20
daripada orang yang tidak yakin untuk memaafkan, dan tidak mempercayai pelaku untuk dimaafkan.
Studi memaafkan pada hubungan berpasangan suami-isteri, Worthington Berry 2001 mengukur kesehatan fisik dan fungsi
psikologis partisipan. Hasilnya, yaitu orang yang memaafkan variabel personalitinya menunjukkan adanya karakter memaafkan yang tinggi dan
rendahnya karakter marah, serta variabel interpersonalnya ditunjukkan bahwa adanya kualitas hubungan yang lebih baik dengan ditunjukkan
tingginya perasaan suka dan kebahagiaan terhadap pasangan. Selain itu orang yang memaafkan juga memiliki kesehatan yang membaik.
B. Memaafkan menurut Agama Kristen
Penganut Kristen diajarkan untuk memaafkan tujuh puluh tujuh kali tujuh kali, mendoakan, dan mengasihi musuh. Injil menjelaskan bahwa
keinginan Tuhan untuk memaafkan dan melakukannya dengan sikap altruistik. Tuhan tidak meninggalkan orang sendiri yang mencoba memaafkan tanpa
bantuan-Nya. Tuhan sangat penting dan tetap ada untuk bekerja dalam diri orang Worthington, 2006. Dalam Kristen memiliki kepercayaan bahwa
Seorang Penebus telah menebus dosa manusia dan mereka diampuni, seperti pada injil Mat 6: 14-15 berbunyi:
“Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang disorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi
jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu
”. Oleh karena itu, Orang Kristen diajarkan untuk memaknai peristiwa tersebut dengan mengampuni juga orang bersalah kepada mereka.
21
Selain itu, Memaafkan dalam ajaran Kristen adalah bersifat suatu kewajiban dan kemuliaan. Pernyataan ini diberikan oleh McCullough dan Wothington
1999 yang melakukan penelitian untuk melihat hubungan antara relijius dan komitmen.
Penganut agama Kristen untuk memaafkan orang lain murni dengan motivasi akan kasih. Akan tetapi, ditemukan juga bahwa memaafkan
merupakan suatu perintah yang sulit untuk dipatuhi karena hal tersebut berlawan dengan adanya perasaan dalam diri untuk menjatuhkan hukuman
sebagai wujud keadilan. Terdapat penelitian survei pada Protestan, Katolik, and Nonrelijius oleh Loren L toussaint David R. Williams 2008. Hasilnya
menunjukkan orang Kristen memiliki nilai memaafkan yang paling tinggi, diikuti oleh katolik, dan terakhir yang tidak beragama. Penelitian ini hanya
melihat seberapa besar nilai memaafkan dalam sikap, akan tetapi tidak berdasarkan perilaku.
Terdapat juga penelitian memfokuskan pada tipe memaafkan yang terbagi dari memaafkan situasi, memaafkan diri sendiri, dan memaafkan orang
lain.Penelitian ini melihat perbedaaan pengalaman memaafkan pada tokoh agama katolik pendeta dan suster, orang awam beragama Kristen dan tidak
memiliki kelekatan pada agama NRA. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Macaskill. A 2007 menghasilkan kelompok tokoh agama secara signifikan
lebih memaafkan orang lain dan situasi daripada kelompok agama kristen dan kelompok yang tidak memiliki kelekatan dalam agama NRA.
22
Pada tokoh agama, tingkat memaafkan orang lain lebih tinggi daripada memaafkan situasi dan dirinya sendiri. Kemudian, diikuti oleh kelompok
kristen dengan tingkat memaafkan yang menunjukkan bahwa kelompok ini lebih bisa memaafkan keadaan daripada memaafkan dirinya dan orang lain.
