Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel 5.12 di atas dapat dilihat bahwa letak batu pada penderita BSK  yang paling sering adalah pada  ginjal dengan proporsi  36 54 orang dan
lokasi yang paling jarang terjadinya BSK adalah di uretra dengan proporsi 10 15 orang. Jumlah data pada distribusi menurut lokasi batu seolah-olah lebih banyak
daripada  data  sampel  dikarenakan  terdapat  pasien  yang  mengalami  batu  saluran kemih lebih dari satu lokasi pada waktu yang bersamaan ataupun rekurensi tetapi
di lokasi yang berbeda.
5.1.15. Distribusi Frekuensi Penderita BSK Menurut Jenis Batu
Distribusi data penelitian yang menunjukkan jenis batu penderita batu saluran kemih dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.13 Distribusi Penderita Batu Saluran Kemih Berdasarkan Jenis Batu Tahun 2011-2014
No Jenis Batu
n 1
Batu Radioopak 53
41,0 2
Batu Radiolusen 33
25,6 3
Tidak Diketahui 43
33,4 Jumlah
129 100,00
Berdasarkan tabel 5.3 di atas proporsi jenis batu tersering adalah jenis batu radioopak  dengan  proporsi 41  53 orang. Sedangkan pasien dengan jenis batu
yang tidak diketahui pada status rekam medis memiliki proporsi 33,4 43 orang. Pada pasien penderita dengan jenis batu radiolusen mempunyai proporsi 25,6 33
orang.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara 5.2.
Pembahasan 5.2.1.Analisis Distribusi Frekuensi Penderita BSK Menurut Usia
Dalam penelitian ini diketahui bahwa jumlah penderita batu saluran kemih terbanyak terdapat pada  kelompok usia  46-55 tahun sebanyak 43 orang 33,4,
diikuti oleh kelompok usia 36-45 tahun sebanyak 27 orang 20,9 dan kelompok usia 56-65 tahun sebanyak 22 orang 17, dengan umur termuda 7 tahun dan umur
tertua 78 tahun. Kelompok usia dengan jumlah pasien batu saluran kemih paling sedikit adalah kelompok usia 75 tahun dengan jumlah pasien sebanyak  2 orang
1.6. Hasil  ini  sesuai  dengan  penelitian  Muslumanoglu  et  al.  2010  yang
melakukan  penelitian  di  Turki  dengan  jumlah  sampel  2,468  menemukan peningkatan prevalensi batu saluran kemih seiring dengan bertambahnya usia baik
pada pria maupun wanita. Penderita terbanyak dijumpai pada kelompok usia 45-55 tahun dengan proporsi 26.6 dan terdapat peningkatan prevalensi secara signifikan
ketika usia pasien  40 dibandingkan dengan usia 40 tahun 19.4 vs. 7.6, OR: 2.53, CI: 1.9
–3.2, p=0.000. Adapun kelompok usia yang paling sedikit menderita penyakit ini adalah kelompok usia 25 tahun dengan proporsi 8.
Hasil  yang  serupa  juga  didapati  dalam  Riskesdas  2013  di  Indonesia dengan  jumlah  sampel  sebanyak  722.329    yang  menemukan  usia  terbanyak
penderita  batu  ginjal  adalah  kelompok  usia  55-64  tahun  sebanyak  9.391  orang 1,3, menurun sedikit pada kelompok umur 65-
74 tahun 1,2 dan umur ≥75 tahun  1,1,  sedangkan  kelompok  usia  15-24  tahun  dengan  jumlah  sampel
sebanyak 723 orang 0,1 merupakan kelompok usia terendah yang mengalami batu ginjal.
Namun,  hasil  di  atas  berbeda  dengan  penelitian  Sun  et  al.  2011  dalam penelitiannya di negara Cina yang melibatkan 3.678 sampel mendapati kelompok
usia 31-40 adalah yang terbanyak yang menderita batu saluran kemih. Hal serupa juga didapati pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Knoll et al. 2010 di Jerman
secara  prospektif  dari  tahun  1977  hingga  2006  dengan  jumlah  sampel  lebih  dari 200.000  sampel.  Penelitian  tersebut  menemukan  terjadi  pergeseran  penderita
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
kelompok usia terbanyak dari kelompok 60-69 tahun menjadi kelompok usia  40- 49 tahun sejak 1997.
