Peran Ismail Marzuki dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.

(1)

ABSTRAK

PERAN ISMAIL MARZUKI DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN INDONESIA

Christiawan Bayu Respati Universitas Sanata Dharma

2016

Penulisan makalah ini bertujuan untuk mendeskripsikan tiga permasalahan pokok, yaitu: 1) Latar belakang kehidupan Ismail Marzuki; 2) Perjuangan Ismail Marzuki sebelum kemerdekaan Indonesia; dan 3) Perjuangan Ismail Marzuki sesudah kemerdekaan Indonesia.

Penulisan makalah ini disusun dengan menggunakan metode sejarah yang mencakup lima tahapan yaitu perumusan judul, pengumpulan sumber, verifikasi (kritik sumber), interpretasi, dan penulisan sejarah. Penulisan ini menggunakan pendekatan sosial budaya, dan ditulis secara deskriptif analitis.

Hasil penulisan ini menunjukkan, 1) Ismail Marzuki sejak kecil sudah memiliki kesenangan menyanyi dan memainkan alat musik, dengan pengetahuan musik secara otodidak dia mulai mengembangkan bakatnya untuk menjadi pemain musik, 2) Perjuangan Ismail Marzuki sebelum kemerdekaan Indonesia ditunjukkannya mulai tahun 1930 sebagai pencipta lagu yang berkisah tentang kehidupan sosial masyarakat Indonesia pada masa itu, dan mulai tahun 1942 Ismial Marzuki mencipta lagu berkisah tentang keadaan Indonesia yang memiliki berbagai kekayaan, kesuburan, serta keindahan alamnya, 3) Perjuangan Ismail Marzuki sesudah kemerdekaan Indonesia ditunjukkanya sebagai pencipta lagu-lagu perjuangan, lagu-lagu-lagu-lagu tersebut berkisah tentang jiwa kepahlawanan Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan.


(2)

ABSTRACT

ISMAIL MARZUKI’S ROLE IN THE STRUGGLE OF INDONESIAN INDEPENDENCE

Christiawan Bayu Respati Sanata Dharma University

2016

This paper aims to describe three key issues: 1) The background of Ismail

Marzuki’s life; 2) Ismail Marzuki’s struggle before the independence of Indonesia; and 3) Ismail Marzuki’s struggle after the independence.

The paper’s writying process is prepared by using the historical method

that comprises of five stages, nawely, title formulation, sources aggregation, verification (source criticism), interpretation, and historical process of writing.

This paper’s process of writing used socio-cultural approach and written in descriptive analitical way.

The results of this paper indicate: 1) since childhood, Ismail Marzuki had the pleasure of singing and playing musical instruments, with the self-learned of musical knowledge with which he started to develop his talent to be a music player, 2) Ismail Marzuki’sstruggle before the independence day of Indonesia began in 1930 as a songwriter that told the story of Indonesian society at that time, and started in 1942 when Ismail Marzuki created songs about wealth, prosperity, and the natural beauty of Indonesia, 3) Ismail Marzuki’sstruggle after Indonesian independence way showed by him as the creator of patriotic songs that told the story of heroism in defending the independence of Indonesia.


(3)

i

PE RAN ISMAIL MARZUKI DALAM PERJUANGAN KE MERDE KAAN I NDO NESI A

M A K A L A H

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Sejarah

O l e h :

C h r i s t i a w a n B a y u R e s p a t i N I M : 1 1 1 3 1 4 0 1 7

P R O G A M S T U D I P E N D I D I K A N S E J A R A H

J U R U S A N P E N D I D I K A N I L M U P E N G E T A H U A N S O S I A L F A K U L T A S K E G U R U A N D A N I L M U P E N D I D I K A N

U N I V E R S I T A S S A N A T A D H A R M A Y O G Y A K A R T A


(4)

(5)

(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Makalah ini saya persembahkan kepada:

1. Bapak Sriyatno, S.E. dan Ibu Rosa Tuning Rahayu, selaku orang tua yang yang telah membimbingku sampai saat ini.

2. Rosita Christiningrum dan Bethania Christiningtyas, kakak dan adik kandungku serta seluruh keluarga besar yang telah memberikan dukungan dan doa hingga terselesainya tugas akhir ini.

3. “Teman dekatku”, yang telah memotivasi untuk tetap semangat dan yakin dalam menemani menyelesaikan tugas akhir ini.


(7)

v

MOTTO

Jalani, nikmati, dan syukuri dengan penuh kepercayaan diri. (Christiawan Bayu Respati)

Hidup sungguh sangat sederhana. Yang hebat-hebat hanya tafsirannya.

(Pramoedya Ananta Toer)

Serahkanlah hidupmu kepada Tuhan, dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak.


(8)

(9)

(10)

viii

ABSTRAK

PERAN ISMAIL MARZUKI DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN INDONESIA

Christiawan Bayu Respati Universitas Sanata Dharma

2016

Penulisan makalah ini bertujuan untuk mendeskripsikan tiga permasalahan pokok, yaitu: 1) Latar belakang kehidupan Ismail Marzuki; 2) Perjuangan Ismail Marzuki sebelum kemerdekaan Indonesia; dan 3) Perjuangan Ismail Marzuki sesudah kemerdekaan Indonesia.

Penulisan makalah ini disusun dengan menggunakan metode sejarah yang mencakup lima tahapan yaitu perumusan judul, pengumpulan sumber, verifikasi (kritik sumber), interpretasi, dan penulisan sejarah. Penulisan ini menggunakan pendekatan sosial budaya, dan ditulis secara deskriptif analitis.

Hasil penulisan ini menunjukkan, 1) Ismail Marzuki sejak kecil sudah memiliki kesenangan menyanyi dan memainkan alat musik, dengan pengetahuan musik secara otodidak dia mulai mengembangkan bakatnya untuk menjadi pemain musik, 2) Perjuangan Ismail Marzuki sebelum kemerdekaan Indonesia ditunjukkannya mulai tahun 1930 sebagai pencipta lagu yang berkisah tentang kehidupan sosial masyarakat Indonesia pada masa itu, dan mulai tahun 1942 Ismial Marzuki mencipta lagu berkisah tentang keadaan Indonesia yang memiliki berbagai kekayaan, kesuburan, serta keindahan alamnya, 3) Perjuangan Ismail Marzuki sesudah kemerdekaan Indonesia ditunjukkanya sebagai pencipta lagu-lagu perjuangan, lagu-lagu-lagu-lagu tersebut berkisah tentang jiwa kepahlawanan Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan.


(11)

ix

ABSTRACT

ISMAIL MARZUKI’S ROLE IN THE STRUGGLE OF INDONESIAN INDEPENDENCE

Christiawan Bayu Respati Sanata Dharma University

2016

This paper aims to describe three key issues: 1) The background of Ismail

Marzuki’s life; 2) Ismail Marzuki’s struggle before the independence of Indonesia; and 3) Ismail Marzuki’s struggle after the independence.

The paper’s writying process is prepared by using the historical method that comprises of five stages, nawely, title formulation, sources aggregation, verification (source criticism), interpretation, and historical process of writing.

This paper’s process of writing used socio-cultural approach and written in descriptive analitical way.

The results of this paper indicate: 1) since childhood, Ismail Marzuki had the pleasure of singing and playing musical instruments, with the self-learned of musical knowledge with which he started to develop his talent to be a music

player, 2) Ismail Marzuki’sstruggle before the independence day of Indonesia

began in 1930 as a songwriter that told the story of Indonesian society at that time, and started in 1942 when Ismail Marzuki created songs about wealth, prosperity, and the natural beauty of Indonesia, 3) Ismail Marzuki’sstruggle after Indonesian independence way showed by him as the creator of patriotic songs that told the story of heroism in defending the independence of Indonesia.


(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Peran Ismail Marzuki dalam Perjuangan Kemerdekaan Indonesia”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana, Progam Studi Pendidikan Sejarah, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Dra. Theresia Sumini, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan makalah ini.

4. Drs. A.K. Wiharyanto, M.M., selaku dosen pembimbing yang telah sabar membimbing, membantu, dan memberikan banyak pengarahan, saran serta masukan selama penyusunan makalah ini.

5. Seluruh dosen dan pihak sekretariat Program Studi Pendidikan Sejarah yang telah memberikan dukungan dan bantuan selama penulis menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma.

6. Seluruh karyawan Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan pelayanan dan membantu penulis dalam memperoleh sumber penulisan makalah ini.

7. Kedua orang tuaku tercinta Sriyatno, S.E. dan Rosa Tuning Rahayu yang telah memberikan dorongan spiritual dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma, serta seluruh keluarga besarku terimakasih atas dukungan dan doanya.


(13)

(14)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

BAB I : PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Rumusan Masalah ... 4

C.Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 4

1. Tujuan ... 4

2. Manfaat ... 4

D.Sistematika Penulisan ... 5

BAB II : LATAR BELAKANG KEHIDUPAN ISMAIL MARZUKI A.Masa Kecil Ismail Marzuki ... 7

B.Kontribusi Ismail Marzuki di Lief Java, NIROM, dan VORO ... 13

1. Lief Java ... 13

2. NIROM ... 16

3. VORO ... 18

C.Ismail Marzuki dan Eulis Zuraida ... 21

BAB III : PERJUANGAN ISMAIL MARZUKI SEBELUM KEMERDEKAAN INDONESIA A. Peran Ismail Marzuki Masa Pemerintahan Belanda (1930-1942) ... 27


(15)

xiii

B. Peran Ismail Marzuki Masa Pemerintahan Jepang

(1942-1945) ... 34

BAB IV : PERJUANGAN ISMAIL MARZUKI SESUDAH KEMERDEKAAN INDONESIA A. Peran Ismail Marzuki dalam Mempertahankan Kemerdekaan ... 41

B. Mempertahankan Kemerdekaan Melalui Lagu Perjuangan ... 45

BAB V : KESIMPULAN ... 48

DAFTAR PUSTAKA ... 50

LAMPIRAN Silabus ... 53


(16)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pergerakan nasional merupakan masa yang paling penting bagi perjalanan sejarah Indonesia. Lahirnya pergerakan nasional berawal dari kesadaran berbangsa di bawah pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Rakyat merasa tidak puas dan sangat menderita atas penjajahan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial. Hal inilah yang menjadi permasalahan utama masyarakat Indonesia sehingga memunculkan gerakan-gerakan anti penjajahan. Masalah-masalah politik , budaya, dan agama yang dialami rakyat Indonesia telah mengalami perubahan yang begitu besar dan telah menempuh jalan baru.1

Jalan baru tersebut mendorong rakyat untuk mendirikan organisasi-organisasi modern dalam melawan pemerintah kolonial untuk merebut kedaulatan Negara. Pada tahun 1908, Budi Utomo menjadi organisasi pertama yang berdiri pada masa pergerakan nasional dan menandai perkembangan baru dalam sejarah bangsa Indonesia.2 Selanjutnya berturut-turut atau pada tiga dasawarsa abad ke-20 lahirlah perkumpulan-perkumpulan kaum pedagang, partai-partai politik, perkumpulan-perkumpulan buruh, wanita, pemuda dan lain-lain. Keinginan rakyat untuk mencapai kemerdekaan mulai tumbuh, karena sebelum adanya cita-cita tersebut mereka sangat takut pada kekejaman pemerintah kolonial Belanda. Ketakutan yang ada terhadap pemerintah kolonial Belanda itu kemudian

1

M.C Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2004, (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2005) hal. 341

2 G. Moedjanto, Indonesia Abad ke-20: dari Kebangkitan Nasional sampai Linggajati, (Jakarta:


(17)

2

berangsur-angsur mulai hilang, dan digantikan oleh semangat juang rakyat dalam memperoleh kemerdekaan.

