Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2 Jenis Batu Menurut Etiologi Batu Non-infeksi Batu Infeksi
Batu Genetik Batu Obat
Kalsium oksalate Magnesium
amonium fosfat Sistin Cystine
Indinavir Kalsium fosfat
Apatit Xanthine
Asam urat Amonium urat
2,8-dihydroxy-adenine
Sumber: Türk, C, Knoll, T, Petrik, A, Sarica, K, Seitz, C, Straub, M. 2011 Guidelines on Urolithiasis, Belanda: European Association of Urology. Table 2: Stones Classified According to
Their Aetiology; p. 290.
Tabel 2.3 Jenis Batu Menurut Karakteristik Sinar X Radioopak
Kurang Radioopak Radiolusen
Kalsium oksalate dihidrat
Magnesium amonium fosfat
Asam urat Kalsium oksalate
monohidrat Apatit
Amonium urat Kalsium fosfat
Sistin Cystine Xanthine
2,8-dihydroxy-adenine Batu akibat obat-obatan
Sumber: Türk, C, Knoll, T, Petrik, A, Sarica, K, Seitz, C, Straub, M. 2011 Guidelines on Urolithiasis, Belanda: European Association of Urology. Table 1: X-ray Characteristics; p. 290.
2.2.2.1. Batu Kalsium
a Hiperkalsiuria Hiperkalsiuria adalah kelainan yang paling sering dijumpai pada penderita
batu kalsium. Konsentrasi kalsium urin yang tinggi menyebabkan peningkatan saturasi garam kalsium dan mengurangi aktivitas senyawa inhibitor seperti sitrat
dan sulfat. Hiperkalsiuria didefiniskan sebagai jumlah kalsium yang dikeluarkan melalui urin lebih besar dari 4 mgkghari atau lebih dari 7 mmolhari pada pria
dan 6 mmolhari pada wanita Pearle dan Lotan, 2011.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Kalsium yang berasal dari makanan diabsorpsi dari usus halus sebanyak 30-40 dan 10 melalui usus besar setiap harinya. Penyarapan kalsium dapat
bervariasi tergantung dari jumlah kalsium yang dimakan. Ketika asupan kalsium sedikit, penyerapan meningkat, sedangkan ketika asupan kalsium banyak,
penyerapan berkurang. Jalur transelular yang bergantung pada vitamin D vitamin D-dependent trancellular pathway mengatur jalur utama penyerapan kalsium
melalui saluran cerna ketika asupan kalsium sedikit dan menerima feedback negatif ketika asupan kalsium melimpah Pearle dan Lotan, 2011.
Gambar 2.3 Patofisiologi pembentukan batu kalsium
Sumber: Tiselius, H. 2011 ‘A hypothesis of calcium stone formation: an interpretation of stone
research during the past decades’, Urol Res, 39, pp. 231–243. Fig. 1A Simplified Summary of the Various Steps Resulting in a CaOx Renal Stone; p. 233.
Saluran cerna, tulang, dan ginjal memainkan peranan penting dalam metabolisme kalsium yang dipengaruhi oleh makanan, forsfor, cairan,
keseimbangan elektrolit, hormon paratiroid, dan calcitonin. Penyerapan kalsium dari lumen usus secara transelular diperantarai oleh 1,25OH
2
D
3
calcitriol, yang berfungsi meningkatkan permeabilitas kalsium di brush border sel epitel.
Calcitriol adalah bentuk aktif vitamin D yang telah mengalami transformasi dari
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
bentuk inaktif provitamin dengan bantuan sinar matahari, hormon paratiroid, dan hipofosfatemia. Hormon paratiroid berfungsi meningkatkan absorpsi kalsium
dan mengurangi reabsorpsi fosfat di tubulus ginjal Pearle dan Lotan, 2011; Zhang et al., 2013.
