9
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Keaktifan
Dalam  kamus  besar  bahasa  Indonesia  1990:19  keaktifan  diartikan sebagai  hal  atau  keadaan  dimana  siswa  dapat  aktif.  Menurut  Ratmi  dalam
Sihantoro  2011:12  menyatakan  keaktifan  memiliki  kata  dasar  aktif  yang berarti  giat  dalam  belajar  atau  berusaha.  Sedangkan  menurut  Silberman  M
dalam Winastwan Gora dan Sunarto 2009:10 menyatakan bahwa keaktifan dalam  belajar  adalah  mempelajari  dengan  cepat,  menyenangkan,  penuh
semangat,  dan  keterlibatan  secara  pribadi  untuk  mempelajari  sesuatu  yang baik,
harus mendengar,
melihat, menjawab
pertanyaan dan
mendiskusikannya dengan orang lain. Jadi dalam kegiatan belajar di sekolah siswa  sebenarnya  sudah  dapat  dikatakan  aktif  ketika  siswa  itu  giat  dalam
belajar  atau  berusaha,  namun  untuk  menciptakan  keadaan  dimana  siswa dapat aktif keaktifan siswa membutuhkan peran seorang guru.
Seorang guru hendaknya menyajikan pembelajaran yang mengaktifkan siswa  agar  pembelajaran  menjadi  semakin  bermakna.  Pembelajaran  dapat
bermakna  jika  pengetahuan  baru  kita  kaitkan  dengan  pengetahuan  yang sudah  dimiliki  oleh  siswa.  Oleh  karena  itu  guru  harus  memfasilitasi  siswa
agar dapat aktif berproses membangun pengetahuannya sendiri. Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa keaktifan merupakan segala kegiatan
siswa dalam proses pembelajaran dan dipertanggungjawabkan oleh siswa itu sendiri.
2.1.1.1 Indikator Keaktifan
Menurut  Abu  Ahmadi    Widodo  dalam  Rohmah,  2010:62-64 keaktifan  siswa  dapat  dilihat  dari  keinginan,  keberanian  menampilkan
minat,  kebutuhan  dan  permasalahannya  serta  keinginan,  keberanian  serta kesempatan  untuk  berpartisipasi  dalam  kegiatan  persiapan,  proses,  dan
kelanjutan belajar. Selain itu, keaktifan juga dapat dilihat dari penampilan berbagai  usaha  belajar  dalam  menjalani  dan  menyelesaikan  kegiatan
belajar sampai berhasil. Menurut Suryosubroto dalam Yulianto, 2013:8 siswa dikatakan aktif
dalam  pembelajaran  bila  terdapat  ciri-ciri  sebagai  berikut:  1  Siswa berbuat  sesuatu  untuk  memahami  materi  pembelajaran,  2  Pengetahuan
dipelajari,  dialami,  dan  ditemukan  oleh  siswa,  3  Mencoba  sendiri konsep-konsep,  dan  4  Siswa  mengkomunikasikan  hasil  pikirannya.
Menurut  Dimyati    Mudjiono,  2006:45  indikator  keaktifan  mencakup diantaranya:  1 Mencatat atau sekedar mendengarkan pemberitahuan, 2
Memperhatikan  hal-hal  yang  dijelaskan  guru,  3  Mencatat  tugas  yang diberikan dan mengerjakan tugas  rumah, 4 Berdiskusi  dalam kelompok,
5  Melibatkan  diri  dalam  proses  tanya  jawab,  dan  6  Terlibat  dalam menyimpulkan pembelajaran.
Berdasarkan  indikator-indikator  yang  dikemukakan  oleh  para  ahli tersebut,  peneliti  merumuskan  indikator  keaktifan  sebagai  berikut:  1
Siswa  mencatat  hal-hal  penting  tentang  materi  pelajaran  PKn,  2  Siswa aktif  memberikan  contoh-contoh  yang  diminta  oleh  guru,  3  Siswa
mengerjakan  tugas  yang  diberikan  oleh  guru  dalam  proses  pembelajaran PKn,  4  Siswa  bertanya  kepada  guru  tentang  materi  pembelajaran  PKn
saat proses pembelajaran, 5 Siswa bertanya kepada teman tentang materi pembelajaran  PKn,  6  Siswa  aktif  berinteraksi  dalam  mengikuti  diskusi,