Banyaknya organisasi-organisasi modern tersebut memunculkan berbagai perbedaan yang dianut oleh kaum pergerakan. Perbedaan tersebut mempengaruhi cara pandang kaum pergerakan dalam membaca situasi kolonial, serta langkah yang ditempuh dalam menghadapi pemerintah kolonial Belanda. Akibat adanya perbedaan itu, organisasi politik terbelah menjadi kooperatif dan non kooperatif. Keduanya masih memiliki tujuan yang sama bagi perjuangan bangsa. Namun, gagasan-gagasan kaum pergerakan ini mendapat hambatan dari pemerintah kolonial. Pemerintah kolonial melakukan berbagai cara untuk meredam aktivitas politik, salah satunya dengan mengeluarkan berbagai peraturan serta sangsi pelanggarannya.

Peraturan tersebut salah satunya memberlakukan vergader verbod (larangan berkumpul dan menyelanggarakan rapat) untuk mencegah partai-partai politik menarik simpati masyarakat luas. Rakyat juga dilarang keras mendendangkan lagu Indonesia Raya serta lagu-lagu mars milik beberapa organisasi sosial-politik. Lagu-lagu tersebut boleh diperdendangkan secara instrumental tetapi tidak boleh dinyanyikan. Semua itu dilakukan dengan tujuan untuk menjaga keamanan dan ketertiban agar pemerintah kolonial dapat menjalankan kekuasaannya dengan lebih lancar.3

Situasi politik sejak tahun 1930 berkembang tidak menentu di bawah pemerintah kolonial. Penguasa silih berganti mengatur pemerintahan, rakyatpun

3


(18)

menjadi semakin tertindas. Berbagai cara dilakukan oleh rakyat serta kaum pergerakan untuk membebaskan diri dari penjajahan dan penindasan. Perjuangan kemerdekaan Indonesia tidak hanya dilakukan oleh para kaum pergerakan sosial-politik saja, namun senimanpun dapat berjuang untuk mencapai kemerdekaan dari penjajah. Walaupun cara para seniman tidak sama dengan kaum pergerakan lainnya, mereka berjuang melalui karya-karya dalam bidang seni yang dihasilkannya. Salah satu seniman yang ikut berjuang melawan penjajah adalah Ismail Marzuki. Berjuang yang dimaksud di sini bukan dengan kekuatan senjata/diplomasi, namun dengan menciptakan lagu yang dapat membangkitkan semangat juang rakyat.

Ismail Marzuki lahir pada tahun 1914 di kampung Kwitang, Jakarta Pusat. Ismail Marzuki adalah seorang tokoh seniman nasional, seorang komponis, dan seorang pemimpin orkes. Dipandang dari nafas lagu-lagu dan syair-syair ciptaannya, dia seorang nasionalis yang setia kepada cita-cita perjuangan kemerdekaan. Dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia, Ismail Marzuki berkarier di masa pemerintahan Belanda, masa pemerintahan Jepang, dan masa kemerdekaan Indonesia. Ketiga masa ini banyak mempengaruhi perjalanan kariernya dalam mencipta lagu.

Menurut riwayat hidupnya, banyak faktor yang mempengaruhi dirinya sebagai seorang komponis, antara lain: faktor latar belakang belakang pendidikan, faktor penguasaan bahasa asing, faktor penguasaan memainkan alat-alat musik, faktor perkerjaan dan lain sebagainya. Dari faktor-faktor tersebut nantinya akan membuktikan perjuangan Ismail Marzuki hingga menjadi pemusik pejuang.


(19)

Lagu-4

lagu yang telah di ciptakannya khususnya lagu perjuangan telah membuktikan bahwa Ismail Marzuki memiliki peran aktif dalam setiap keadaan yang konsisten memegang nilai-nilai merdeka selama itu.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, tampak bahwa kehidupan Ismail ,Marzuki memiliki peran aktif dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Maka dalam penulisan ini akan dibahas permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana latar belakang kehidupan Ismail Marzuki?

2. Bagaimana perjuangan Ismail Marzuki sebelum kemerdekaan Indonesia? 3. Bagaimana perjuangan Ismail Marzuki sesudah kemerdekaan Indonesia?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

1. Tujuan

a. Mendeskripsikan dan menganalisis hal yang melatar belakangi kehidupan Ismail Marzuki.

b. Mendeskripsikan dan menganalisis perjuangan Ismail Marzuki sebelum kemerdekaan Indonesia.

c. Mendeskripsikan dan menganalisis perjuangan Ismail Marzuki sesudah kemerdekaan Indonesia.

2. Manfaat


(20)

Penulisan ini dapat memperkaya kelengkapan pustaka khususnya pada karya tulis yang nantinya dapat dimanfaatkan sebagai bahan referensi bagi mahasiswa. Terutama mengenai penulisan tentang peran Ismail Marzuki dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.

b. Bagi Program Studi Pendidkan Sejarah

Untuk menambah kepustakaan Prodi Pendidikan Sejarah, khususnya materi Sejarah Indonesia Baru I dan Indonesia Baru II.

c. Bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan

Penulisan ini dapat menambah wawasan, pengetahuan serta informasi mengenai sejarah Indonesia khususnya tentang peran Ismail Marzuki dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.

d. Bagi Penulis

Penulisan ini akan menambah pengetahuan serta pengalaman baru bagi penulis, serta menjadi sarana untuk menerapkan teori-teori yang telah penulis dapatkan selama duduk di bangku kuliah untuk dipraktikkan di dunia nyata.

D. Sistematika Penulisan

Makalah yang berjudul ―Peran Ismail Marzuki dalam Perjuangan Kemerdekaan Indonesia‖ ini memiliki sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I : Berupa pendahuluan yang memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, serta sistematika penulisan.


(21)

6

BAB II : Mendeskripsikan dan menganalisis latar belakang kehidupan Ismail Marzuki.

BAB III : Mendeskripsikan dan menganalisis latar perjuangan Ismail Marzuki sebelum kemerdekaan Indonesia.

BAB IV : Mendeskripsikan dan menganalisis perjuangan Ismail Marzuki sesudah kemerdekaan Indonesia.

BAB V : Penutup. Bab ini berisi kesimpulan dari pembahasan yang dilakukan pada bab I, II, III dan IV.

Dalam sistematika penulisan makalah ini, dari uraian di atas dapat dicermati bahwa penulis ingin menyajikan tentang peran Ismail Marzuki dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.


(22)

7

BAB II

LATAR BELAKANG KEHIDUPAN ISMAIL MARZUKI A. Masa Kecil Ismail Marzuki

Ismail Marzuki dilahirkan di kampung Kwitang, Jakarta pada tanggal 11 Mei 1914 dari pasangan Marzuki Saeran dan istrinya--yang dalam berbagai literatur tidak disebutkan namanya. Marzuki Saeran berasal dari golongan menengah atau orang mampu yang berprofesi sebagai wiraswasta. Ismail Marzuki bukanlah anak pertama dari pernikahan Marzuki Saeran dan istrinya. Sebelumnya Marzuki Saeran mempunyai dua anak laki-laki, yakni Yusuf dan Yakub. Namun Yusuf meninggal ketika berusia tiga tahun, dan Yakub juga meninggal saat berusia satu tahun. Tiga bulan setelah Ismail Marzuki dilahirkan, ibunya yang juga istri Marzuki Saeran meninggal, menyusul kakak-kakak kandung Ismail Marzuki yang sebelumnya telah meninggal.4 Hal inilah yang menyebabkan Marzuki Saeran merasa sedih atas kejadian yang dialami keluarganya.

Marzuki Saeran tidak ingin larut dalam kesedihan yang mendalam. Lalu ia menikahi seorang janda yang mempunyai anak satu. Anak perempuan tiri Marzuki Saeran ini bernama Anie Hamidah, yang berusia 12 tahun lebih tua dari Ismail. Menurut kepercayaan orang tempo dulu, untuk melindungi anak yang diharap-harapkan, orang tua menindik anak-anaknya agar dapat berumur panjang. Oleh karena itu, Marzuki Saeran yang sudah kehilangan dua anak laki-laki

4 Ninok Leksono, Seabad Ismail Marzuki: Senandung melintas Jaman (Jakarta: PT Kompas Media


(23)

sebelumnya menindik Ismail dengan harapan agar si kecil Ismail dapat berumur panjang.5

Di lingkungan keluarga, kerabat, dan teman-temannya Ismail Marzuki kerap dipanggil Mail atau Maing, dan kemudian jadi Bang atau Pak Mail/Maing. Ismail tumbuh berkembang dan bergaul dengan anak-anak sebayanya yang sebagian besar berasal dari kalangan rakyat biasa. Tempat bermain kesukanya adalah Kali Ciliwung, ia dapat bebas mandi, berenang, menyelam, dan terjun setiap hari di sungai yang lebar, airnya agak jernih, dan cukup dalam itu.6 Uniknya, ketika beranjak dewasa Ismail Marzuki tidak suka dengan mereka yang mandi atau berenang di sungai itu, karena takut jika ada yang terbawa arus.7

Marzuki Saeran memiliki cita-cita anak lelakinya ini kelak bisa bekerja sebagai ambtenaar (pegawai negeri zaman pemerintahan Belanda). Oleh karena itu ia berniat untuk menyekolahkan Ismail. Pada awalnya Ismail keberatan, namun perlahan-lahan dia mulai sadar bahwa sekolah adalah satu-satunya tempat agar dapat memperoleh berbagai macam ilmu pengetahuan. Kemudian ia memasukkan Ismail ke Christelijk HIS (Hollandsh Inlandsche School)8 Idenburg, salah satu sekolah dasar unggulan di Menteng. Supaya Ismail mendapatkan ilmu agama Islam serta dapat memahami kitab suci Al Quran dengan baik, sore harinya dia pergi belajar mengaji ke Madrasah Unwanul Fallah di Jalan Kramat Kwitang II

5 Ibid. 6

Dieter Mack, op.cit., hal. 8.

7Endah Soekarsono, ―

Bang Maing yang Karyanya Tahan Arus Jaman‖, Femina, No. 46, Tahun

XV., 26 November 1987, hal. 72.

8 HIS pertama kali didirikan di Indonesia pada tahun 1914. Sekolah ini ada pada jenjang

Pendidikan Rendah (Lager Onderwijs) atau sekarang setingkat dengan pendidikan dasar. HIS termasuk Sekolah Rendah dengan bahasa pengantar bahasa Belanda (Westersch Lager Onderwijs). Sekolah ini diperuntukan bagi golongan penduduk keturunan Indonesia asli. Pada umumnya disediakan untuk anak-anak dari golongan bangsawan, tokoh-tokoh terkemuka, atau pegawai negeri. Lama sekolahnya adalah tujuh tahun.


(24)

(berjarak sekitar empat puluh meter dari rumah Marzuki Saeran), yang didirikan oleh seorang ulama bernama Habib Ali Al Habsi.

Dalam kesibukannya sebagai seorang pelajar, Ismail juga menjadi anggota KBI (Kepanduan Bangsa Indonesia) di Kwartir Surya Wirwan, Gang Kenari. Hal ini menjadikan lingkup pergaulannya pun bertambah luas, tidak hanya berteman dengan anak-anak Kwitang saja, namun dia juga bergaul dengan anak-anak yang berbeda suku bangsa seperti Tionghoa, Belanda, dan lain lain. Selain itu, Ismail juga ikut bergabung dengan Perkoempoelan Kaoem Betawi. Organisasi ini didirikan oleh beberapa tokoh masyarakat Betawi yang lebih mengutamakan di bidang kebudayaan, khususnya bahasa dan musik.