Jadi, keadaan yang dapat menyebabkan peningkatan eksresi kalsium dalam urin adalah:1 penyerapan kalsium dari saluran cerna yang berlebihan
idiopatikm kelebihan vitamin D, 2 kerusakan reabsorpsi di tubulus ginjal tubular asidosis, loop diuretik, 3 resorpsi tulang imobilisasi, hiperparatiroid,
penggunaan steroid, neoplasma. 4 kebocoran fosfat dari tubulus ginjal, 5 peningkatan sintesis 1,25OH
2
D
3
calcitriol sarkoidosis, neoplasma, 6 peningkatan produksi prostaglandin E2 di ginjal idiopatik, sindrom Barterr, dan
7 kelebihan asupan garan dan kekurangan asupan kalium Srivastava dan Alon, 2005.
b Hiperoksaluria Hiperoksaluria adalah keadaan oksalat yang terdapat di urin lebih dari 40
mghari yang dapat menyebabkan saturasi kalsium-oksalat di urin sehingga dapat menyebabkan pembentukan batu kalsium oksalat Stoller, 2012. Kerusakan di sel
tubulus ginjal yang diakibatkan oleh lipid peroxidation dan radikal bebas memiliki peran dalam pembentukan kristal oksalat. Kerusakan membran
membantu fiksasi dan pertumbuhan kristal kalsium oksalat Pearle dan Lotan, 2011.
Diare kronik dapat mengubah metabolisme oksalat. Malabsorpsi menyebabkan peningkatan lemak dan empedu di saluran cerna. Kalsium yang
terdapat di saluran cerna dapat mengikat lemak sehingga menyebabkan reaksi penyabunan saponifikasi. Hal ini akan menyebabkan jumlah kalsium yang
berikatan dengan oksalat di saluran cerna menurun. Oksalat yang tidak terikat ini akan diabsorpsi melalui dinding saluran cerna secara pasif, terlebih lagi dengan
adanya garam empedu. Peningkatan kecil dalam penyerapan oksalat akan menyebabkan pembentukan kalsium oksalat secara signifikan di ginjal. Hal ini
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
akan menyebabkan potensi nukleasi heterogen dan pertumbuhan kristal Stoller, 2012.
Orang yang mengalami peningkatan kadar oksalat urin tidak secara otomatis membentuk batu kalsium oksalat. Ada faktor lain yang
mempengaruhinya seperti kelainan metabolisme, peran bakteri Oxalobacter formigenes,
anion transporter Slc26a6,dehidrasi, hipositraturia, kadar inhibitor yang rendah, dan malabsorpsi Stoller, 2012; Sakhaee, 2009
c Hipositraturia Hipositraturia adalah sebuah keadaan dimana kadar sitrat urin kurang dari
320 mghari atau kurang dari 0,6 mmolhari pada pria atau 1,03 mmolhari pada wanita. Keseimbangan asam basa memiliki peranan penting dalam mengatur
eksresi sitrat. Pada keadaan metabolik asidosis, terjadi penurunan kadar sitrat urin akibat peningkatan penyerapan tubulus dan penurunan sintesis sitrat di sel
peritubular Pearle dan Lotan, 2011. Sitrat dapat membentuk senyawa dengan kalsium sehingga menurunkan
konsentrasi ion kalsium dan menurunkan aktivitas produk sehingga dapat menurunkan potensi pembentukan kristal. Sitrat dapat menurunkan agglomerasi,
nukleasi spontan, dan pertumbuhan kristal kalsium oksalat. Sitrat juga dapat menurunkan kadar mononatrium urat, suatu substansi yang dapat menyerap
inhibitor dan membantu nukleasi heterogen, sehingga dapat mengecilkan batu kalsium oksalat Stoller, 2012.
Penurunan kadar sitrat dapat diakibatkan oleh berbagai keadaan patologisyang berhubungan dengan asidosis. Distal renal tubular acidosis RTA
memiliki ciri pH urin yang tinggi 6,8, serum klorida yang tinggi, dan serum bikarbonat dan kalium yang sendah. Ketidakmampuan mengasamkan urin ketika
diberikan asupan oral amonium klorida menegakkan diagnosis RTA Pearle dan Lotan, 2011; Srivastava dan Alon, 2005. Diare kronik juga dapat menyebabkan
tubuh kehilangan basa dari saluran cerna yang akan membawa ke asidosis sistemik dan hipsitraturia. Asupan protein hewani yang berlebihan dan diet rendah
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
karbohidrat menyebabkan penurunan kadar sitrat secara signifikan di urin. Diuretik seperti thiazide dapat menyebabkan hipokalemia dan intraselular asidosis
Pearle dan Lotan, 2011; Stoller, 2012.
2.2.2.2. Batu Struvit