7  Siswa  mencari  informasi  tambahan  dari  sumber  belajar  selain  yang disediakan guru.
2.1.1.2 Pengaruh keaktifan dalam prestasi belajar
Dalam proses untuk mencapai suatu prestasi belajar dipengaruhi oleh beberapa  faktor,  salah  satunya  adalah  keaktifan.  Belajar  aktif  sangat
diperlukan  oleh  peserta  didik  untuk  mendapatkan  hasil  belajar  yang maksimum.  Ketika  peserta  didik  hanya  mendengar  dan  menerima
pelajaran  dari  guru  ada  kecenderungan  untuk  melupakan  pelajaran tersebut.  Hal  ini  dikarenakan  belajar  yang  hanya  mengandalkan  indera
pendengaran mempunyai kelemahan lebih cepat lupa. Kenyataan ini sesuai dengan  kata-kata  mutiara  dari  seorang  filosof  dari  Cina  yang  bernama
Konfusius dalam Zaini 2008:xv. Dia mengatakan :
Apa  yang  saya  dengar,  saya  lupa.  Apa  yang  saya  lihat,  saya  ingat.  Apa yang saya lakukan, saya paham.
Oleh  karena  itu  aktivitas  seperti  mencatat,  bertanya,  berdiskusi, mengungkapkan  pendapat,  mengerjakan  tugas  dan  mencari  informasi
sendiri  dalam  pembelajaran  diperlukan  agar  materi  yang  dipelajari  dapat mudah dipahami.
2.1.2 Belajar
2.1.2.1 Pengertian belajar
Menurut  Riyanto  2009:6,  belajar  adalah  suatu  proses  untuk mengubah performansi yang tidak terbatas pada keterampilan, tetapi juga
meliputi  fungsi-fungsi,  seperti
skill
,  persepsi,  emosi,  proses  berpikir, sehingga dapat menghasilkan perbaikan performansi. Selanjutnya Winkel
1984:151  menyatakan  bahwa  belajar  merupakan  suatu  proses  mental yang  mengarah  kepada  penguasaan  pengetahuan,  kecakapan,  kebiasaan
atau  sikap,  yang  semua  diperoleh,  disimpan,  dan  dilaksanakan  sehingga menimbulkan tingkah laku yang progresif dan adaptif.
Sejalan  dengan  Winkel,  Chaplin  seperti  dikutip  Syah,  2002,  hal 90, menyatakan bahwa belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku
yang  relatif  menetap  sebagai  akibat  latihan  dan  pengalaman,  misalnya seorang siswa dapat menulis tegak bersambung dengan rapi karena siswa
tersebut latihan menulis dengan tekun. Menurut Degeng dalam Riyanto, 2009,  belajar  merupakan  pengaitan  pengetahuan  baru  pada  struktur
kognitif  yang  sudah  dimiliki  si  belajar.  Misalnya  seorang  siswa  sudah bisa  berlari  sejak  kecil,  namun  belum  tahu  peraturan  dalam  berlari.
Ketika  siswa  tersebut  diajarkan  peraturan  berlari,  maka  pengetahuan yang lama akan berkaitan dengan pengetahuan  yang baru diterima. Dari
pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses
memperoleh  atau  memperbaharui  pengetahuan  dengan  cara  berinteraksi dengan lingkungan secara terus-menerus sehingga terjadi perubahan pada
aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
2.1.3 Prestasi Belajar
Prestasi  adalah  hasil  yang  dicapai  dari  apa  yang  telah  dilakukan, dikerjakan,  dan  sebagainya  Poerwadarminta,  1990.  Prestasi  dapat
digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan suatu proses belajar siswa disekolah.  Menurut  Hamalik  dalam  Istikomah  2011:13,  prestasi  adalah
usaha untuk mengetahui berapa banyak hal telah dimiliki oleh siswa setelah mempelajari  keseluruhan  materi  yang  telah  disampaikan  padanya.  Namun
Nasution  dalam  Prasetiyo  2011:8,  menjelaskan  bahwa  prestasi  adalah kesempurnaan  yang  dicapai  seseorang  dalam  berfikir,  merasa,  berbuat  dan
prestasi  belajar  dikatakan  sempurna  jika  memenuhi  tiga  aspek  yakni: kognitif, afektif, psikomotor. Jadi dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
adalah suatu hasil yang dicapai oleh individu atas apa yang telah dikerjakan atau  kemampuannya  pada  bidang  tertentu  yang  dinyatakan  dalam  bentuk
nilai yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. 2.1.4
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Keberhasilan  seseorang  dalam  belajar  dapat  dipengaruhi  oleh
beberapa  faktor.  Adapun  faktor-faktor  yang  mempengaruhi  prestasi  belajar menurut Syah 2002 adalah sebagai berikut :
2.1.4.1 Faktor internal siswa
Pada faktor internal siswa terdiri dari dua aspek yaitu aspek fisiologis dan psikologis.