Hasil  yang  berbeda  juga  didapati  oleh  Safarinejad  2007  dalam penelitiannya di Iran yang menemukan adanya tingkat kekambuhan penderita batu
saluran  kemih  sebesar  32.  Kelompok  usia  dengan  tingkat  kekambuhan  yang paling tinggi, yakni 36, adalah kelompok usia 30-39 tahun. Kekambuhan terjadi
dengan rentang waktu 11-162 bulan median 21 setelah pertama kali didiagnosis batu  saluran  kemih.  Rerata  kekambuhan  secara  kumulatif  adalah  16  setelah  1
tahun, 32 setelah 5 tahun, dan 53 setelah 10 tahun. Kelompok usia 40 tahun ke atas merupakan kelompok usia dengan angka
kejadian  batu  saluran  kemih  terbanyak  dan  angkanya  mengalami  perubahan prevalensi  ke  kelompok  usia  yang  lebih  muda  Knoll  et  al.,  2010;  Safarinejad,
2007.  Perubahan angka kejadian pada kelompok usia ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti gaya hidup, asupan nutrisi, asupan cairan, dan pekerjaan Lopez dan
Hoppe, 2008; Muslumanoglu et al., 2010.
5.2.2.Analisis Distribusi Frekuensi Penderita BSK Menurut Jenis Kelamin
Dalam penelitian ini diketahui bahwa jumlah pasien pria 68,8 81 orang yang menderita batu saluran kemih lebih banyak dibandingkan dengan wanita
37,2 48 orang. Rasio perbandingan pria:wanita adalah 1,68:1. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Riskesdas 2013 di Indonesia
dengan jumlah sampel sebanyak 722.329  menemukan prevalensi lebih tinggi pada laki-laki sebanyak 5.779 orang 0,8 dibanding perempuan sebanyak 2.890 orang
0,4. Rasio perbandingan pria:wanita adalah 2:1 Hal yang serupa juga ditemukan dalam penelitian Sun et al. 2011 di Cina
yang mendapati perbandingan pria:wanita adalah 2.34:1 dengan rincian 3.678 pria dan  1.570  wanita.  Knoll  et  al.  2010  dalam  hasil  penelitiannya  di  Jerman
menemukan  perbandingan  pria:wanita  adalah  2.7:1  dengan  mayoritas  penderita batu  kalsium.  Safarinejad  2007  di  Iran  mendapati  perbandingan  pria:wanita
adalah  1.15:1  dan  insidensi  setiap  tahun  meningkat  secara  signifikan  pada  pria dibanding dengan wanita. Sedangkan, temuan Knoll et al. 2010 pada penelitian
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
yang sama, mendapati wanita lebih banyak terkena pada batu jenis infeksi dengan rasio pria:wanita adalah 1:1.6.
Namun,  temuan  di  atas  tidak  sesuai  dengan  temuan  Muslumanoglu  et  al. 2010  di  Turki  yang  mendapati  perbandingan  pria:wanita  adalah  1:1.  Hasil
penelitian Muslumanoglu et al. 2010 menemukan perubahan signifikan distribusi jenis  kelamin  yang  mana  jumlah  penderita  wanita  sedikit  lebih  tinggi  dibanding
dengan  pria  dan  terdapat  peningkatan  jumlah  wanita  penderita  obesitas  sebagai salah satu faktor risiko batu saluran kemih. Faktor lain seperti sindroma metabolik
juga berperan penting dalam perubahan distribusi gender pada orang dewasa Knoll et  al.,  2010.  Seitz  dan  Fajkovic  2013,  dalam  hasil  penelitiannya  menyebutkan
adanya  pergeseran  perbandingan  priawanita  dari  1.6:1  di  1998  menjadi  1.5:1  di 1999, 1.4:1 di 2000, 1.3:1 di 2001 dan 2002, dan 1.2:1 di 2003.
5.2.3.Analisis Distribusi Frekuensi Penderita BSK Menurut Suku
Dalam penelitian ini diketahui suku yang tertinggi mengalami kejadian batu saluran kemih adalah suku Batak dengan proporsi 31 40 orang dan suku yang
terendah menderita BSK adalah suku Jawa dengan proporsi 5,5 7 orang. Sejauh  ini  belum  ada  penelitian  yang  meneliti  mengenai  suku  di  daerah
Indonesia,  khususnya  di  daerah  Sumatera.  Namun,  hasil  penelitian  dari  berbagai jurnal ilmiah menunjukkan bahwa ada hubungan antara suku dengan kejadian batu
saluran kemih, yang mana suku merupakan faktor lithogenesis terutama pada ras Kaukasian Seitz dan Fajkovic, 2013.
