1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejarah kelahiran dan berkembangnya koperasi di negara maju barat dan negara berkembang memang sangat diametral. Di barat koperasi lahir
sebagai gerakan untuk melawan ketidakadilan pasar, oleh karena itu tumbuh dan berkembang dalam suasana persaingan pasar. Pengalaman di tanah air kita
lebih unik karena koperasi yang pernah lahir dan telah tumbuh secara alami di zaman penjajahan. Kemudian setelah kemerdekaan diperbaharui dan diberikan
kedudukan yang sangat tinggi dalam penjelasan undang-undang dasar. Dan atas dasar itulah kemudian melahirkan berbagai penafsiran bagaimana harus
mengembangkan koperasi. Undang- undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat 1 menyatakan bahwa
“Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan”. Bangun perusahaan yang sesuai dengan pernyataan tersebut
adalah koperasi. Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seseorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya
berdasarkan prinsip koperasi sekaligus gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan UU No 25 tahun 1992 pasal 1 ayat 1.
Sementara menurut ICA Cooperative Identity Statement, Manchester, 23 September 1995 Koperasi adalah perkumpulan otonom dari orang-orang
yang bersatu secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi ekonomi, sosial, dan budaya bersama melalui perusahaan yang mereka miliki bersama
dan mereka kendalikan secara demokratis. Asas kekeluargaan mencerminkan adanya kesadaran dari hati nurani
manusia untuk bekerja sama dalam koperasi. Koperasi Indonesia bertujuan untuk memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya, serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila
dan UUD 1945 UU No 25 tahun 1992 pasal 3. Berkembang atau tidaknya sebuah koperasi dipengaruhi oleh partisipasi
anggota dan manajemennya. Semakin banyak dan aktif anggota sebuah koperasi maka semakin besar peluang koperasi tersebut berkembang dan maju
sehingga dapat bersaing dengan badan usaha lain. Pengurus dan karyawan sebagai pengelola koperasi harus mampu memberikan dorongan agar dapat
menarik anggota untuk ikut serta dalam pengembangan koperasi. Semua hal tersebut akan dapat baik dengan adanya prestasi dan hasil
kerja yang baik dari pengurus, karyawan dan partisipasi anggota. Pengurus adalah anggota dari koperasi yang memperoleh kepercayaan dari Rapat
Anggota untuk memimpin organisasi koperasi pada suatu periode tertentu. Untuk dapat melaksanakan tugas dengan baik pengurus koperasi harus benar-
benar ditunjuk dari orang-orang yang tercakap, terampil, kreatif, jujur dan
benar-benar mengetahui tentang seluk beluk usaha-usaha serta berjiwa sosial yang tebal, tahan terhadap tantangan-tantangan dan rintangan-rintangan yang
mungkin muncul dihadapannya. Dengan kata lain “motor” penggerak bagi usaha koperasi adalah ditangan
pengurus. Oleh karena itu dibutuhkan orang-orang yang mempunyai latar belakang pengetahuan yang luas dalam bidang koperasi dan dalam hal
kemasyarakatan. Koperasi Pedagang Pasar KOPPAS merupakan Koperasi yang
beranggotakan para pedagang pasar. Pada umumnya pedagang di setiap pasar mendirikan koperasi untuk melayani kebutuhan yang berkaitan dengan kegiatan
para pedagang, misalnya modal dan penyediaan barang dagangan. Jumlah KOPPAS yang tercatat di Dinas Koperasi-Usaha Kecil Menengah dan
Perindustrian Perdagangan KUKM Perindag kota Bandung pada tahun 2011 berjumlah 37 Koperasi. Namun, Dinas KUKM Perindag Kota Bandung
mengungkapkan bahwa dari jumlah tersebut hanya ada enam 6 Koperasi yang masih tergolong aktif yaitu KOPPAS Baru KPPB, KOPPAS Karapitan,
KOPPAS Cihaurgeulis KOPALIS, Koperasi Himpunan Pedagang Pasar Cikapundung KOHIPPCI, KOPPAS Lodaya dan KOPPAS Ciwastra
KOPPASTRA. Salah satunya adalah koperasi pedagang pasar Cihaurgeulis memiliki
banyak sektor usaha yang membutuhkan banyak modal dan setelah jangka beberapa lama sektor usaha tersebut mengalami kemajuan yang signifikan.