Sejak kecil, Ismail memiliki kesenangan/hobi di bidang musik. Dia menyukai lagu-lagu, dan tahan berjam-jam di depan ―Gramofon‖9. Dengan suara

merdunya dia sering menyanyikan lagu berbahasa Belanda, di antaranya kun je

nog zingen, zing, dan mee. Budaya Barat khususnya Belanda cukup memberikan

pengaruh besar bagi kehidupan Ismail. Karena kepandaiannya dalam berbahasa

Belanda, Ismail yang sering disebut ―Ismail atau Maing‖ pun berubah panggilan menjadi ―Benjamin atau Ben‖ ketika orang Barat menyapanya.10

Setelah tamat sekolah dasar dari HIS (Hollandsh Inlandsche School), dia kemudian melanjutkan ke MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs)11 di jalan

9

Gramofon, menurut KBBI edisi ke-3 adalah mesin untuk mereproduksi suara dan musik yang direkam pada piringan hitam

10 Ninok Leksono, op.cit., hal. 27.

11 MULO pertama kali didirikan oleh pemerintah kolonial pada tahun 1914. MULO setara sekolah

lanjutan tingkat pertama atau sekarang SMP, yang diperuntukan bagi mereka yang telah menyelesaikan dari sekolah Dasar. Sekolah dengan pengantar bahasa Belanda ini diperuntukkan bagi orang pribumi golongan atas, orang Tionghoa, dan orang Eropa. Jenjang studi di MULO terdiri atas tiga tingkatan dalam tiga tahun bagi lulusan ELS (Europeesche Lagere School), dan bagi lulusan selain ELS ditambah dengan kelas persiapan selama satu tahun (total empat tahun).


(25)

Menjangan, Batavia. Di MULO Ismail semakin bertumbuh dan memiliki pikiran yang terbuka, baik dalam pendidikan formal maupun informal. Bersama beberapa teman satu sekolahannya, Ismail membentuk sebuah kelompok musik. Pada saat itu Ismail memegang alat musik banjo12. Mereka seringkali mengisi berbagai acara kesenian di sekolah, meskipun lagu-lagu yang sering dimainkan bukan lagu berbahasa Indonesia. Kepandaiannya dalam berbahasa Inggris, Spanyol, apalagi Belanda mendorongnya untuk mencoba mengarang beberapa lagu pada periode itu.

Bakat musik yang ada dalam diri Ismail sejak kecil ini tidak terlepas dari didikan seorang ayah yang sangat diseganinya ini. Marzuki Saeran yang dikenal sebagai orang yang taat beribadah ikut aktif dalam kelompok musik rebana di kampung Kwitang Lebak. Selain senang dengan musik yang syairnya kental bernuansa religius, ia juga senang dengan keroncong, cokek, dan gambus. Marzuki Saeran memiliki cara pandang maju dalam mendidik Ismail. Hal ini dibuktikan dari bagaimana Ismail bersikap di lingkungannya. Sikap Ismail yang murni, mendalam, dan penuh kesadaran tercipta dari didikan Marzuki Saeran.

Guna memacu semangat belajar, Marzuki Saeran kerap menghadiahkan benda-benda tertentu (salah satunya alat musik) apabila Ismail naik kelas. Sebenarnya sang ayah, Marzuki Saeran yang merupakan pemain rebana di kampungnya tidak setuju jika anaknya disebut sebagai ―buaya keroncong‖ (pemain musik). Golongan pribumi waktu itu sering malu menyandang sebutan seniman karena sering diolok-olok. Di sisi lain menurut anggapan orang Betawi


(26)

saat itu ―buaya keroncong‖ bertentangan dengan agama.13

Kendati demikian, Ismail tetap lengket dengan musik, bahkan bakatnya dalam bidang musik pun tambah terasah.

Kecintaannya terhadap musik tidak mengganggu Ismail dalam memperoleh pendidikan formal di sekolah. Terbukti nilai beberapa mata pelajaran yang diperoleh Ismail di sekolah tetap tinggi walaupun sebagian besar waktunya dicurahkan di bidang musik. Dan sampai pada akhirnya Ismail dapat menamatkan sekolah lanjutan pertamanya ini. Setelah tamat sekolah dari MULO, Ismail dihadapkan pada sebuah pilihan untuk melanjutkan ke sekolah lanjutan tingkat atas AMS (Algemeene Middelbare School)14, atau menekuni dunia musik yang menurut dia sama-sama penting dan menyenangkan. Kedua pilihan ini merupakan hal teramat sulit yang satu diantaranya harus dipilih oleh Ismail untuk masa depannya. Dengan segala pertimbangan yang cukup matang dan melihat kosekuensinya, akhirnya Ismail memutuskan untuk berhenti dari sekolah.

Walaupun keputusan yang diambil ini tidak sesuai dengan keinginan ayahnya, Ismail tetap memohon bantuan Marzuki Saeran untuk mencarikan pekerjaan. Bermodalkan ijazah MULO dan kepandaiannya dalan berbahasa barat khususnya bahasa Inggris dan bahasa Belanda Ismail diterima bekerja sebagai penjaga toko di toko TIO. Tetapi belum lama berkerja di toko tersebut dia mengundurkan diri. Akhirnya dia berusaha mencari pekerjaan sendiri. Tidak lama mencari pekerjaan baru, Ismail kemudian melamar dan langsung diterima di

13

Endah Soekarsono, op.cit., hal. 71.

14 AMS pertama kali didirikan oleh kolonial Belanda pada tahun 1915. AMS setara dengan

sekolah lanjutan tingkat atas atau sekarang SMA. Sekolah ini diperuntukan bagi mereka yang telah menyelesaikan dari MULO. Lama sekolahnya 3 tahun.


(27)

perusahaan ―Scony Service Station‖ yang berlokasi di Java Weg (sekarang Jalan

HOS Cokroaminoto, Jakarta Pusat). Dia bekerja sebagai kasir dengan gaji bersih 30 gulden setiap bulan, upah di atas rata-rata bagi seorang yang minim pengalaman kerja. Namun di perusahaan ini Ismail tidak betah bekerja dikarenakan seringkali terjadi selisih paham baik antarpekerja maupun dengan pihak manajemen.15 Akhirnya untuk Ismail mengundurkan diri lagi dari pekerjaannya ini.

Untuk ketiga kalinya, Ismail melamar pekerjaan dan diterima di

perusahaan dagang ―KK Knies‖ yang berlokasi di Noordwijk Straat (sekarang

Jalan Ir Juanda, Jakarta Pusat). Perusaahan ini bergerak di bidang musik, yang tidak lain merupakan hobi yang paling Ismail senangi. Dia bekerja sebagai

verkoper (penjual) berbagai alat musik, perekam, dan piringan hitam merek

Columbia.16

Berbeda dengan pekerjaan sebelumnya yang dilakukan di dalam kantor, perkejaan ini dia lakukan dengan cara dinas luar, atau dijaman sekarang disebut

sales and marketing. Penghasilan yang diterima Ismail Marzuki tergantung

jumlah barang yang berhasil dia jual, semakin banyak alat musik yang terjual maka semakin banyak juga hasil yang dia terima.

Di pekerjaan ini Ismail tidak saja cocok, tapi juga sukses. Dengan penampilannya yang necis, berpakaian rapi dan bersih, dia mampu meyakinkan calon pembelinya. Dia banyak mendapat komisi dari penjualan piano, radio, dan piringan hitam. Sehari-hari Ismail berkeliling mencari calon pembeli dan

15 Dieter Mack, op.cit., hal 11-12.

16 H. Ahmad Naroth, “Bang Ma’ing pun Menggubah Cerita Horror”, Intisari, No. 229, Agustus


(28)

mengunjungi para pelangan dengan mengendarai sepeda motor kesayangannya merek BSA buatan Inggris.17 Tidak hanya sebatas berjualan saja, dengan pembeli Ismail seringkali membahas musik hingga berjam-jam, sehingga hubungan yang terjalin bukan hanya sebatas penjual dan pembeli, tetapi menjadi sesama penikmat dan pelaku musik. Dari merekalah, dan juga dari membaca berbagai buku, Ismail mempelajari not-not balok, partitur, tangga nada, teori musik, dan ilmu melodi. Dari sinilah dibuktikan bahwa pekerjaan sebagai verkoper ini berperan besar bagi karier Ismail Marzuki selanjutnya sebagai seorang komponis

B. Kontribusi Ismail Marzuki di Lief Java, NIROM, dan VORO 1. Lief Java

Pada tahun 1918 atau saat Ismail Marzuki berusia empat tahun, berdirilah sebuah perkumpulan musik, yakni ―Rukun Anggawe Santoso‖—dalam bahasa Jawa, atau ―Bersatu Kita Jaya‖. Kelompok musik ini didirikan oleh Suwardi atau yang lebih dikenal dengan Pak Wang. Lima tahun kemudian (1923), Kelompok Rukun Anggawe Santoso ini mengubah nama menjadi Lief Java yang berkembang di bawah pimpinan Hugo Dumas. Dugo Humas bekerja sebagai pegawai tinggi Departement van Justitie (Departemen Kehakiman) dan salah satu agen perusahaan KK Knies (tempat Ismail Marzuki bekerja). Lief Java merupakan salah satu orkes keroncong yang sudah lama hadir di Indonesia dan senantiasa memainkan berbagai macam lagu, baik karya cipta sendiri maupun karya cipta orang lain. Orkes keroncong ini menjadi Kelompok yang memiliki peranan


(29)

penting dalam perkembangan musik keroncong atau stambul, meski hanya didukung oleh alat musik sederhana seperti, biola, suling, gitar, dan cello.18

Karena kecintaannya terhadap musik, ketika berusia 17 tahun (1931) Ismail Marzuki bersama teman-temannya anak Kemayoran bergabung dengan Lief Java, disaat pemainnya ingin merekrut orang muda yang memiliki keinginan untuk memajukan seni suara di seluruh Indonesia. Keikutsertaannya ini berawal ketika dia bekerja sebagai verkoper, untuk pertama kalinya Ismail bertemu dengan Hugo Dumas. Secara berkala Lief Java berlatih di rumah S. Abdullah di Kampung Kepuh, Kemayoran, Batavia. Beliau merupakan salah seorang musikus keroncong terkenal masa itu. Saat itu kawasan Kemayoran mayoritas dihuni warga

Indo-Belanda dan dikenal sebagai tempat berkumpul para ―Buaya Keroncong‖. Ismail

pun ikut berlatih bersama Lief Java seusai berkeliling menawarkan piringan hitam.

Bakat Ismail dalam bermusik semakin berkembang ketika ikut bergabung dengan Lief Java. Dia mempunyai kreativitas yang besar dalam menggubah dan mencipta lagu barat, lagu keroncong, maupun langgam melayu. Bahkan Ismail memperkenalkan instrumen akordeon ke dalam langgam Melayu, sebagai pengganti harmonium pompa.19 Namun demikian, masyarakat lebih mengenalnya sebagai seorang penyanyi bersuara berat (bariton) daripada pemain akordeon, gitar, atau saxophone. Suara Ismail yang berkarakter bariton (antara bas dan tenor) serupa dengan penyanyi Amerika Bing Crosby yang populer pada zaman itu. Ini

18 Ninok Leksono, op.cit. hal. 34.


(30)

membuat sebagiannya temannya menjulukinya ―Bing Crosby Kwitang‖.20

Dalam dunia musik keroncong, Ismail berkontribusi sangat besar. Seni Keroncong yang dahulu hanya digemari oleh beberapa golongan saja, telah menjadi seni suara yang saat itu terdengar di dalam maupun luar Indonesia.

Kelahiran Lief Java agak sulit dipisahkan dari perjalanan musik keroncong di Indonesia. Musik ini dikembangkan sejak abad ke-17 oleh kelompok masyarakat mestizo (keturunan campuran Portugis, Indonesia, Cina) dan

mardijker (budak asal Afrika, India, Melayu dan bekas serdadu Portugis yang

dibebaskan dari tawanan Belanda dan pindah agama dari Katholik menjadi Prostestan) yang tinggal di Kampung Tugu, utara Batavia.21

Ke-Portugisan dari orang-orang Mardijker Tugu sangat kuat, didemonstrasikan dalam musik mereka yang sampai sekarang masih ada. Salah satu pembicaraan yang dibanggakan orang Mardykers adalah musik tradisional keroncong (bangsa Portugis mengenal dengan Fado). Menurut para ahli musik,

asal nama ―Keroncong‖ berasal dari terjemahan bunyi alat musik semacam gitar

kecil dan Polynesia (Ukulele) bertali lima yang jika dimainkan menimbulkan bunyi: crong, crong, crong. Di kemudian hari alat keroncong ini dapat diciptakan sendiri oleh orang-orang keturunan Portugis yang berdiam di kampung Tugu, dan hanya bertali empat. Dan musik yang diperoleh dari orkes dengan iringan keroncong inilah yang dinamakan orang ―Musik Keroncong‖. 22

20

Ibid., hal 177.