2.1.4.1.1 Aspek fisiologis
Aspek  fisiologis  mencakup  organ-organ  tubuh  pada manusia.  Kebugaran  organ-organ  tubuh  dapat  mempengaruhi
semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Jika kondisi  organ  tubuh  lemah  maka  kemampuan  siswa  untuk
menerima  materi  pelajaran  tidak  maksimal,  sehingga  kualitas kognitifnya menurun.
2.1.4.1.2 Aspek psikologis
Faktor-faktor  psikologis  meliputi:  1  Inteligensi  siswa, maksudnya semakin tinggi seorang siswa maka semakin besar
peluangnya  meraih  sukses,  2  Sikap  siswa,  maksudnya  dalam kegiatan pembelajaran sikap siswa harus positif terhadap guru
dan  mata  pelajaran  yang  diajarkan,  dan  3  Bakat  siswa, maksudnya  setiap  siswa  mempunyai  bakat  atau  kemampuan
untuk mencapai prestasi sesuai kapasitasnya masing-masing. 2.1.4.2
Faktor eksternal siswa Pada faktor eksternal siswa terdiri dari lingkungan sosial dan nonsosial.
2.1.4.2.1 Lingkungan sosial
Lingkungan sosial  yang  lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar siswa ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri.
2.1.4.2.2 Lingkungan nonsosial
Faktor-faktor  yang  termasuk  lingkungan  nonsosial  ialah gedung  sekolah  dan  letaknya,  rumah  tempat  tinggal  keluarga
siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa.
Slameto 2003:54
mengatakan bahwa
faktor-faktor yang
mempengaruhi  prestasi  belajar  yaitu  faktor  internal  dan  faktor  eksternal. Faktor internal terdiri dari faktor jasmaniah dan psikologis sedangkan faktor
eksternal terdiri dari faktor keluarga, sekolah dan masyarakat. 2.1.5
Manfaat Prestasi Belajar Prestasi belajar mempunyai manfaat dalam dunia pendidikan. Menurut
Arifin 1990:3, manfaat prestasi belajar antara lain: 2.1.5.1
Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai anak didik. Jadi kemampuan siswa dapat diukur
dengan melihat prestasi belajar. 2.1.5.2
Prestasi  belajar  sebagai  lambang  pemuasan  hasrat  ingin  tahu. Seseorang  akan  puas  jika  melihat  hasil  dari  kegiatan  yang  sudah
dilakukannya. 2.1.5.3
Prestasi  belajar sebagai  bahan informasi  dalam inovasi  pendidikan. Dengan  melihat  prestasi  belajar,  dapat  diketahui  sejauh  mana
peningkatan  kualitas  sumber  daya  manusia  dan  penambahan  sarana prasana dilakukan.
2.1.5.4 Prestasi  belajar  sebagai  indikator  intern  dan  ekstern  dari  suatu
institusi pendidikan. 2.1.5.5
Prestasi  belajar  dapat  dijadikan  indikator  terhadap  daya  serap kecerdasan anak didik.