Basiri et al. 2010 dalam penelitian epidemiologi di Iran yang melibatkan 6.089 sampel juga menemukan hasil yang serupa, yakni usia, jenis kelamin, suku,
dan  lokasi  geografi  dapat  memberi  petunjuk  mengenai  etiologi  dan  pencegahan batu  saluran  kemih.  Dalam  hasil  critical  review  yang  dilakukan  oleh  Rodgers
2013,  ditemukan  hubungan  erat  antara  suku  dan  ras  dengan  perbedaan patofisiologi dan prevalensi batu saluran kemih. Perbedaan patofisiologi pada suku
dan ras yang berbeda ini, meskipun diperlukan penelitian lebih lanjut, menunjukkan variasi mekanisme pembentukan batu yang berbeda pada level modulasi promosi
batu dan inhibisi kristalisasi serta proses adhesi kristal Rodgers, 2013.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara 5.2.4.Analisis Distribusi Frekuensi Penderita BSK Menurut Pekerjaan
Dalam penelitian ini diketahui penderita BSK berdasarkan pekerjaan yang tertinggi adalah pada kelompok wiraswasta dengan proporsi 31,8 41 orang dan
kelompok pekerjaan yang terendah menderita BSK adalah kelompok tidak bekerja dengan proporsi 0,8 1 orang.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Riskesdas 2013 di Indonesia dengan  jumlah  sampel  sebanyak  722.329    menemukan  prevalensi  tertinggi  pada
kelompok wiraswasta 5.779 orang 0,8, sedangkan prevalensi terendah terdapat pada kelompok tidak bekerja sebanyak 3.612 orang 0.5.
Hasil  penelitian  ini  juga  sesuai  dengan  temuan  Basiri  et  al.  2010  yang menyatakan  bahwa  secara  demografi,  penderita  batu  saluran  kemih  terbanyak
berasal  dari  kelompok  yang  melakukan  aktivitas  rendah  dalam  ruangan  indoor low-active
,  yakni 67. Kemudian diikuti dengan kelompok  outdoor high-active 16, outdoor low-active 14, dan indoor high-active 3.
5.2.5.Analisis Distribusi Frekuensi Penderita BSK Menurut Pendidikan
Dalam  penelitian  ini  diketahui  bahwa  penderita  BSK  berdasarkan pendidikan  yang  tertinggi  adalah  pada  kelompok  tamat  SMA  dengan  proporsi
49,6 64 orang dan kelompok pekerjaan  yang terendah menderita BSK adalah kelompok tidak tamat SD dengan proporsi 1,6 2 orang.
Hasil  ini  tidak  sesuai  dengan  penelitian  Riskesdas  2013  di  Indonesia dengan  jumlah  sampel  sebanyak  722.329    menemukan  prevalensi  tertinggi  pada
masyarakat  tidak  bersekolah  dan  tidak  tamat  SD  sebanyak  masing-masing  5.779 orang  0,8,  diikuti  dengan  tamat  SD  sebanyak  5.057  orang  0,7,  tamat
perguruan tinggi sebanyak 4.334 orang 0,6, tamat SMA 3.612 orang 0,5, dan tamat SMP sebanyak 2.890 orang 0,4.
Hasil ini juga tidak sesuai dengan penelitian Safarinejad 2007 di Iran yang menemukan  prevalensi  tertinggi  pada  masyarakat  dengan  tingkat  edukasi  tidak
lulus jenjang pendidikan SMA sebanyak 360 sampel 6,1, sedangkan prevalensi terendah adalah pada masyarakat yang memiliki level edukasi tinggi tamat SMA
dan PT sebanyak 47 sampel.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Muslumanoglu  et  al.  2011  juga  menemukan  prevalensi  batu  tertinggi terjadi pada kelompok dengan tingkat pendidikan rendah sebanyak 196 sampel dan
prevalensi terendah pada kelompok tamat SMA-PT sebanyak 78 sampel. Hasil yang sama juga dikemukakan oleh penelitian Basiri et al. 2010 yang
menemukan  bahwa  orang  dengan  pendidikan  yang  rendah  memiliki  rasio perbandingan  yang  tinggi  untuk  menderita  batu  saluran  kemih  dibandingkan
dengan orang yang memiliki edukasi tinggi.