21 Dieter Mack, op.cit., hal 15.

22 Harmunah, S. Mus, Musik Keroncong sejarah, gaya, dan perkembangan, (Yogyakarta: Pusat


(31)

Dalam perjalanan bermusik, Orkes Lief Java jarang tampil di acara pesta perkawinan. Ini terjadi karena pilihan sikap Ismail Marzuki sendiri. Sebagai pemusik, Ismail Marzuki selalu berusaha menjaga diri dan tampil profesional. Dia menolak apabila ada permintaan tampil di acara pesta perkawinan dengan maksud ingin mengangkat derajat musikus dan menghapus citra buruk yang terlanjur

melekat pada diri mereka. Karena sikap itulah Ismail sempat dijuluki ―musikus salon‖. Selanjutnya oleh karena pergantian pemerintahan pada masa pendudukan Jepang, nama Lief Java diganti menjadi Kireina Djawa.

2. NIROM

Pertunjukkan musik Indonesia pada zaman itu tidak hanya sebatas lewat panggung saja. Sejak tahun 1925 Belanda mulai mendirikan stasiun radio di Indonesia. Stasiun radio yang pertama ialah Bataviase Radio Vereniging (BTV) di Batavia yang didirikan pada tanggal 16 Juni 1925. Setelah BTV didirikan, muncullah beberapa stasiun-stasiun radio lainnya. Salah satu stasiun radio yang berkembang pesat ialah Nederlandsch Indische Radio Omreop Maatschappij (NIROM) di Batavia. Siaran pertama radio ini dipancarkan pada tanggal 31 Maret 1934 dengan membagi siaran dalam dua kelompok, yaitu untuk pendengar bangsa

Eropa dan bagian ―ketimuran‖. Pada saat itu orkes Lief Java menjadi salah satu orkes pengisi acara siaran bagian ketimuran.

NIROM berperan cukup besar dalam menyebarluaskan lagu-lagu, termasuk mempopulerkan nama-nama penyanyi dan pemusik Lief Java. Khususnya Ismail Marzuki, dia mempunyai banyak sekali penggemar setelah karya-karya lagunya disiarkan di NIROM. Para penggemar Ismail sering


(32)

mendesak penyiar radio NIROM untuk selalu memutar lagu-lagu ciptaan Ismail Marzuki. Mereka tambah senang lagi jika Ismail menyanyikan lagu tersebut secara langsung. Untuk setiap bulannya Ismail juga mendapatkan ratusan surat yang diterima dari para penggemarnya. Isi surat tersebut beraneka ragam. Mulai dari permintaan lagu, kritikan dan pujian, hingga ada pula penggemar wanita yang ingin berkenalan secara serius. Pada bulan pertama, surat-surat itu dibalas dengan sopan dan halus, namun karena dia tidak mempunyai sekretaris untuk membantunya membalas surat-surat tersebut, akhirnya dia membiarkan surat-surat tersebut menumpuk dan tidak terbalas.

Tidak hanya popularitas Ismail Marzuki saja, melalui siaran yang diadakan rutin, NIROM sangat banyak berperan bagi orkes Lief Java. Lagu-lagu yang dibawakan Lief Java pada zaman itu sering diputar, keberadaan Lief Java pun mulai dikenal oleh masyarakat luas. Bahkan ketika waktu itu sedang musim Band Hawaiian, para pendengar radio menganjurkan agar Lief Java membawakan lagu-lagu Hawaii, jenis musik yang juga sedang populer sejak pertengahan tahun 1930-an. Lief Java kemudian memenuhi permintaan mereka dengan membentuk sebuah Band Hawaiian, bernama The Sweet Java Islander, yang beranggotakan Ismail Marzuki, Victor Tobing, Hassan Basri, Pak De Rosario, dan Hardjomuljo.23

Namun di tengah perjalanan kariernya, sebuah insiden terjadi antara The Sweet Java Islander dengan stasiun radio NIROM. Mulai dari jatah siaran ketimuran yang kurang diperhatikan/sangat dibatasi, hingga masalah soal hak cipta. Masalah ini semakin serius ketika lagu pembukaan dari The Java Islander


(33)

yang begitu bersemangat, telah diambil oleh NIROM untuk pembukaan siaran setiap pukul 17.00, tanpa seijin Band Hawaiian itu. The Sweet Java Islander kemudian mengajukan protes, tetapi NIROM tidak melayaninya. Alhasil The Sweet Java Islander tidak bisa berbuat apa-apa karena tidak ada hak cipta. Oleh karena terjadi insiden tersebut, Ismail dan sejumlah temannya kemudian mengundurkan diri dari NIROM, walaupun Lief Java dan The Sweet Java Islander masih tampil mengisi acara siaran di radio NIROM Batavia sampai dengan tahun 1937.

Disaat akhir pemerintahan kolonial Belanda, dibentuklah stasiun radio khusus bagian ketimuran PPRK (Perserikatan Perkumpulan Radio Ketimuran), yang merupakan pecahan dari NIROM. PPRK dipimpin oleh Mr. Achmad Soebardjo dan Mr. Oetoyo Ramelan, dengan kepala studio Adang Kadaroesman. Di stasiun radio ini Ismail Marzuki berperan untuk membentuk, menyusun, memimpin, dan mengatur siaran ketimuran. Dia memimpin orkes radio ini sampai dengan kedatangan balatentara Jepang.

3. VORO

Oleh karena NIROM mulai membatasi siaran ketimuran, kebutuhan pendengar bangsa Timur pun juga mulai dilupakan. Masalah ini mendorong para kaum pergerakan untuk mendirikan siaran radio. Dengan semangat yang tinggi dan untuk mengimbangi siaran yang diselenggarakan oleh NIROM, para kaum nasionalis kemudian mendirikan siaran radio Vereeniging voor Oostersche Radio


(34)

VORO didirikan dengan modal seadanya oleh kaum nasionalis Indonesia yang berlokasi di Jalan Kramat Raya nomor 96, Batavia Centrum, terletak bersebelahan dengan Pabrik Rokok ―Dieng‖. Menurut Abdulrahman Saleh (pimpinan VORO tahun 1937), VORO bertujuan untuk memperhatikan dan memajukan seni ketimuran dengan mengirim macam-macam lagu ke udara dengan zender (pemancar). Seni dalam arti yang seluas-luasnya bukanlah hanya macam-macam lagu, melainkan segala yang meninggikan kebatinan manusia.24 Tujuan yang diutarakan Abdoelrachman Saleh tersebut tidak berbeda sesuai Pasal

2 tentang Anggaran Dasar VORO bahwa ―Perkumpulan bermaksud mamajukan

kebudayaan dan kesenian Timur dengan arti yang luas, dengan perantara

penyiaran radio‖.25

Stasiun radio ini menggunakan sebuah rumah tinggal, antenanya terbuat dari bambu betung yang disambung-sambung dan diikat dengan tali ijuk. Dinding ruang studio dilapisi karung goni, lantainya dihampari karpet sisal26, dan hanya mempunyai dua mikrofon model kotak. VORO merupakan pemancar radio yang pertama milik bumiputra di seluruh Indonesia. Seluruh program acara yang

disiarkan VORO ―serba ketimuran‖, yaitu siaran dalam bahasa Jawa, bahasa Sunda, lagu keroncong, gambus dan harmomium, wayang Betawi, hawaiian, tonil, Minangkabau, agama, dan pidato.

VORO dapat berkembang melalui dukungan sumbangan dari para dermawan, karena pada masa itu belum dikenal iklan radio yang mendatangkan

24 Ninok Leksono, op.cit., hal. 40-41. 25 Dieter Mack, op.cit., hal. 26 26 H. Ahmad Naroth, op.cit., hal. 174


(35)

uang.27 Donatur tetap berjumlah 77 orang Indonesia dan 7 orang Tionghoa. Dapat disimpulkan bahwa 7 orang Tionghoa ini adalah mereka yang lahir dan menetap di Indonesia, yang sesungguhnya memiliki andil dalam proses menuju Indonesia merdeka. Ismail Marzuki dengan nomor keanggotaan ―458‖ membayar iuran satu gulden setiap bulan secara teratur. Hal ini sesuai dengan Pasal 3 tentang Anggaran

Rumah Tangga VORO, ―Anggota biasa yakni orang yang telah diterima oleh

pengurus membayar kontribusi 1 gulden setiap bulan memiliki hak suara dalam

setiap persidangan‖.

Pada masa itu, VORO merupakan tempat berkumpulnya musisi muda yang mempunyai semangat kebangsaan. Setiap sabtu malam Orkes Lief Java mengadakan siaran live dengan diperkuat oleh Miss Annie Landouw, penyanyi tunanetra yang terkenal. Pemain Lief Java tampil di VORO tanpa menerima bayaran, hanya diberi uang transport secukupnya. Di VORO, Ismail Marzuki sendiri kerap menyanyi serta memainkan saxophone atau akordeon. Selain itu,

Ismail juga sering menggubah ―radio-tooneel‖ (sandiwara radio) khususnya cerita-cerita horor yang mulai digemari banyak pendengar. Tidak hanya itu, Ismail juga sering mengisi acara dagelan dengan sebagai Paman Lengser (salah satu tokoh dalam pertunjukkan Topeng Betawi).28 Hal ini menyebabkan Ismail dikenal sebagai pelawak oleh sebagian besar pendengarnya.

Bersama kawannya Memet alias Botol Kosong, Ismail selalu menyisipkan sindiran halus dalam bahasa Belanda yang diarahkan kepada pemerintah kolonial, sehingga VORO dikatakan sebagai Vereneinging Oostersche Rebel Omroep atau

27 Ibid.


(36)

Radio Pemberontak.29 Kata Rebel atau pemberontak ditujukan kepada seniman, anggota, dan pengurus VORO, termasuk Ismail Marzuki. Istilah tersebut mengartikan bahwa Ismail dan teman-temannya adalah pejuang kemerdekaan Indonesia yang bernyali besar. Mereka berani berposisi sebagai orang yang anti penjajahan dengan menerima segala kosekuensi dan resiko yang ada, lembaga penyiaran mereka bisa saja ditutup, hingga terjadi pembunuhan dan sebagainya. Tetapi itu tidak membuat Ismail bersama teman-temannya mundur dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

C. Ismail Marzuki dan Eulis Zuraida

Pertemuan Ismail Marzuki dengan Eulis Zuraida bermula ketika Ismail pindah ke Bandung untuk membentuk dan memimpin Orkes Studio Ketimuran NIROM. Eulis merupakan seorang perempuan berdarah Sunda-Arab kelahiran kota Bandung 17 April 1917. Nama lengkapnya adalah Eulis Andjung Zuraida30. Putri dari reserse Empi ini juga seorang penyanyi keroncong dan penembang lagu Sunda. Ketika berusia 14 tahun, ia sudah berani tampil menyanyi di muka umum. Bahkan ia pernah meraih juara ketiga pada sebuah perayaan jaarbeurs Bandung dan meraih juara ketiga. Tidak hanya itu, Eulis juga masuk dalam tiga besar ketika mengikuti perayaan dalam lomba menyanyi keroncong di Pasar Gambir Jakarta. Salah satu pemusik yang mengiringinya menyanyi waktu itu ialah Ismail Marzuki. Pada saat itu, Eulis termasuk penyanyi orkes keroncong Hwa An di Bandung.31

29 H. Ahmad Naroth, Juni 1982, op.cit., hal. 175.

30 Nama Zuraida ini ditambahkan oleh Ismail Marzuki setelah menikah dengannya. 31 H. Ahmad Naroth, op.cit., hal. 181.


(37)

Tentang diri Ismail Marzuki, Eulis Zuraida mengatakan bahwa sebagai komponis muda, nama Ismail sudah terkenal. Lagu-lagunya yang kerap dimainkan lewat orkes radio Jakarta, sudah sering didengar oleh Eulis. Eulis pertama kali mengenal Ismail berawal ketika lagunya yang berjudul O Sarinah menjadi hits di radio NIROM. ―Dibanding teman-teman seniman prianya saat itu, Bung Ismail sangat alim. Ia tak suka keluyuran. Dia tidak Cuma pintar main musik, tapi juga pintar mengaji Al Quran‖, kata Eulis Zuraida.32

Pada mulanya, Eulis tidak terlalu tertarik dengan kehadiran Ismail. Setelah bergabung dengan orkes yang di dalamnya ada Ismail saja, Eulis selalu bertanya kepada teman-temannya, apakah Ismail ada atau tidak. Sampai-sampai Eulis mengatakan bahwa ia tidak mau menyanyi apabila ada Ismail di dalamnya. Namun setelah dibujuk teman-temannya, Eulis akhirnya mau menyanyi. Setiap kali bertemu, baik dalam latihan musik maupun tampil di NIROM dan dalam perayaan tertentu, mereka berdua sering berkelahi soal lagu yang akan dibawakan. Perbedaan pendapat pun kerap terjadi antara Ismail dan Eulis.

