Definisi Memaafkan Kajian Pustaka tentang Memaafkan

10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka tentang Memaafkan

1. Definisi Memaafkan

APA Dictionary of Psychology 2007 mengatakan: “Forgiveness n. Willfully putting aside feelings of resentment toward an individual who committed a wrong, been unfair or hurtful, or otherwise harm one in some way. Forgiveness is not equated with reconciliation or excusing another, and it is not merely accepting what happened or easing to be angry. Rather, it involves a voluntary transformation of one’s feelings, attitudes, and behavior toward the individual, so that one is no longer dominated by resentment and can express compassion, generosity,, or the like toward the individual. Forgiveness is often considered an important process in psychotherapy and counseling.” Memaafkan adalah tindakan yang dengan sengaja mengesampingkan perasaan negatif seperti sakti hati, marah, benci, dan dendam pada seseorang yang melakukan kesalahan, tidak adil atau menyakiti hati terhadap korban. Memaafkan melibatkan sebuah kesukarelaan untuk merubah perasaan, sikap, perilaku terhadap seseorang, sehingga perasaan dendam tidak lagi dominan dan dapat mengekspresikan belas kasihan, keramahan, atau kesukaan terhadap seseorang. Selain itu, menurut Luskin dalam Lawler-Row et al, 2007 Memaafkan hanya untuk kepentingan diri sendiri dan tidak untuk kepentingan orang lain. Seseorang dapat memaafkan dan menjalin kembali hubungan baik atau seseorang memaafkan dan tidak pernah berkomunikasi dengan pelanggar lagi. Hal ini didukung oleh De Waal Pokorny dalam 11 Frise R.N Mcminn R. M, 2010 bahwa Memaafkan berbeda dengan rekonsiliasi. Rekonsiliasi melibatkan dua orang yang kembali membangun hubungan bersama. Memaafkan adalah proses dalam diri manusia, sedangkan rekonsiliasi adalah proses eksternal yaitu proses dalam berelasi. Hal ini dikarenakan rekonsiliasi sendiri melibatkan usaha bersama untuk membangun sebuah hubungan antara orang yang menyakiti hati dan yang disakiti McCullough Witvliet, 2002. Sebagai tambahan, Enright 2010 mengatakan memafkan lebih dari menerima atau mentoleransi ketidakadilan. Memaafkan tidak hanya meletakkan peristiwa lampau dibelakang kita, tetapi kita juga harus membuka ruang dalam hati untuk orang yang menyakiti kita. Memaafkan juga tidak sama dengan melupakan. Ketika seseorang memaafkan, ia pasti akan mengingat, namun dengan cara yang berbeda saat sebelum ia memaafkan. Worthington Scherer 2004 membagi memaafkan menjadi dua aspek, yaitu memaafkan secara emosional Emotional aspect dan mengambil keputusan untuk memaafkan Decisional aspect. Memaafkan secara emosional adalah menggantikan aspek negatif, dari emosi tidak memaafkan dengan yang positif, dan emosi lain yang konstruktif. Sementara itu, keputusan untuk memaafkan adalah sebuah perubahan perilaku yang baik terhadap orang yang bersalah atau perubahan dalam motivasi yang semula. 12 McCullough dan koleganya 1998 mengidentifikasikan dua motivasi yang mendasari adanya keputusan untuk memaafkan adalah menjauhi dan balas dendam. Ketika seseorang merasa tersakiti, biasanya ia akan menjaga jarak atau menjauh secara fisik dan psikologis atau mencari ganti rugi atas perbuatan tersebut dengan berharap adanya pembalasan terhadap orang yang menyakitinya. Lalu ketika memutuskan untuk memaafkan, tidak akan ada lagi kebutuhan untuk menjauhi atau mencari pembalasan atas perlakukan jahat yang dialami korban. Pembagian aspek ini juga turut dinyatakan oleh penulis yang menemukan bahwa memaafkan sebagai suatu set perubahan motivasi dari seseorang yang menjadi: a Menurunnya motivasi membalas perlawanan dengan menyerang partner dalam hubungan tersebut, b Menurunnya motivasi untuk menghindari pelanggar, dan c Meningkatnya motivasi akan penerimaan, dan ada keinginan untuk rekonsiliasi walaupun perilaku pelanggar membahayakan.

2. Alasan atau Motivasi untuk Tidak Memaafkan dan Memaafkan