5.2.6.Analisis Distribusi Frekuensi Penderita BSK Menurut Riwayat Keluarga
Dalam penelitian ini diketahui penderita BSK berdasarkan riwayat keluarga yang tertinggi adalah pada kelompok tidak memiliki riwayat penyakit batu saluran
kemih dalam keluarga dengan proporsi 97.66 126 orang dan kelompok riwayat keluarga yang terendah menderita BSK adalah kelompok dengan riwayat keluarga
penderita batu saluran kemih dengan proporsi 2,34 3 orang. Hasil  yang  sama  didapati  pada  penelitian  Koyuncu  et  al.  2010  yang
mendapati 437 sampel 27 dengan riwayat keluarga  positif batu saluran kemih dibandingkan  dengan  1.158  sampel  63  dengan  riwayat  keluarga  negatif  batu
saluran kemih. Namun,  hasil  ini  tidak  sesuai  dengan  penelitian  yang  dilakukan  oleh
Muslumanoglu  et  al.  2010  yang  mendapati  angka  kejadian  batu  saluran  kemih berhubungan dengan riwayat keluarga. Penelitian tersebut mengemukakan bahwa
28,5  sampel  yang  memiliki  riwayat  keluarga  generasi  pertama  orangtua  atau saudara  kandung  mengalami  batu  saluran  kemih  dibandingkan  dengan    4,4
sampel  yang  tidak  memiliki  riwayat  keluarga  generasi  pertama  penderita  batu saluran kemih.
Safarinejad  2007  juga  menemukan  bahwa  riwayat  keluarga  generasi pertama  memiliki  risiko  3  kali  lipat  3.1,  95  CI  1.8
–5.1  terkena  batu  saluran kemih dan merupakan faktor positif  prediktif  kuat dalam memprediksi kejadian
batu saluran kemih.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara 5.2.7.Analisis Distribusi Frekuensi Penderita BSK Menurut Status Ekonomi
Dalam penelitian ini diketahui penderita BSK berdasarkan status ekonomi yang tertinggi adalah pada kelompok ekonomi menengah dengan proporsi 62,8
81  orang  sedangkan  kelompok  ekonomi  yang  terendah  menderita  BSK  adalah kelompok ekonomi menengah ke atas dengan proporsi 17,0 22 orang.
Hasil  ini  sesuai  dengan  penelitian  Riskesdas  2013  di  Indonesia  dengan jumlah sampel sebanyak 722.329  yang menemukan penderita batu saluran kemih
sebanyak 4.334 sampel 0,6 tersebar merata pada golongan ekonomi menengah hingga menengah ke atas, sedangkan kelompok yang paling sedikit mengalami batu
saluran kemih adalah kelompok ekonomi terbawah sebanyak 3.612 sampel 0,5.
5.2.8.Analisis Distribusi Frekuensi Penderita BSK dengan Diabetes Melitus
Dalam penelitian ini diketahui penderita BSK berdasarkan riwayat diabetes melitus  yang  tertinggi  adalah  pada  kelompok  memiliki  riwayat  diabetes  melitus
dengan  proporsi  44,1  57  orang  sedangkan  kelompok  tanpa  riwayat  diabetes melitus memiliki proporsi 22,5 29 orang.
Hasil ini sesuai dengan temuan Khan 2012  yang mendapati bahwa batu saluran kemih lebih sering muncul pada pasien diabetes 21 vs 8, p0,05 dan
memiliki tingkat kekambuhan yang tinggi 2,1±2,2 vs 1,3±0,5; p0.05. Temuan ini diperkuat oleh Taylor et al. 2005 yang melakukan penelitian
di Amerika dengan jumlah sampel lebih dari 200.000  menemukan bahwa pasien yang menderita diabetes melitus lebih rentan terkena batu saluran kemih.  Secara
multivariat, risiko relatif batu saluran kemih pada penderita diabetes dibandingkan dengan non-diabetes adalah 1,38 95 CI 1,06
–1,79 pada wanita usia lanjut, 1,67 95 CI 1.28
–2.20 pada wanita usia muda, dan 1,31 95 CI 1.11–1.54 pada pria.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara 5.2.9.Analisis Distribusi Frekuensi Penderita BSK dengan Hiperurikosuria
Dalam  penelitian  ini  diketahui  penderita  BSK  tertinggi  adalah  pada kelompok  yang  memiliki  riwayat  hiperurikosuria  dengan  proporsi  26,3  34
orang dan kelompok yang terendah menderita BSK adalah kelompok yang tidak memiliki riwayat hiperurikosuria dengan proporsi 23,3 30 orang.
Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian Valle et al. 2012 yang melakukan penelitian di Argentina dengan 817 sampel. Penelitian tersebut menemukan bahwa
kelompok terbanyak yang mengalami batu saluran kemih adalah kelompok dengan riwayat hiperkalsemia sebanyak 325 sampel 39,7, diikuti oleh hiperurikosuria
sebanyak 188 sampel 23. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa kelainan metabolik, dalam hal ini
hiperkalsemia  dan  hiperurikosuria,  meningkat  secara  signifikan  terutama  pada orang yang mengalami obesitas dan pertambahan usia Valle et al., 2012.
5.2.10. Analisis Distribusi Frekuensi Penderita BSK Menurut pH