Berbeda dengan Eulis, sikap Ismail terhadap Eulis justru kebalikannya. Ismail Marzuki sering mengajaknya bercanda dan tak jarang dia mendekati Eulis. Perasaan suka Ismail terhadap Eulis pun mulai tumbuh. Hingga pada saat mendekati Eulis, Ismail menyodorkan secarik kertas berisi syair lagu Panon

Hideung. Lagu itu khusus dikarangnya untuk Eulis. 33 Panon Hideung berasal dari

bahasa Sunda yang berarti ―Mata Hitam‖. Secara melodi, lagu ini sebenarnya

berasal dari lagu rakyat populer ciptaan Rusia, yang oleh Ismail Marzuki

32 Heryus Saputro, ―Ismail Marzuki, Dari Pinggir Kali ke Persada Negeri‖, Femina, No. 23. Tahun

XXIV, 13-19 Juni 1996, hal. 25.


(38)

dialihkan liriknya ke bahasa Sunda. Syair tersebut ternyata adalah ungkapan perasaan cinta Ismail kepada Eulis. Sikap yang dilakukan Ismail ini perlahan-lahan mampu meruntuhkan hati Eulis.

Eulis mulai tertarik dengan Ismail sewaktu mereka bersama rombongan Terang Bulan Party berkunjung ke Singapura sekitar tahun 1938. Rombongan ini merupakan gabungan dari Orkes Lief Java dan Band Hawaiian Sweet Java Islander,34 dimana Ismail dan Eulis ikut serta dalam perjalanan tersebut. Di tengah perjalanan ke Singapura menggunakan kapal laut, Eulis tiba-tiba mabuk laut, ia tidak enak badan dan muntah-muntah. Ismail yang mengetahui keadaan itu, mengeluarkan sapu tangan dan menengadahkan tanggannya untuk menampung muntahan Eulis. Kemudian Ismail memijit kepala dan tengkuk Eulis, hingga ia merasa lebih enakan. Peristiwa di atas kapal laut itu nampaknya membuat Eulis terharu atas sikap yang dilakukan Ismail. Semenjak itu pula, Eulis benar-benar menerima kehadiran Ismail, dan jatuh cinta terhadap Ismail.

Perasaan sama-sama cinta yang ada di antara hati Ismail dan Eulis, membuat mereka berdua kemudian menjalin hubungan berpacaran. Keduanya berpacaran cukup lama, sekitar tiga tahun. Namun, Jalinan asmara kedua insan ini tidak berjalan mulus. Orangtua Eulis tidak menyetujui hubungan mereka. Mereka khawatir Eulis yang hanya bisa menyanyi nantinya akan diremehkan oleh mertuanya karena akan menjadi istri yang tidak bisa mengurus rumah tangga. Sementara itu, masalah lain terjadi pada Ismail. Marzuki Saeran sudah menjodohkan Ismail dengan seorang gadis Betawi. Namun melihat perasaan cinta


(39)

yang tulus dari hati Ismail terhadap Eulis, Marzuki Saeran tidak dapat berbuat apa-apa. Sikap Ismail yang selalu baik pada keluarga Eulis pun membuat hati kedua orangtua Eulis luluh. Mereka kemudian menyetujui hubungan Ismail dengan Eulis. Suatu hari saat Empi, ayah Eulis, sedang sakit, ia pun memanggil Eulis dan menyuruh memanggil Ismail. Empi lalu menikahkan sepasang kekasih ini. Ismail datang sendirian tanpa disertai keluarganya.

Ismail pulang ke Batavia dengan membawa surat ―model D‖ dari kantor

penghulu, yang menerangkan bahwa dirinya telah menikah dengan Eulis. Marzuki Saeran hanya bisa terkejut dan bersyukur melihat anaknya telah menikah dengan Eulis. Ismail kemudian berjanji akan membawa istrinya ke rumah Marzuki Saeran di Jalan Gunung Sahari pada esok harinya pukul 10.00 pagi. Orang-orang sibuk

mengatur dan mempersiapkan ―pangkeng‖ (kamar) untuk menyambut pengantin

baru yang akan masuk.35 Eulis pun kemudian diboyong Ismail ke Jakarta.

Awal menikah pasangan ini memilih untuk tidak tinggal bersama orangtua. Alhasil mereka berpindah-pindah tempat tinggal. Awalnya mengontrak rumah di Jalan Gunung Sahari, Jakarta. Kemudian pindah ke Gang Basaan di kawasan Tanah Abang. Tidak lama disitu, mereka pindah lagi ke Kampung Bali di sekitar Tanah Abang.36 Selanjutnya, mereka bisa membeli rumah yang semula dikontrak dan tinggal menetap di Kampung Bali, Jakarta. Kehidupan rumah tangga Ismail dan Eulis berjalan harmonis.

Setelah Eulis menjadi istri Ismail Marzuki, Ismail tidak mengizinkan istrinya menyanyi di muka umum, maupun dalam studio radio. Ismail

35 Ibid., hal. 181.


(40)

menginginkan Eulis untuk mengurus rumah tangga dan menjadi ibu rumah tangga yang terampil. Meskipun larangan ini sering menjadi perselisihan, akhirnya Eulis tunduk pada peraturan suaminya.37

Namun yang disayangkan dari perkawinannya itu, Eulis Zuraida tidak dikaruniai anak. Tidak mau berlama-lama larut dalam kesepian, akhirnya Ismail memutuskan untuk mengambil anak dari saudara Eulis. Anak angkatnya ini bernama Rahmi Aziah, yang sudah diminta Ismail dari sejak ibunya hamil. Ismail sebenarnya menginginkan anak laki-laki, tetapi ternyata anak ini lahir perempuan. Walaupun ini tidak sesuai dengan keinginan Ismail, dia tidak keberatan, dan mengambil Rahmi sebagai anak saat berusia dua bulan. Kehadiran Rahmi ini cukup membuat kehidupan rumah tangga Ismail dan Eulis bahagia.38 Ismail membuktikan dirinya tidak hanya jago bermusik saja, tetapi dia juga pandai dalam urusan rumah tangga. Terbukti Ismail telah menjadi kepala keluarga yang baik bagi istri dan anaknya.

Sebagai Istri, Eulis Zuraida memiliki peran yang besar bagi karier Ismail Marzuki. Hampir semua lagu-lagu ciptaan Ismail setelah berumah tangga yang pertama-tama menyanyikannya adalah istrinya. Bantuan istrinya ini sangat diperlukan ketika Ismail mempersiapkan lagu-lagu yang akan diciptakannya. Menurut Eulis Zuraida, lagu-lagu Ismail Marzuki tidak hanya lahir berkat kepandaian dan inspirasi, tetapi dengan hati jiwa, bahkan keselamatan dirinya ikut dikorbankan. Kebanyakan lagu-lagu Ismail yang bernafaskan asmara, Eulis Zuraida lah yang menjadi sumber inspirasinya.

37 H. Ahmad Naroth, op.cit., hal. 182. 38 Heryus Saputro, op.cit., hal. 28.


(41)

Sesudah kemerdekaan Indonesia, Ismail Marzuki dan Eulis Zuraida dihadapkan dengan situasi yang sulit. Ketika Ismail sedang berkelana ke daerah-daerah untuk menghibur para pejuang dengan lagu-lagu perjuangannya, Jakarta diduduki balatentara Sekutu. Berbagai perlawanan yang terjadi menyebabkan keadaan kota Jakarta semakin memanas. Demi pertimbangan keselamatan, Eulis kemudian memutuskan mengungsi ke Bandung, dan tidak lama kemudian Ismail menyusulnya. Namun, beberapa hari setelah mereka sampai di Bandung, terjadilah peristiwa Bandung Lautan Api. Keadaan Bandung yang penuh dengan api peperangan pada tahun 1946 itu menyebabkan mereka mengungsi lagi ke Bandung Selatan

Meskipun untuk sementara waktu mereka tidak tinggal bersama, perasaaan cinta mereka berdua tetap terjalin. Hingga pada tahun 1950, Ismail Marzuki dan Eulis Zuraida kembali tinggal bersama lagi di rumahnya di Kampung Bali,

Jakarta. Bagi Ismail, Eulis merupakan sosok istri sekaligus ―ibu‖ yang menjadi


(42)

27

BAB III

PERJUANGAN ISMAIL MARZUKI SEBELUM KEMERDEKAAN INDONESIA

A. Peran Ismail Marzuki Masa Pemerintahan Belanda (1930-1942)

Memasuki abad ke-20, perkembangan politik, sosial, dan ekonomi bangsa Indonesia ditandai dengan situasi yang tidak menentu. Dalam masa ini, rezim Belanda memasuki tahapan yang paling menindas dan paling konservatif terhadap rakyat. Bangsa Indonesia mengalami kerugian yang besar akibat dari eksploitasi besar-besaran dan monopoli perdagangan yang dilakukan pemerintah kolonial Belanda. Keadaan ini menjadikan Indonesia mulai tahun 1930 mengalami masa krisis. Rakyat pun semakin menderita di bawah penjajahan pemerintahan kolonial. Bangsa Indonesia diperlakukan tidak adil atas penjajahan yang telah dilakukan Belanda. Akibatnya banyak sekali terjadi pemberontakan yang dilakukan bangsa Indonesia terhadap pemerintah kolonial, sehingga rakyat/kaum pergerakan mulai mendirikan organisasi-organisasi modern yang bertujuan sebagai jembatan untuk menghadapi pemerintah kolonial. Organisasi-organisasi tersebut semakin menunjukkan eksistensinya menuju Indonesia merdeka (bebas dari penjajahan), walaupun muncul perbedaan paham yang dianutnya.

Perkembangan politik di Indonesia pada tahun 1930-an juga mempengaruhi perbedaan cara pandang kaum pergerakan dalam membaca situasi pemerintah kolonial. Mereka terbelah menjadi kooperatif (moderat)39 dan

39 Organisasi kooperatif (moderat) adalah organisasi yang memiliki sikap lunak (moderat), atau

mau bekerjasama dengan pemerintah kolonial Belanda di Indonesia untuk mencapai kemerdekaan. Contoh organisasi ini antara lain: Budi Utomo, Gerindo, Muhammadiyah, dll.


(43)

nonkooperatif (radikal)40. Namun, setelah tahun 1930 organisasi yang semula bersifat kooperatif (moderat) menjadi lebih nonkooperatif (radikal) akibat situasi politik yang terjadi antara rakyat dengan pemerintah kolonial. Berbagai cara dilakukan pemerintah kolonial untuk meredam aktivitas politik sekaligus menghambat gagasan-gagasan kaum pergerakan agar pemerintahan Belanda di Indonesia berjalan dengan lancar. Sebagian kaum pergerakan mulai menggunakan pranata Volksraad (dewan rakyat). Badan ini cenderung mengembangkan suatu kesatuan yang lebih menyakinkan, yang menggabungkan nasionalisme mereka secara lebih erat.41

Pemerintah kolonial memberlakukan pembatasan hak untuk berserikat dan berkumpul (vergader verbod) terhadap organisasi-organisasi kebangsaan. Rakyat dilarang keras mendengarkan lagu Indonesia Raya, serta lagu-lagu mars partai-partai politik. Lagu-lagu tersebut tidak boleh dinyanyikan, tetapi hanya boleh diperdengarkan secara instrumental saja. Cara-cara tersebut dilakukan pemerintah kolonial untuk menjaga keamanan dan ketertiban, agar kekuasaannya di Indonesia dapat berjalan dengan lebih lancar.

