kadar glukosa darah puasa p 0,05 ; r = 0,217 dan r = 0,204 secara berturut- berturut.
Tujuan dari dilakukannya pengukuran lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul yaitu untuk melihat pengaruh lingkar pinggang dan rasio
lingkar pinggang-panggul parameter obesitas sentral terhadap kadar glukosa darah puasa. Dengan adanya penelitian ini, peneliti mengharapkan adanya
penafsiran terhadap obesitas sentral dinyatakan dengan lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul dalam keterkaitannya dengan peningkatan kadar
glukosa darah. Pada penelitian ini, peneliti mengambil data lingkar pinggang, lingkar panggul dan kadar glukosa darah puasa dari responden yaitu mahasiswa
dan mahasiswi di kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara lingkar pinggang dan rasio lingkar
pinggang-panggul terhadap kadar glukosa darah puasa, sehingga dapat memberikan deteksi dini bagi dewasa muda yaitu risiko adanya peningkatan
glukosa darah, yang dapat menjadi awal berkembangnya penyakit diabetes melitus tipe 2.
1. Perumusan masalah
Berdasarkan uraian yang tercantum dalam latar belakang di atas, maka permasalahan yang diangkat oleh penulis dalam penelitian ini adalah :
Apakah terdapat korelasi antara lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang- panggul terhadap kadar glukosa darah pada mahasiswa dan mahasiswi kampus III
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta?
2. Keaslian penelitian
Beberapa penelitian yang berkaitan dengan korelasi lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul terhadap kadar glukosa darah yang telah
dipublikasi antara lain sebagai berikut: a. Waist circumference, waist-hip ratio and body mass index and their
correlation with cardiovascular disease risk factors in Australian adults Dalton dkk, 2003. Desain penelitian adalah survey cross-sectional, dengan jumlah
sampel sebanyak 11.427 orang Australia dengan umur ≥25 tahun. Hasil penelitian menunjukkan korelasi yang positif yang bermakna antara WC dengan Fasting
Blood Glucose r = 0,248 dan WHR dengan Fasting Blood Glucose r =0,240 pada pria dengan nilai p 0.001.
b. Incidence of Type 2 Diabetes in Individuals with Central Obesity in a Rural Japanese Population Ohnishi et al., 2006. Penelitian ini dilakukan dengan
populasi dalam penelitian ini sebanyak 348 pria dan 523 wanita dibedakan antara obesitas sentral dan normal. Hasil penelitian menyatakan bahwa risiko diabetes
mellitus tipe dua secara signifikan lebih tinggi di dalam kelompok obesitas sentral dibanding di dalam kelompok normal 15,6 vs 5,8; p0,0001.
c. Hubungan Antara Nilai Antropometri Dengan Kadar Glukosa Darah Lipoeto, Yerizel, Edward, dan Widuri, 2007. Penelitian ini dilakukan di
kabupaten Padang Pariaman dengan jumlah responden sebanyak 70 orang penduduk dewasa yang berusia di atas 20 tahun. Hasil penelitian menunjukkan
jumlah penderita obes berdasarkan Index Massa Tubuh IMT lebih dari 25 kgm2 sebanyak 34,3, berdasarkan lingkar pinggang LP berjumlah 38,6 dan
berdasarkan rasio lingkar pinggang panggul RLPP berjumlah 24,4. Hasil analisa korelasi didapatkan nilai korelasi r kadar glukosa darah dengan LP
sebesar 0,168 p0,05 dan dengan RLPP adalah sebesar 0,186 p0,05. d. Waist circumference and waist-hip ratio as predictors of type 2
diabetes mellitus in the Nepalese population of Kavre District Shah, Bhandary, Malik, Risal dan Koju, 2009. Penelitian dilakukan di Nepal yaitu di daerah
Kavre, dengan jumlah responden 65 orang penderita diabetes tipe 2 dan 35 orang non-diabetik, dengan rata-rata usia diatas 30 tahun. Hasil penelitian menunjukkan
WC dari subjek wanita penderita diabetes 82,89 ± 29,68 cm lebih tinggi daripada wanita non-diabetik 76,95 ± 22,44 cm namun hasilnya tidak signifikan p0,05.
Sedangkan pada pria diabetik memiliki WC 87,11 ± 22,30 cm dan non diabetik sebesar 77,53 ± 11,80 cm dan hasilnya sangat signifikan.
e. Hubungan Diabetes Mellitus Dengan Obesitas Berdasarkan Body Mass Index dan Lingkar Pinggang Data Riskesdas 2007 Soetiarto, Roselinda, dan
Suhardi, 2010. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil dan menganalisa subset database Riskesdas tahun 2007. Hasil penelitian menyatakan obesitas
sentral berdasarkan lingkar pinggang lebih berperan sebagai faktor risiko diabetes mellitus dibandingkan obesitas umum berdasarkan BMI.
f. Comparison Of Body Mass Index and Waist Circumference In Predicting Incident Diabetes Humayun, 2010. Penelitian dilakukan di Khyber
Medical College, Peshawar dengan jumlah responden 475 pria dan wanita dewasa, dan dikategorikan berdasarkan BMI. Hasilnya menyatakan bahwa ada
hubungan antara BMI dan Lingkar Pinggang terhadap diabetes mellitus. Uji chi-
square dengan tingkat kepercayaan 95 menunjukkan 2 sisi signifikansi diabetes mellitus dengan WC yaitu 0,016 dan BMI 0,082. Pada hasil menunjukkan
kecenderungan diabetes lebih tinggi pada pria yang memiliki lingkar pinggang lebih dari 40 inci 100 cm dan untuk wanita dengan lingkar pinggang lebih besar
dari 35 inci 87,5 cm yang juga ditunjukkan dengan BMI yang lebih besar. g. Waist Circumference, Body Mass Index, Hip Circumference and
Waist-To-Hip Ratio in type 2 diabetes patients in Gorgan, Iran Marjani, 2011. Penelitian ini melibatkan 200 pasien diabetes melitus tipe 2 di Iran, yang terdiri
dari 122 wanita dan 78 pria. Hasil menunjukkan korelasi positif antara lingkar pinggang pada pasien diabetes wanita r = 0,449, p 0,05 dan korelasi positif
serta signifikan antara rasio lingkar pinggang-panggul pada pasien diabetes wanita dan pria r= 0,280, p0,05.
h. Correlation between waist circumference and other factors in menopausal women in Thailand Pongsatha, dkk., 2012. Penelitian ini
merupakan penelitian cross sectional yang dilaksanakan di Thailand dengan subjek 400 wanita sehat menopause. Hasil menunjukkan korelasi positif WC dan
WHR dengan FBG p 0,05.
3. Manfaat penelitian