Terakhir, kelompok NRA juga menunjukkan bahwa kelompok lebih bisa memaafkan keadaan daripada diri sendiri dan orang lain. Selain itu, tokoh
agama lebih bisa mempercayai orang kembali, yang terlihat dari sikapnya ke orang lain dan rendahnya sinisme daripada orang Kristen dan yang tidak
memiliki kelekatan agama. Hal ini menunjukkan bahwa orang Kristen juga mengalami kesulitan untuk memaafkan orang yang telah menyakitinya.
Exline et al. 2003; Worthington, 2003; Worthington Scherer, 2004 mengidentifikasikan tipe dalam memaafkan, mengatakan bahwa ketika
seorang memutuskan untuk memaafkan adalah sebuah pernyataan yang bermaksud baik terhadap pelanggar yaitu menolak untuk membalas dendam
atau menjauhi. Keputusan memaafkan ini adalah berakar dari injil kitab yang merupakan mandat atau perintah dalam memaafkan. Ketika melaksankan
perintah tersebut, alasan yang menyebabkan orang Kristen lebih terbuka dalam memafkan adalah pengajaran radikal dan contoh dari Yesus yang
memerintahkan untuk memaafkan semua musuh. Dalam Christian Reflection A Series in Faith and Ethics 2001,
berikut ini 3 alasan kewajiban orang Kristen dalam memaafkan, yaitu: 1 Kita harus memaafkan untuk kepentingan Kristus, 2 Kita harus memaafkan untuk
orang lain, 3 Kita harus memaafkan untuk diri sendiri juga. Ketika seseorang
23
memaafkan demi Kristus, ia akan mulai menemukan pemulihan, pengakhiran, kedamaian, dan penghiburan. Fr. Callistus Isara, MSP. Kedua, penyaliban
mengajarkan kita bahwa rekonsiliasi adalah tugas dari korban. Model penyaliban menggambarkan bahwa yang disakiti yang berinisiatif untu
memperbaiki suatu hubungan. Perlakuan menyakitkan bisa menjadi sebuah kesempatan untuk menunjukkan perubuhan hidup yang merupakan karunia
dari Tuhan. Disini Yesus mengumpakan, bahwa siapapun yang menolak untuk memaafkan orang yang berhutang, maka ia akan mendapatkan hukuman.
Hanya dengan Memaafkan, kita membebaskan kita dari rasa sakit yang sudah lampau dan menuju kemasa depan yang baru
Christian Reflection A Series in Faith and Ethics, 2001.
Dalam studi Frise. R. Nathan McMinn R. Mark 2010 menyatakan memaafkan memiliki arti yang mendalam untuk penganut Kristen yang
dimana memafkan dan rekonsiliasi terlihat seperti satu proses kesatuan. Hal ini turut dinyatakan oleh Fr Joseph Diele dalam
Christian Reflection A Series in Faith and Ethics, 2001
yang mengidentifikasikan 4 proses dalam memaafkan: 1 Mengakui adanya kemarahan yang dirasakan terhadap orang
yang bersalah, 2 meminta Tuhan untuk memperhatikan kebutuhan musuh, 3 berdoa untuk diri sendiri dan situasi yang menyakiti perasan atas apa yang
telah dilakukan pada kita, dan 4 melakukan rekonsiliasi, dengan bertemu secara bertatap muka dan bisa dari jarak jauh. Ia mengatakan rekosiliasi
berarti saya tidak terbebankan lagi oleh rasa sakit hati, dan oleh karena itu saya tidak memendamnya terhadap orang lain dengan cara apapun.
24
Dapat disimpulkan bahwa penganut Kristen diharapkan untuk memaafkan orang lain atas dasar perintah sebagai wujud menaati ajaran
tersebut. Penganut Kristen juga diharapkan untuk memaafkan orang lain secara murni dengan motivasi akan kasih. Dapat disimpulkan bahwa
penganut Kristen melakukan proses memaafkan dan perdamaian. Hal ini dilakukan untuk membuktikan ketaatan pada ajaran Tuhan.
C. Kerangka Berpikir