Sewaktu pemerintah melakukan berbagai upaya untuk tetap menguasai Indonesia, Belanda di negerinya sendiri mengalami situasi yang kacau balau. Pada tanggal 10 Mei 1940, Jerman yang dipimpin oleh Adolf Hitler menyerbu negeri Belanda. Pemerintah beserta keluarga kerajaan Belanda melarikan diri untuk

40 Organisasi nonkooperatif (radikal) adalah organisasi yang memiliki sikap keras (radikal), atau

tidak mau bekerjasama dengan pemerintah kolonial Belanda di Indonesia untuk mencapai kemerdekaan. Contoh organisasi ini antara lain: Perhimpunan Indonesia, PKI, Indische Partij, dll.

41 A. Kardiyat Wiharyanto, Sejarah pergerakan Nasional: Dari Lahirnya Nasionalisme Sampai Masa Pendudukan Jepang, (Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma, 2015) hal. 5.


(44)

mengungsi di London.42 Keganasan paham fasisme ini membuat Belanda menyerah dan wilayahnya diduduki Jerman Nazi. Jatuhnya negeri Belanda ini merupakan awal dari kemunduran pemerintahan Belanda di Indonesia.

Pemerintah kolonial semakin jatuh ketika Belanda menerima kekalahan dalam perang Pasifik. Pasukan perang yang di bentuk Belanda tidak kuat untuk menahan serangan yang dilakukan oleh Jepang. Balatentara Jepang menghancurkan armada gabungan Belanda, Inggris, Australia, dan Amerika dalam pertempuran di laut Jawa. Akhirnya pada tanggal 8 Maret 1942 pemerintah kolonial Belanda di Jawa menyerah. Gubernur Jendral van Starkenborgh ditawan oleh balatentara Jepang dan Jepang berhasil mengalahkan kekuasaan Belanda.43 Akibatnya dalam tempo singkat tanah jajahan Belanda di Indonesia secara langsung jatuh ke tangan Jepang.

Dalam uraian di atas telah dijelaskan bahwa Indonesia pada tahun 1930-1942 berada dalam masa krisis, baik di bidang politik dan ekonomi. Sejarah pergerakan Indonesia lebih disibukkan dengan usaha rakyat menuju Indonesia merdeka (bebas dari penjajahan). Di tengah upaya perjuangan dalam meraih kemerdekaan, muncullah Ismail Marzuki yang juga turut berperan dalam membangkitkan semangat juang rakyat. Untuk selanjutnya, peran Ismail Marzuki dalam perkembangan musik Indonesia semakin terlihat di akhir kekuasaan Belanda di Indonesia (1930-1942). Semuanya itu didorong dari rasa cinta tanah air yang besar dalam diri Ismail Marzuki.

42 M.C. Ricklefs, op.cit., hal. 399. 43 Ibid., hal. 402.


(45)

Seperti telah diulas pada bab sebelum ini, Ismail Marzuki yang merupakan putra Marzuki Saeran telah mengenal dan mencintai dunia musik sejak duduk di bangku HIS. Kecintaannya terhadap musik berawal ketika Ismail suka bernyanyi dan mendengarkan lagu-lagu (berbahasa Belanda) melalui mesin gramofon kepunyaan ayahnya. Selain bernyanyi, Ismail kecil juga sudah pandai memainkan alat musik. Beberapa alat musik dia peroleh dari pemberian Marzuki Saeran ketika Ismail berprestasi saat bersekolah. Marzuki Saeran yang juga pemain musik di kampung Kwitang adalah orang yang pertama kali memperkenalkan musik pada Ismail.

Perjalanan karier Ismail Marzuki semakin nampak ketika memasuki tahun 1930-an. Ismail dapat tampil sebagai penyanyi, pemain musik, dan kemudian mencipta/menulis lagu. Sejak bekerja sebagai verkoper di perusahaan KK Knies, Ismail menjalin pertemanan dengan para musisi yang lebih senior di masanya. Dia tidak sungkan berdiskusi dan bertanya mengenai segala hal yang berkaitan dengan musik kepada orang-orang yang lebih ahli.44 Secara otodidak Ismail menambah

pengetahuannya dalam bidang musik. Meskipun dia bukanlah lulusan dari sekolah musik, dengan usahanya sendiri Ismail rajin mencari buku-buku dan literatur musik.

Pada tahun 1931, Ismail untuk pertama kalinya mencipta sebuah lagu berjudul O Sarinah. Lagu ini dia ciptakan berbahasa Belanda pada usia 17 tahun, atau bersamaan di tahun bergabungnya dengan perkumpulan musik Lief Java. Lagu tersebut menceritakan tentang kehidupan seorang gadis desa yang bernama


(46)

Sarinah. Lagu O Sarinah karya Ismail Marzuki ini melambangkan kehidupan masyarakat Indonesia yang tertindas di era penjajahan.45 Apa yang dilambangkan dalam lagu Ismail ini sama seperti yang ditulis Soekarno dalam bukunya Sarinah, pada tahun 1947, walaupun keduanya tidak ada kaitannya.

Ismail Marzuki memiliki unsur yang kuat untuk menghasilkan sebuah lagu. Mulai dari tema lagu, lirik, nada, dan irama, semuanya saling berkaitan. Semua ciptaannya selalu berhubungan dengan kehidupan sosial yang sedang terjadi pada masa itu. Diawal karirnya ini, karya Ismail Marzuki banyak berkisah tentang kehidupan manusia. Terkait dengan nasib bangsanya, romantika cinta muda-mudi, maupun fenomena sosial, menjadi ilham untuk tema lagu-lagunya. Untuk nada dan irama, Ismail Marzuki banyak menggunakan jenis musik yang populer saat itu, mulai dari keroncong, hawaiian, hingga jazz.46

Dalam perkembangan berikutnya karier Ismail tidak hanya menciptakan lagu sendiri, namun juga sebagai penggubah lagu. Ismail Marzuki mulai menggubah lagu sejak tahun 1933. Lagu-lagu yang dia gubah berasal dari pencipta aslinya, yang sebagian hanya dia tulis melodinya, maupun liriknya saja.

Kembali ke karya ciptaan Ismail Marzuki sendiri. Pada tahun 1935 setelah karya pertamanya O Sarinah, Ismail Marzuki menciptakan lagu Kroncong

Serenata dengan berirama keroncong. Tahun 1936 muncul lagu Oh Jauh di Mata

dan Roselani yang menggambarkan suasana romantis dan alam Hawaii di tepi samudra Pasifik. Berikutnya dua lagu dia ciptakan pada tahun 1937, yaitu lagu

Stambul Sejati yang berirama keroncong stambul bermodus minor, bermelodi

45 Firdaus Burhan, Ismail Marzuki, Hasil Karya dan Pengabdiannya (Jakarta: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan, 1983), hal. 18.


(47)

melayu Sumatera Utara, dan lagu Kasim Baba yang berlatar belakang cerita

―Hikayat 1001 Malam‖.47

Beberapa lagu karya Ismail ini mulai direkam pada piringan hitam di Singapura. Kemudian dikirimkan ke Jakarta kembali untuk diedarkan.

Pada tahun 1938, bersama Band Hawaiiannya The Sweet Java Islander,

Ismail Marzuki untuk pertama kalinya mengisi suara dalam film ―Terang Bulan‖.

Film ini dibuat dan disutradarai oleh Albert Balink, seorang Belanda keturunan Jerman. Dalam film ini, Ismail Marzuki berperan sebagai pengisi suara Raden Muchtar. Ismail menyanyikan 3 lagu, antara lain: Duduk Termenung, My

Hula-hula, dan Bunga Mawar dari Kahyangan.48 Lagu-lagu tersebut dia nyanyikan

bergaya ―Yodel‖49

. Setelah selesai diproduksi, film ini ditayangkan perdana di Rex Theatre, Kramat. Film ini mendapat respon yang baik di kalangan masyarakat. Bahkan film ini juga beredar di Singapura dan Malaysia.50

Kesuksesan film ini berdampak baik bagi Ismail Marzuki bersama The Sweet Java Islander. Band Hawaiian yang dibentuk oleh Lief Java ini diundang untuk mengadakan pagelaran musik ke kota-kota di Malaysia dan Singapura. Mereka berangkat tanggal 16 Juli 1938. Segala biaya perjalanan termasuk makan-minum, penginapan, honor para artis, dan ongkos-ongkos lainnya ditanggung oleh Agency Manager. Kesempatan untuk mengunjungi negeri orang sekaligus ini diterima sebaik-baiknya oleh Ismail Marzuki beserta teman-temannya yang

tergabung dalam ―Terang Bulan Party‖. Rombongan ini merupakan gabungan dari

47 Firdaus Burhan, op.cit., hal. 22. 48

Ninok Leksono, op.cit., hal. 61

49 Yodel, menurut kamus musik, adalah teknik menyanyi yang dilakukan melalui suara normal

yang banyak diselingi suara-suara falsetto (diluar jangkauan nada biasa)


(48)

Orkes Lief Java dan Band Hawaiian The Sweet Java Islander di bawah pimpinan Hugo Dumas.51 Melalui pertunjukan ini, nama Ismail Marzuki dan juga Terang Bulan Party semakin dikenal oleh masyarakat luas di kawasan Asia Tenggara.

Di tahun 1939, Ismail Marzuki menciptakan delapan judul lagu, antara lain, Bapak Kromo, Bandanaira, Olee lee di Kotaraja, Rindu Malam, “Lenggang

Bandung, dan Melancong ke Bali. Dua di antaranya yang menggunakan syair

bahasa Belanda yaitu Als de Orchideen Bloeien dan Als’t Mei in de Tropen. Lagu

Als de Orchideen Bloeien menjadi top hit pada masa itu. Lagu itu kemudian

direkam oleh perusahaan piringan hitam HMV (His Master Voice) dari Singapura dan disiarkan melalui radio NIROM Bandung. Berkat rekaman piringan hitam HMV, nama Ismail semakin dikenal diluar wilayah Nusantara.

Menjelang berakhirnya kolonialisme Belanda, Ismail Marzuki kembali mencipta sejumlah lagu. Situasi Indonesia yang sedang mengalami krisis akibat penjajahan Belanda tidak mengurungkan niat Ismail dalam berkarya. Keadaan tersebut justru menjadi ide bagi karya cipta Ismail Marzuki. Memasuki tahun 1940, lagu-lagu berkisah tentang keresahan jiwa muda dan berkisah tentang kehidupan manusia mulai dia ciptakan. Lagu-lagu itu antara lain: Malam Kemilau,

Siapakah Namanya, Sederhana, Kroncong Banyubiru, Bintangku, Ani-ani Potong Padi, Kroncong Sukapuri dan Arjuna Rumba.52 Lagu-lagu tersebut mampu membawa pengaruh bagi perjuangan bangsa, karena menceritakan keadaan Indonesia di bawah jajahan Belanda.

51 Ibid,. hal. 11-13.


(49)

B. Peran Ismail Marzuki Masa Pemerintahan Jepang (1942-1945)

Sejak tahun 1941, Jepang menunjukkan eksistensinya sebagai negara yang ingin menguasai wilayah jajahan. Setelah menghancurkan Pearl Harbour, balatentara Jepang berhasil menaklukkan negeri-negeri di kawasan Asia Tenggara dalam Perang Pasifik. Di Indonesia, Jepang berhasil membuat Belanda menyerah serta merebut Indonesia dari tangan kolonial Belanda. Tujuan Jepang menyerang dan menduduki Indonesia adalah untuk menguasai sumber-sumber alam, terutama minyak bumi, guna mendukung potensi perang Jepang serta mendukung industrinya.