Sektor usaha yang telah mengalami kemajuan harus mengganti modal kerja yang telah diberikan oleh pihak koperasi pasar Cihaurgeulis. Koperasi
pedagang pasar Cihaurgeulis adalah merupakan koperasi simpan pinjam, kegiatan-kegiatan pada sektor perkreditan atau penyaluran dana. Pendapatan
koperasi pedagang pasar Cihaurgeulis yang terbesar diperoleh dari sektor perkreditan atau dari besarnya keuntungan bunga dari modal yang dikeluarkan
pihak koperasi. Semakin besar kredit atau modal yang di pinjamkan kepada sektor usaha peminjam dana maka semakin besar pula profit yang di peroleh
oleh pihak koperasi ini. Terkadang koperasi ini juga tidak terlepas dari pembayaran kredit yang macet sehingga sedikit menyulitkan pihak koperasi
pedagang pasar Cihaurgeulis Agustina, 2012. Partisipasi anggota merupakan kunci keberhasilan anggota dan usaha
koperasi. Secara umum, partisipasi berarti meningkatkan peran serta orang- orang yang mempunyai visi dan misi yang sama bagi mengembangkan
organisasi maupun usaha koperasi. Menurut Sitio dan Tamba 2001:30 keberhasilan koperasi sangat erat hubungannya dengan partisipasi aktif anggota
dalam koperasinya akan maju dan berkembang sehingga koperasi dapat dikatakan berhasil.
Partisipasi anggota koperasi dapat diwujudkan dalam bentuk tertibnya anggota dalam membayar simpanan pokok, simpanan wajib, dan simpanan
sukarela, berbelanja di toko koperasi, menghadiri rapat anggota koperasi serta memberikan kritik dan saran dapat membangun perkembangan koperasi.
Adanya partisipasi yang aktif dari anggota koperasi diharapkan akan meningkatkan perolehan sisa hasil usaha SHU.
Walaupun manfaat koperasi sangat dirasakan bagi para anggota, namun menurut DEKOPINDA Kota Bandung 2012, kadangkala ada anggota yang
tidak bertanggungjawab atau lepas tanggung jawab terhadap koperasi tempatnya bernaung. Yang dimaksud lepas tanggung jawab adalah seperti
ketidakjujuran anggota atau pengurus, pengelolaan yang tidak demokratis, kurangnya kesadaran untuk mengembalikan pinjaman, kurangnya kesadaran
untuk menghidupkan koperasi demi kelangsungan koperasi itu sendiri. Padahal koperasi dapat tumbuh dan berkembang tergantung pada partisipasi aktif
anggota dimana partisipasi menentukan kelangsungan dan berkembangnya lapangan usaha atau unit usaha koperasi. Dengan demikian tanggung jawab
berupa kesadaran berkoperasi sangat diperlukan dan menjadi perhatian agar koperasi dapat hidup tumbuh dan berkembang maju.
Anggota koperasi mempunyai makna yang sangat strategis bagi pembangunan koperasi. Anggota dapat berfungsi sebagai pemilik owner
sekaligus sebagai pengguna jasa user atau sering disebut dengan dual identity of the member
sebagai karakteristik utama koperasi yang tidak dimiliki oleh bentuk perusahaan lain. Sebagai pemilik, anggota harus berpartisipasi dalam
penyetoran modal, pengawasan dan pengambilan keputusan dengan harapan akan memperoleh pembagian SHU yang memadai. Akan tetapi, pada
kenyataannya sangat sulit untuk mencapai tujuan tersebut. Harapan satu-
satunya adalah berpartisipasi dalam pelayanan koperasi atau anggota sebagai pengguna jasa user. Dari fungsi ini, anggota berharap memperoleh nilai
tambah yang disebut sebagai promosi ekonomi anggota. Oleh karena itu, mengukur keberhasilan koperasi jangan hanya dilihat dari sisi kemampuan
koperasi dalam menghasilkan SHU, tetapi yang utama harus dilihat dari kemampuan dalam mempromosikan ekonomi anggotanya Sugiyanto,
2002:273. Menurut Burhanuddin
2005:29, “semakin besar jumlah anggota koperasi maka semakin tinggi derajat kesulitannya untuk mengendalikan
koperasi”. Kepengurusan dalam koperasi memerlukan suatu bentuk manajemen dengan sistem pengawasan yang tangguh. Lemahnya keahlian manajerial
misalnya dalam hal mengantisipasi perubahan pasar, seringkali juga menjadi penyebab kegagalan koperasi.
Kemampuan manajerial pengurus diukur dari proses mempengaruhi, pengambilan keputusan, komunikasi, dan inovatif. Peran pemerintah diukur
dari upaya menciptakan dan mengembangkan iklim dan kondisi yang mendorong pertumbuhan dan pemasyarakatan, bimbingan dan kemudahan.
Sedangkan keberhasilan usaha diukur dari pencapaian tujuan bisnis sukses yaitu dilihat dari volume usaha dan SHU
.
Sisa hasil usaha koperasi merupakan pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi dengan biaya penyusutan dan kewajiban
lainya termasuk pajak dalam tahun buku yang bersangkutan. Sisa Hasil Usaha
SHU dibagikan kepada anggota sebanding dengan jasa usaha yang dilakukan oleh masing-masing anggota dengan koperasi, serta digunakan untuk keperluan
pendidikan perkoperasian dan keperluan lain dari koperasi sesuai dengan
keputusan Rapat Anggota.