2.1.6 Teknik
Mind Map
Buzan  2008  mengatakan  bahwa
mind  map
adalah  cara  mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harafiah akan “memetakan” pikiran-pikiran
kita.  De  Porter  dalam  Agustianingrum  2011:17  menjelaskan  bahwa
mind map
adalah cara mencatat kreatif yang memudahkan kita mengingat banyak informasi.  Menurut  Buzan  2005:71
mind  map
adalah  peta  pikiran  yang menggunakan  unsur-unsur  utama  dari  memori,  lokasi,  keistimewaan  dan
yang  mengarahkan  semua  keterampilan  otak  kiri  dan  otak  kanan.  Peta pikiran  tersebut  menurut  Munthe  2009:16  membentuk  suatu  hubungan
atau  asosiasi.  Berdasarkan  pendapat  para  ahli  tersebut  dapat  disimpulkan bahwa
mind  map
adalah  suatu  cara  mencatat  kreatif  dengan  memetakan berbagai  informasi  yang  saling  berhubungan  sehingga  lebih  mudah
dipahami dan diingat. 2.1.6.1
Langkah-langkah Membuat
Mind Map
Dalam  bukunya,  Buzan  2008  menjelaskan  langkah-langkah membuat
mind map
sebagai berikut: 2.1.6.1.1
Mulai  dari  bagian  tengah  kertas  kosong  yang  diletakkan mendatar.  Maksudnya,  dalam  membuat
mind  map
dimulai  dari tengah yang merupakan ide pokok atau utama.
2.1.6.1.2 Menggunakan  gambar  atau  foto  untuk  ide  sentral.  Hal  ini
dimaksudkan agar mudah diingat dan menarik. Tetapi jika tidak ada  gambar  atau  foto  yang  sesuai,  menggunakan  tulisan  atau
simbol juga bisa. 2.1.6.1.3
Menggunakan  pensil  warna.  Penggunaan  warna  sama menariknya  dengan  menggunakan  gambar.  Warna  membuat
mind map
lebih hidup dan menyenangkan. 2.1.6.1.4
Menghubungkan  cabang-cabang  utama  ke  ide  sentral  lalu hubungkan  cabang-cabang  tingkat  dua  dan  tiga  ke  tingkat  satu
dan dua, dan seterusnya. Otak kita akan lebih mudah mengingat dan  mengerti  suatu  informasi  jika  beberapa  informasi  tersebut
saling berkaitan atau terhubung. 2.1.6.1.5
Buatlah  garis  hubung  yang  melengkung,  bukan  garis  lurus. Pembuatan
mind  map
akan  lebih  menarik  bagi  mata  yang melihat  jika  menggunakan  garis  melengkung  daripada  hanya
menggunakan garis lurus karena garis lurus membosankan bagi mata.
2.1.6.1.6 Gunakan  satu  kata  kunci  untuk  setiap  garis.  Maksudnya,  kata
kunci  tunggal  memberi  lebih  banyak  daya  atau  kekuatan  dan lebih fleksibel. Penggunaan satu kata kunci akan memicu ide-ide
baru yang muncul.
2.1.6.1.7 Memberi gambar pada setiap informasi yang ditulis. Pemberian
gambar  akan  lebih  bermakna  daripada  kalimat  karena  gambar lebih menarik dan mudah untuk diingat dan diimajinasikan.
2.1.7 Pendidikan Kewarganegaraan
Mata  Pelajaran  Pendidikan  Kewarganegaraan  merupakan  mata pelajaran  yang  memfokuskan  pada  pembentukan  warga  negara  yang
memahami  dan  mampu  melaksanakan  hak-hak  dan  kewajibannya  untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang
diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan  Kewarganegaraan  Depdikbud,  2006  meliputi  aspek-aspek
sebagai berikut: a.
Persatuan  dan  Kesatuan  bangsa,  meliputi:  Hidup  rukun  dalam perbedaan,  Cinta  lingkungan,  Kebanggaan  sebagai  bangsa
Indonesia, Sumpah Pemuda,  Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia,  Partisipasi  dalam  pembelaan  negara,  Sikap  positif
terhadap  Negara  Kesatuan  Republik  Indonesia,  Keterbukaan  dan jaminan keadilan
b. Norma,  hukum  dan  peraturan,  meliputi:  Tertib  dalam  kehidupan
keluarga,  Tata  tertib  di  sekolah,  Norma  yang  berlaku  di masyarakat,  Peraturan-peraturan  daerah,  Norma-norma  dalam
kehidupan  berbangsa  dan  bernegara,  Sistim  hukum  dan  peradilan nasional, Hukum dan peradilan internasional
c. Hak  asasi  manusia  meliputi:  Hak  dan  kewajiban  anak,  Hak  dan
kewajiban anggota
masyarakat, Instrumen
nasional dan
internasional  HAM,  Pemajuan,  penghormatan  dan  perlindungan HAM
d. Kebutuhan  warga  negara  meliputi:  Hidup  gotong  royong,  Harga
diri  sebagai  warga  masyarakat,  Kebebasan  berorganisasi, Kemerdekaan  mengeluarkan  pendapat,  Menghargai  keputusan
bersama, Prestasi diri, Persamaan kedudukan warga negara e.