Sebelum Jepang masuk ke Indonesia, Jepang berusaha menarik hati atau mencari simpati bangsa Indonesia, misalnya (1) setiap hari radio Tokyo menyanyikan lagu Indonesia Raya, (2) Jepang menyatakan bahwa bangsa Indonesia dengan bangsa Jepang itu serumpun, sebagai Jepang sebagai saudara tua, (3) sewaktu-waktu Jepang akan datang ke Indonesia untuk membebaskan saudaranya dari penjajahan Belanda, dan (4) Jepang menyatakan gerakan 3 A yaitu Jepang sebagai pemimpin, pelindung dan cahaya Asia, (5) Jepang memberikan komisi dengan baik kepada pedagang-pedagang pribumi Indonesia terutama yang bersedia menjual barang-barang Jepang, dan (6) Jepang mengundang pemuda-pemudi Indonesia untuk belajar di Jepang dengan mendapatkan beasiswa.53

Mulai Tahun 1942, pemerintahan yang sebelumnya dikuasi kolonial Belanda secara langsung diambil alih oleh Jepang. Jepang dalam menjalankan


(50)

kekuasaannya menghapus semua pengaruh Belanda di Indonesia (politik, ekonomi, dan budaya). Semua peninggalan Belanda mulai dari sistem pemerintahan, simbol-simbol kekuasaan kolonial, hingga nama-nama tempat berbahasa Belanda diganti oleh Jepang. Surat-surat kabar berbahasa Belanda, Cina, dan Indonesia dilarang terbit. Semua karyawan berkebangsaan Belanda dijebloskan ke kamp-kamp tawanan perang. Jepang memberlakukan pemerintahan militer yang sangat ketat.

Peraturan pemerintah Jepang yang sangat anti Barat juga diberlakukan di bidang musik. Semua syair-syair lagu berbahasa Belanda tidak boleh dinyannyikan. Pemerintah Jepang menutup dan menghentikan stasiun radio yang berdiri pada masa kolonial Belanda. Jepang mengambil-alih stasiun radio NIROM, VORO, PPRK, dll, setelah itu menggantinya dengan didirikannya

Djawa Hoso Kanrikyoku pada tanggal 1 Oktober 1942. Badan yang mengurus dan

menyelenggarakan siaran radio ini memiliki delapan cabang (hosokyoku) yang tersebar di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surakarta, Purwokerto, Semarang, Surabaya, dan Malang.

Pada bulan April 1942, Jepang membentuk organisasi rakyat yang diberi

nama ―Gerakan Tiga A‖, yang dipimpin oleh Mr.R. Samsudin. Gerakan Tiga A berasal dari slogan bahwa Jepang adalah peimimpin Asia, Pelindung Asia, dan Cahaya Asia. Organisasi yang dimulai di Jawa ini bertujuan mengumpulkan dukungan untuk tujuan perang Jepang dan Kemakmuran Bersama Asia Timur


(51)

Raya. Secara Umum, Gerakan ini tidak berhasil mencapai tujuan-tujuannya. Hanya sedikit orang Indonesia yang tertarik dan terlibat di dalamnya.54

Dalam menjalankan pemerintahannya, Jepang membagi Indonesia menjadi 3 koloni, yaitu: (1) Jawa-Madura, dengan pusatnya di Jakarta di bawah Tentara XVI, (2) Sumatera, dengan pusatnya Bukittinggi di bawah Tentara XXV, dan (3) Pulau-pulau lain dengan pusatnya Ujung Pandang (Makasar) di bawah Angkatan Laut, yang mempunyai penghubung di Jakarta. Dasar pembagian itu bersifat strategis militer, yang disesuaikan dengan organisasi pertahanan Jepang dan bersifat politis yang disesuaikan dengan penilaian Jepang terhadap perkembangan sosial dan politik di Indonesia.55 Dalam 3 koloni tersebut, Jawa menjadi daerah yang lebih maju dari pada pulau-pulau lainnya.

Harapan akan datangnya kesejahteraan dan kemerdekaan bangsa Indonesia seperti yang dipropagandakan Jepang sebelumnya terbukti hanya kosong belaka. Justru rakyat semakin tertindas akibat penjajahan yang dilakukan Jepang. Untuk mendapatkan keuntungan yang sebanyak-banyaknya, Jepang merampas semua hasil bumi bangsa Indonesia. Rakyat diberlakukan tanam paksa, dimana hasilnya wajib diserahkan kepada Jepang untuk melengkapi kebutuhan perang. Tidak hanya itu, Jepang memberlakukan sistem kerja paksa/romusha terhadap rakyat untuk bekerja membuat tempat pertahanan, jembatan, jalan kereta api, dll. Mereka bekerja tanpa upah dan tanpa makanan yang cukup. Akibatnya, kelaparan terjadi dimana-mana dan penyakit pun merajalela.

54 M.C. Ricklefs. op.cit. hal. 411-412. 55 G. Moedjanto, op.cit., hal. 73.


(52)

Penindasan yang dilakukan Jepang semakin membuat Indonesia berada dalam kemiskinan. Keadaan ini mendorong rakyat untuk melakukan berbagai perlawanan untuk bebas dari penjajahan Jepang. Perjuangan nasional pada masa itu dilakukan dengan dua cara, yaitu secara legal dan illegal. Pada saat itu, pergerakan secara legal (resmi) dengan Jepang dipimpin oleh Soekarno-Hatta, dan pergerakan secara illegal (bawah tanah) dipimpin oleh Sutan Syahrir. Organisasi-organisasi yang dibentuk baik legal maupun illegal ini sepakat untuk melakukan tindakan serentak apabila Sekutu datang untuk melawan Jepang.

Di tahun 1944, Jepang berada dalam masa terancam ketika pasukan Sekutu bangkit kembali dan bergerak menuju Asia Tenggara. Kekuatan Jepang semakin melemah ketika Sekutu mendarat di Irian Barat pada bulan April 1944 dan jatuhnya pulau Saipan ke tangan Sekutu pada bulan Juli 1944. Jepang mulai menyadari bahwa mereka tidak lagi mendapat dukungan dari rakyat. Untuk mengatasi situasi ini, pada tanggal 7 September 1944 Perdana Menteri Koiso mengucapkan pidato yang antara lain menjanjikan pemberian kemerdekaan kepada Indonesia di kemudian hari.56 Hal ini kemudian ditanggapi langsung oleh Soekarno-Hatta untuk menggembleng rakyatnya menuju kemerdekaan Indonesia.

Sementara itu kedudukan Jepang semakin hari semakin terdesak. Pada tanggal 6 Agustus dan 9 Agustus 1945, kota Hiroshima dan Nagasaki hancur oleh karena bom atom dari pihak sekutu. Akibat kedua kota tersebut dibom, Jepang menjadi tidak berdaya. Hingga pada akhirnya Jepang menyerah kepada sekutu


(53)

pada tanggal 15 Agustus 1945. Dua hari setelah itu, Indonesia di bawah Soekarno-Hatta memproklamirkan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945.

Kreativitas Ismail Marzuki dalam penciptaan lagu terus berkembang disaat pendudukan Jepang di Indonesia. Di tengah pemerintah Jepang memberlakukan peraturan baru, Ismail Marzuki sangat produktif dalam karya ciptaannya. Dia melakukan berbagai perlawanan untuk bebas dari penjajahan Jepang. Judul lagu demi judul lagu pun muncul dengan konsep pemikirannya yang semakin mapan dan berbobot.

Tidak hanya sebagai pencipta lagu saja, dalam aktivitasnya di periode ini, Ismail Marzuki juga terlibat dengan lembaga-lembaga Jepang yang bergerak di bidang kebudayaan. Lembaga-lembaga tersebut adalah Keimin Bunka Shidosho (Badan Pusat Kebudayaan) dan Djawa Hoso Kanrikyoku (Biro Pengawas Siaran Jawa). Dalam perjalanannya, Keimin Bunka Shidosho memiliki tugas untuk menanamkan dan menyebarkan kesenian serta kebudayaan Jepang untuk seluruh rakyat Indonesia. Sedangkan Djawa Hoso Kanrikyoku lah yang mengawasi serta membatasi berbagai program-program siaran radio. Kedua lembaga ini tidak terlepas dari kepentingan militer Jepang selama menjalankan pemerintahannya di Indonesia.

Dalam proses berkarya, mulai tahun 1942 Ismail Marzuki kembali mencipta dan menggubah lagu. Diantaranya, Kampung Halaman, Kunang-kunang

Kelana Malam, Kalung Asmara (syair oleh H Azhar), Kesuma Melati (syair oleh

Bachrum Rangkuti), Kembang Rampai dari Bali, Gagah Perwira, Seia Sekata,


(54)

dan Selendang Pelangi. Selain itu masih di tahun 1942, Ismail Marzuki juga menggubah beberapa syair lagu milik orang lain, diantaranya Kaparinyo Baru yang penciptanya tidak dikenal dan Laksana Merpati karya M Sagi.57

Lagu lainnya juga dia ciptakan pada tahun 1943. Antara lain Sampul Surat,

Sitinjau Laut, Gadis Lembah (syair oleh Sjam Amir), Goyang Sago, Kroncong Melamun, Mari Berdayung, Nyiur Melambai, Alunan Ombak, Angin Utara, Pelangi (syair oleh MD Alief), Parangtritis, Pulau nan Permai, Putera Delima, Di Balik Awan, Dari Mana Datang Asmara, Jantung Hati, Senja Kala, Setangkai Bunga, Sri Budiman, Semalam di Lembang, dan Sri Palembang. Sementara lagu

yang digubahnya pada tahun itu adalah Cincin Permata dan Terpikat, yang keduanya tidak dikenal penciptanya58.

Dari sejumlah lagu yang dia ciptakan pada periode 1942-1943 ini, lagu-lagu Ismail Marzuki mengkisahkan tentang keadaan Indonesia yang memiliki berbagai kekayaan, kesuburan, serta keindahan alamnya. Dia juga mulai mengarah pada penciptaan lagu-lagu perjuangan yang bertemakan tentang cinta sepasang manusia. Semua itu didorong atas dasar kecintaannya yang besar terhadap Tanah Air Indonesia. Sebagian syairnya berbentuk puisi lembut yang bersifat menghibur dan cenderung mengarah pada bentuk musik ―seriosa‖59.

Ketika tahun 1944, pendudukan Jepang berada dalam masa terancam ketika pasukan Sekutu bergerak menuju Asia Tenggara. Kehidupan rakyat Indonesia pun semakin menderita akibat keikutsertaan Jepang dalam perang Asia

57

Firdaus Burhan, op.cit., hal. 80.

58 Ibid., hal. 80-81.

59 Seriosa, menurut KBBI edisi ke-3, adalah jenis irama lagu yang dianggap serius karena


(55)

Timur Raya. Melihat hal itu, Ismail Marzuki kembali mencipta lagu dengan syair yang membangkitkan semangat juang rakyat untuk meraih kemerdekaan. Untuk selanjutnya karyanya lebih mengarah pada penciptaan lagu perjuangan Indonesia.

Saat berusia 30 tahun, muncullah lagu perjuangan yang berisi tentang cinta kasih terhadap Tanah Air. Lagu tersebut dia ciptakan pada bulan Oktober 1944, yang diberi judul Rayuan Kelapa. Lagu lainnya masih di tahun yang sama antara lain, Gegap Gempita, Sarinah Adinda, Karangan Bunga dari Selatan, Suara

Kecapi, Sunting Melati (syair oleh MD Alief), Sampai Jumpa Pula, Putri Ladang

(syair oleh Sjaiful Bahri), Pelipur Lara (syair oleh M Sardi), dan Telaga Warna60.