Sedangkan dari segi aspek non keuangannya peningkatan sisa hasil usaha bisa diperoleh dari peran aktif anggota koperasi baik itu dalam bentuk moril
maupun materi. Semakin banyak anggota koperasi yang menyimpan dananya pada koperasi, diharapkan akan meningkatkan volume kegiatan koperasi
sehingga akan meningkatkan sisa hasil usaha. Selain itu juga pelayanan usahanya yang dilakukan oleh tenaga kerjanya, pelayanan usaha yang semakin
baik akan menarik minat orang untuk menjadi anggota koperasi, sehingga bisa
menambah pendapatan SHU pada koperasi tersebut.
Oleh karena itu anggota koperasi dituntut kesadarannya untuk aktif dalam memenuhi kewajibannya. Dengan partisipasi aktif anggota koperasi
diharapkan usaha yang dilaksanakan akan mendatangkan laba usaha. Laba usaha yang diperoleh sebagian dicadangkan sebagai dana cadangan dan
digunakan untuk memupuk modal sehingga usaha koperasi akan semakin
meningkat.
Peran aktif anggota merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemajuan koperasi atau perkembangan koperasi dapat dilihat dari banyaknya
hasil usaha yang atas kegiatan usaha ataupun sisa hasil usaha SHU.
Table 1.1 Rata-rata Sisa Hasil Usaha Per-Anggota Koperasi Pedagang Pasar Tahun 2010-
2013.
Nama Koperasi
Tahun
2010 2011
2012 2013
KOPALIS 31.431,22
29.839,06 31.616,02
67.940,38 KOHIPPCI
129.061,57 116.994,39 160.467,85
322.204,63 KOPPASTRA 87.642,36
123.650,53 235.651,12
476.445,59 KOPPAS
LODAYA 77.778,56
54.541,24 65.986,59
89.235,71
KOPPAS KARAPITAN
6.861,45 3.194,70
2.72,94 9.958,58
Rata- rata Keseluruhan
63.739,42 59.151,70
87.244,35 166.100,77
Sumber : Laporan RAT tahun 2010-2013 data diolah
Dari tabel 1.1 di atas dapat dilihat bahwa rata-rata SHU yang diterima per anggota koperasi secara keseluruhan pada tahun 2010 adalah Rp 63.739,42.
Pada tahun tersebut, terdapat tiga koperasi yang bisa memberikan SHU kepada setiap anggotanya melebihi nilai rata-rata keseluruhan tersebut diantaranya
KOHIPPCI, KOPPAS Lodaya dan KOPPASTRA. Begitupun dengan tahun 2011, hanya tiga koperasi saja yang SHU rata-rata per anggotanya melebihi
SHU rata-rata keseluruhan. Pada 2010, 2011 dan 2012 turun menjadi hanya dua koperasi yang nilai SHU rata-rata per anggotanya melebihi SHU rata-rata
keseluruhan yaitu KOHIPPCI dan KOPPASTRA.
Dengan ini menunjukkan bahwa pengaruh partisipasi anggota koperasi, besarnya sisa hasil usaha dan kemampuan manajerial pengurus berpengaruh
terhadap kesejahteraan anggota koperasi pedagang pasar. Yang dapat dilihat dari rata-rata pendapatan SHU per anggota koperasi. Koperasi dapat
mensejahterakan anggotanya, karena ia menciptakan nilai tambah dari usaha mereka. Anggota bisa memperoleh nilai tambah jika mereka mau berpartisipasi
dalam koperasinya. Semakin sering anggota berpartisipasi, semakin besar nilai tambah yang mereka dapatkan. Agar koperasi dapat memberikan nilai tambah
kepada anggota, maka koperasi itu sendiri harus baik kinerjanya. Dalam hal ini, semakin baik kemampuan manajerial pengurus dalam koperasi, maka semakin
besar kemampuan koperasi mensejahterakan anggotanya. Semakin besar peran koperasi memperbaiki kesejahteraan anggotanya, semakin tinggi partisipasi
mereka dalam kegiatan koperasi. Jadi, hubungan antara kemampuan manajerial pengurus koperasi, partisipasi anggota, besarnya sisa hasil usaha dan
kesejahteraan anggota adalah hubungan yang saling mempengaruhi. Berdasarkan uraian di atas, pengukuran kesejahteraan anggota
merupakan salah satu faktor yang penting bagi koperasi yang dapat dipergunakan untuk menilai suatu keberhasilan koperasi dalam mencapai
tujuannya. Penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul
“Kontribusi Partisipasi Anggota, Besarnya Sisa Hasil Usaha dan Kemampuan Manajerial Pengurus Terhadap Tingkat Kesejahteraan
Anggota Koperasi Pedagang Pasar Cihaurgeulis Bandung ”.
B. Pembatasan Masalah