Konstitusi  Negara  meliputi:  Proklamasi  kemerdekaan  dan konstitusi  yang  pertama,  Konstitusi-konstitusi  yang  pernah
digunakan di Indonesia, Hubungan dasar negara dengan konstitusi f.
Kekuasan dan Politik, meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan, Pemerintahan  daerah  dan  otonomi,  Pemerintah  pusat,  Demokrasi
dan  sistem  politik,  Budaya  politik,  Budaya  demokrasi  menuju masyarakat  madani,  Sistem  pemerintahan,  Pers  dalam  masyarakat
demokrasi g.
Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, Proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara,
Pengamalan  nilai-nilai  Pancasila  dalam  kehidupan  sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka
h. Globalisasi  meliputi:  Globalisasi  di  lingkungannya,  Politik  luar
negeri Indonesia di era globalisasi, Dampak globalisasi, Hubungan
internasional  dan  organisasi  internasional,  dan  Mengevaluasi globalisasi.
Materi  PKn  untuk SD disesuaikan dengan  Standar Kompetensi  SK. Untuk  kelas  IV  terdapat  4  Standar  Kompetensi  SK  yaitu  2  SK  pada
semester 1 dan 2 SK di semester 2. SK yang terdapat di semester satu yaitu, 1.  Memahami  sistem  pemerintahan  desa  dan  pemerintahan  kecamatan.  2.
Memahami sistem pemerintahan kabupaten, kota, dan provinsi. Selanjutnya pada semester dua yaitu, 3. Mengenal sistem pemerintahan tingkat pusat. 4.
Menunjukkan  sikap  terhadap  globalisasi  di  lingkungannya.  SK  yang  akan digunakan dalam penelitian ini adalah SK 3. Mengenal sistem pemerintahan
tingkat  pusat.  Kompetensi  Dasar  KD  yang  dipilih  adalah  KD  3.1  yang terdapat pada semester II. KD tersebut dipilih karena materinya terlalu sulit
untuk  dipahami  oleh  siswa  kelas  IV.  Oleh  karena  itu  penelitian  ini  akan berusaha mengatasi permasalahan pada pembelajaran PKn tersebut.
2.1.8 Penggunaan
Mind Map
dalam Pembelajaran PKn Pada  pembelajaran  PKn  banyak  materi  yang  susah  untuk  dipahami
dan  dihafalkan  khususnya  materi  sistem  pemerintahan  pusat.  Peneliti menggunakan
mind  map
untuk  memetakan  dan  menggambarkan  materi sistem pemerintahan pusat tersebut agar siswa lebih mudah memahami alur
sistem  pemerintahan  dan  menyenangkan.  Pada  sistem  pemerintahan  pusat ini  dikhususkan  mengenai  lembaga-lembaga  negara  di  tingkat  pusat.
Lembaga-lembaga negara tersebut dibuat
mind map
dengan menuliskan hal- hal  yang  penting  pada  selembar  kertas.  Adapun  hal-hal  penting  tersebut
meliputi:  pengertian,  tugas  dan  wewenang,  masa  jabatan  dan  keanggotaan. Di  tengah  selembar  kertas  dituliskan  tema
mind  map
yaitu  nama  lembaga yang  akan  dibuat
mind  map
.  Kemudian  dibuat  garis  atau  cabang  untuk menuliskan  hal-hal  yang  dirasa  penting  menggunakan  pensil  warna  yang
berbeda-beda.  Dalam  membuat
mind  map
boleh  menggunakan  singkatan dan  menambahkan  gambar.  Materi  yang  begitu  banyak  dituliskan  dalam
bentuk  lebih  ringkas  dan  menarik  daripada  catatan  pada  umumnya  serta menggunakan  warna-warna  yang  berbeda  tentunya  akan  membuat  siswa
senang dan lebih mudah memahami alur materi tersebut.
2.2 Penelitian yang relevan