Memasuki tahun 1945, para kaum pergerakan semakin disibukkan dengan persiapan kemerdekaan Indonesia, Ismail Marzuki pun semakin berkobar dalam mencipta lagu perjuangan. Mars Gagah Perwira, dia ciptakan untuk membangkitkan semangat juang para tentara PETA (Pembela Tanah Air). Selain itu, Ismail Marzuki juga menggubah lagu Bisikan Tanah Air dan Indonesia Tanah

Pusaka. Namun, kedua lagu tersebut menimbulkan ancaman setelah disiarkannya

melalui stasiun radio di Jakarta.61 Lagu-lagu itu dianggap tidak sejalan dengan kepentingan Jepang dalam memenangkan perang Asia Timur Raya, dan bertentangan dengan pendudukan Jepang di Indonesia. Keadaan tersebut menjadi akhir penciptaan Ismail Marzuki sebelum proklamasi kemerdekaan Indonesia dikumandangkan.

60 Ibid., hal. 86.


(1)

3. Mengemukakan pendapat 3

4. Bertanya 4

d. Instrumen:

No. Nama

Indikator

Nilai Akhir Keaktifan Keseriusan Bertanya Mengemukakan

Pendapat

1.

2.

3.

4.

Kisi-kisi indikator penilaian sikap diskusi:

Keaktifan, mengemukakan pendapat, bertanya

a. Skor 1 diperoleh siswa bila tidak terlibat dalam kelompok

b. Skor 2 diperoleh siswa bila terlibat dalam kelompok namun tidak memberikan masukan

c. Skor 3 diperoleh siswa bila terlibat dan memberikan masukan d. Skor 4 dperoleh siswa bila berperan aktif dalam kelompok Keseriusan

a. skor 1 diperoleh siswa bila siswa tidak serius dalam mengerjakan tugas b. skor 2 diperoleh siswa bila siswa cukup serius dalam mengerjakan tugas c. skor 3 diperoleh siswa bila siswa serius dalam mengerjakan tugas d. skor 4 diperoleh siswa bila siwa sangat serius dalam mengerjakan tugas Petunjuk Penyekoran:

Peserta didik memperoleh nilai:

A = Baik Sekali : apabila memperoleh skor 12 B = Baik : apabila memperoleh skor 9 C = Cukup : apabila memperoleh skor 6


(2)

D. Pengetahuan (Kognitif) a. Teknik Penilaian: Tes

b. Bentuk Instrumen: Lembar tugas c. Kisi-kisi: Tugas terstruktur d. Instrument: Soal tes

Soal tes

1. Deskripsikan latar belakang kehidupan Ismail Marzuki!

2. Deskripsikan perjuangan Ismail Marzuki sebelum kemerdekaan Indonesia! 3. Deskripsikan perjuangan Ismai Marzuki sesudah kemerdekaan Indonesia! Kunci jawaban

1. Deskripsikan latar belakang kehidupan Ismail Marzuki!

Ismail Marzuki dilahirkan di kampung Kwitang, Jakarta pada tanggal 11 Mei 1914. Ayahnya adalah Marzuki Saeran. Di lingkungan keluarga, kerabat, dan teman-temannya Ismail Marzuki kerap dipanggil Mail atau Maing, dan kemudian jadi Bang atau Pak Mail/Maing. Ismail tumbuh berkembang dan bergaul dengan anak-anak sebayanya yang sebagian besar berasal dari kalangan rakyat biasa. Sejak kecil, Ismail memiliki kesenangan/hobi di bidang musik. Dia menyukai lagu-lagu, dan tahan berjam-jam di depan ―Gramofon‖. Dengan suara merdunya dia sering menyanyikan lagu berbahasa Belanda, di antaranya kun je nog zingen, zing, dan mee. Budaya Barat khususnya Belanda cukup memberikan pengaruh besar bagi kehidupan Ismail. Karena kepandaiannya dalam berbahasa Belanda, Ismail yang sering disebut ―Ismail atau Maing‖ pun berubah panggilan menjadi ―Benjamin atau Ben‖ ketika orang Barat menyapanya.

Guna memacu semangat belajar, Marzuki Saeran kerap menghadiahkan benda-benda tertentu (salah satunya alat musik) apabila Ismail naik kelas. Ismail bekerja di perusahaan dagang ―KK Knies‖ yang berlokasi di Noordwijk Straat (sekarang Jalan Ir Juanda, Jakarta Pusat). Perusaahan ini bergerak di bidang musik, yang tidak lain merupakan hobi


(3)

yang paling Ismail senangi. Dia bekerja sebagai verkoper (penjual) berbagai alat musik, perekam, dan piringan hitam merek Columbia.

Karena kecintaannya terhadap musik, ketika berusia 17 tahun (1931) Ismail Marzuki bersama teman-temannya anak Kemayoran bergabung dengan Lief Java, disaat pemainnya ingin merekrut orang muda yang memiliki keinginan untuk memajukan seni suara di seluruh Indonesia. Semakin lama nama Ismail Marzuki makin dikenal oleh sebagian masyarakat Indonesia. Hal ini dikarenakan adanya siaran radio NIROM dan VORO yang menyiarkan lagu-lagu mereka. Ismail Marzuki memiliki istri bernama Eulis Zaurida. Eulis Zauraida memiliki peran yang besar bagi karier Ismail Marzuki. Hampir semua lagu-lagu ciptaan Ismail setelah berumah tangga yang pertama-tama menyanyikannya adalah istrinya. Bantuan istrinya ini sangat diperlukan ketika Ismail mempersiapkan lagu-lagu yang akan diciptakannya. Menurut Eulis Zaurida, lagu-lagu Ismail Marzuki tidak hanya lahir berkat kepandaian dan inspirasi, tetapi dengan hati jiwa, bahkan keselamatan dirinya ikut dikorbankan. Kebanyakan lagu-lagu Ismail yang bernafaskan asmara, Eulis Zaurida lah yang menjadi sumber inspirasinya.

2. Deskripsikan perjuangan Ismail Marzuki sebelum kemerdekaan Indonesia! Pada tahun 1931, Ismail untuk pertama kalinya mencipta sebuah lagu berjudul O Sarinah. Lagu ini dia ciptakan berbahasa Belanda pada usia 17 tahun, atau bersamaan di tahun bergabungnya dengan perkumpulan musik Lief Java. Lagu tersebut menceritakan tentang kehidupan seorang gadis desa yang bernama Sarinah. Dalam lagu O Sarinah karya Ismail Marzuki ini melambangkan kehidupan masyarakat Indonesia yang tertindas di era penjajahan. Ismail Marzuki memiliki unsur yang kuat untuk menghasilkan sebuah lagu. Mulai dari tema lagu, lirik, nada, dan irama, semuanya saling berkaitan. Semua ciptaannya selalu berhubungan dengan kehidupan sosial yang sedang terjadi pada masa itu. Diawal karirnya ini, karya Ismail Marzuki banyak berkisah tentang kehidupan manusia. Terkait dengan nasib bangsanya, romantika cinta muda-mudi, maupun fenomena sosial, menjadi


(4)

ilham untuk tema lagu-lagunya. Untuk nada dan irama, Ismail Marzuki banyak menggunakan jenis musik yang populer saat itu, mulai dari keroncong, hawaiian, hingga jazz.

Memasuki periode 1942-1943, lagu-lagu ciptaan Ismail Marzuki mengkisahkan tentang keadaan Indonesia yang memiliki berbagai kekayaan, kesuburan, serta keindahan alamnya. Dia juga mulai mengarah pada penciptaan lagu-lagu perjuangan yang bertemakan tentang cinta sepasang manusia. Semua itu didorong atas dasar kecintaannya yang besar terhadap Tanah Air Indonesia. Sebagian syairnya berbentuk puisi lembut yang bersifat menghibur dan cenderung mengarah pada bentuk musik ―seriosa‖. Ketika tahun 1944, pendudukan Jepang berada dalam masa terancam ketika pasukan Sekutu bergerak menuju Asia Tenggara. Kehidupan rakyat Indonesia pun semakin menderita akibat keikutsertaan Jepang dalam perang Asia Timur Raya. Melihat hal itu, Ismail Marzuki kembali mencipta lagu dengan syair yang membangkitkan semangat juang rakyat untuk meraih kemerdekaan. Untuk selanjutnya karyanya lebih mengarah pada penciptaan lagu perjuangan Indonesia.

3. Deskripsikan perjuangan Ismail Marzuki sebelum kemerdekaan Indonesia! Perjuangannya mempertahankan kemerdekaan kembali terbukti dari ciptaan lagu marsnya yang berjudul Halo-halo Bandung. Lagu ini mampu mengobarkan semangat para pejuang kemerdekaan di kota Bandung, meskipun lagu ini pernah terjadi kontroversi tentang siapa pencipta aslinya. Selain itu syair yang terdapat di dalamnya, ―mari Bung rebut kembali‖, memberi inspirasi para para pejuang untuk merebut kembali kota Bandung dari tangan musuh.

Tema yang diangkat Ismail Marzuki dalam beberapa lagu lainnya masih sama dengan lagu-lagunya sebelumnya, yaitu tentang perjuangan. Agar lagu yang dihasilkannya terdengar lebih indah di telinga para pejuang dan pendengar, tidak jarang Ismail Marzuki memasukkan unsur romantis dalam lagu-lagu perjuangannya. Hal ini membuat lagu-lagu bertema perjuangan ini


(5)

banyak disukai banyak orang. Usaha untuk mempertahankan kemerdekaan dalam masa revolusi kemerdekaan ini terus dilakukan Ismail Marzuki hingga akhir tahun 1948. Ancaman dan segala kontroversi yang dia terima di masa sebelum kemerdekaan tidak membuatnya jera dalam proses penciptaan lagu di masa ini. Justru Ismail Marzuki semakin memiliki semangat perjuangan demi membela nusa dan bangsa. Sehingga dapat disimpulkan, bahwa pada tahun 1945-1948 ini adalah periode istimewa bagi lagu-lagu ciptaan Ismail Marzuki.Dalam penciptaan lagu di masa itu Ismail Marzuki berupaya memberi dorongan semangat juang kepada para pejuang untuk menghadapi pihak Sekutu. Semangat perjuangan, jiwa gagah berani, dan tidak takut mati demi membela nusa dan bangsa telah dibuktikannya melalui perjalanan kariernya sebagai pemusik pejuang Indonesia. Ismail Marzuki juga telah memberikan sumbangsih tak ternilai, bukan saja bagi bidang musik Indonesia, tetapi juga dalam perjuangan menegakkan Republik Indonesia.

Pedoman penskoran

No. Rambu-rambu skor Skor

1. Jawaban lengkap dengan alasan yang tepat 20 2. Jawaban berdasarkan referensi yang relevan

dengan alasan seadanya

15

3. Jawaban kurang lengkap 6

4. Jawaban tidak sesuai dengan soal yang ditanyakan 4 Catatan : setiap soal skor maksimal 20

Keterangan:

��=skor perolehan

skor maksimal x 100

- Siswa yang memperoleh nilai <75 dinyatakan tidak tuntas dan mengikuti remidi

- siswa yang memperoleh nilai >75 dinyatakan tuntas dan mengikuti pengayaan


(6)

E. Psikomotorik

a. Teknik Penilaian : Tes

b. Bentuk Instrumen : Lembar tugas c. Kisi-kisi :

Tugas : Peserta didik diberi tugas untuk membuat artikel ilmiah d. Instrumen:

Soal : Buatlah artikel ilmiah tentang Peran Ismail Marzuki dalam Perjuangan Kemerdekaan Indonesia

No

Nama Peserta

Didik

Aspek yang dinilai

Nilai Akhir Relevansi

(1-4)

Kelengkapan (1-4)

Pembahasan (1-4)

Ketepatan Waktu

(1-4) 1.

2. 3. 4.

Petunjuk Penyekoran:

Peserta didik memperoleh nilai:

Baik Sekali : apabila memperoleh skor 13–16 Baik : apabila memperoleh skor 9 – 12 Cukup : apabila memperoleh skor 5 – 8 Kurang : apabila memperoleh skor 1 – 4

Yogyakarta, 13 April 2016

Mengetahui,

Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran