volksraad, yang mendapatkan usulan dari beberapa anggotanya yang merupakan bangsa Indonesia. Adapun tanggapan Volksraad adalah menyatakan bahwa 33 A.K. Pringgodigdo, op. cit, hlm. 164. pemerintah berjanji untuk membentuk sebuah komisi yang mempunyai tugas untuk mengumpulkan bahan-bahan atau hal-hal apa sajakah yang menjadi keinginan dari bangsa Indonesia. Oleh karena itu pada tanggal 14 September 1940 dibentuklah Commissie Tot Bestudeering van Staatsrechtelijke Hervormingen Komisi untuk menyelidiki dan mempelajari perubahan- perubahan ketatanegaraan 34 . Pada akhirnya komisi ini lebih dikenal dengan nama Komisi Visman, karena komisi ini diketuai oleh Dr. F.H. Visman 35 . Tujuan lain dari pembentukan komisi ini adalah untuk memperlihatkan kepada bangsa Indonesia, terutama kepada kaum nasionalis apabila sebenarnya pemerintah Belanda itu memperhatikan gagasan-gagasan yang diusung oleh kaum nasionalis. Awal pembentukan komisi ini justru tidak mendapatkan sambutan yang baik dari anggota-anggota Volksraad, ini juga dilakukan oleh GAPI yang dengan sangat jelas menyatakan ketidaksetujuannya dengan adanya pembentukan komisi tersebut. Hal ini dikarenakan bahwa, dengan membentuk komisi Visman tersebut maka sudah cukuplah memperlihatkan bentuk perhatian pemerintah Belanda terhadap aksi-aksi kaum nasionalis yang menuntut untuk dibentuknya parlemen di Indonesia, selain itu dibentuknya komisi tersebut justru memperlihatkan seolah-olah pemerintah tidak mengetahui apa yang diinginkan dan dicita-citakan oleh bangsa Indonesia, padahal sebenarnya pemerintah Belanda sudah mengetahui apa yang dikehendaki oleh rakyat Indonesia, karena sudah jelas dipaparkan dalam petisi 34 Marwati Djoened Poesponegoro, op. cit, hlm. 239. 35 Idem. Soetardjo dan program aksi “Indonesia Berparlemen”, yang semuanya ditolak oleh pemerintah Belanda. Ditambahkan lagi menurut pendapat GAPI dan juga oleh kaum pergerakan lainnya, bahwa seperti dengan pengalaman sebelumnya seperti pada tahun 1918, dibentuknya komisi tersebut tidak berpengaruh apa- apa terhadap perbaikan nasib rakyat Indonesia. Meskipun mendapatkan tanggapan yang dingin dari GAPI dan para kaum nasionalis, pemerintah Belanda melalui komisi Visman berniat untuk membahas mengenai keinginan bangsa Indonesia dalam menuntut adanya perubahan ketatanegaraan, oleh karena itu maka komisi Visman berniat untuk mengadakan pertemuan dengan GAPI. Undangan dari komisi Visman tersebut disambut baik oleh GAPI, dan rencana pertemuan antara GAPI dan komisi Visman ini diselenggarakan pada bulan Januari 1941. Sebelum diadakan pertemuan dengan komisi Visman, GAPI menyelenggarakan konferensi pada tanggal 10 Desember 1940, dan konferensi tersebut menghasilkan keputusan, yaitu akan menjelaskan lebih jauh mengenai alasan mengapa GAPI sangat gencar dalam usaha pembentukan parlemen Indonesia yang diusung dalam program aksi “Indonesia Berparlemen”, serta tujuan lainnya supaya hal ini dapat disiarkan ke seluruh Indonesia untuk semakin memudahkan dalam memprogandakan program tersebut melalui Panitia Indonesia Berparlemen yang sudah didirikan di seluruh Indonesia. Pembuatan mengenai rancangan penjelasan Nedere Preciseering dilakukan oleh sekretariat GAPI, yaitu Abikoesno penulis umum, A.K. Gani penulis 2, dan Soekardjo Wirjopranoto bendahara, serta dibantu oleh Sam Ratulangi, Mr. Sartono, dan M.H. Thamrin. Adapun pembuatan rancangan ini dibuat untuk dikemukakan dalam pertemuan yang dilakukan oleh Komisi Visman dan GAPI pada tanggal 31 Januari 1941 36 . 36 Slamet Muljana, op. cit, hlm. 79.

BAB IV KONTRIBUSI GABUNGAN POLITIK INDONESIA DALAM