Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA pada siswa kelas IV A SD Negeri Tlacap melalui penerapan model pembelajaran kooperatif Tipe STAD.

(1)

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS IV A SD NEGERI TLACAP MELALUI PENERAPAN

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

Dewi Agustina Universitas Sanata Darma

2016

Penelitian ini dilatarbelakangi rendahnya keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas IV A SD Negeri Tlacap pada muatan pelajaran IPA. Penelitian bertujuan: (1) untuk mendeskripsikan upaya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV A melalui penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD; (2) untuk meningkatkan keaktifan belajar IPA siswa kelas IV A melalui penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD dari skor 1,98 (rendah) menjadi 3,75 (tinggi); dan (3) untuk meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas IV A melalui penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD dari nilai rata-rata 59,5 menjadi 70 dan dari persentase ketuntasan belajar 45,5% menjadi 70%.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan dengan dua siklus. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV A SD Negeri Tlacap tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 18 siswa. Objek penelitian ini adalah peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi, kuesioner, dan soal pilihan ganda. Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif-kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) upaya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA kelas IV A melalui penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD telah berhasil dilakukan dengan lima langkah, yaitu: a) pembagian kelompok, b) penyajian materi, c) kegiatan belajar dalam kelompok, d) kuis, dan e) pemberian penghargaan kelompok; (2) penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan keaktifan belajar IPA siswa kelas IV A dari kondisi awal menajdi target akhir. Hal ini ditunjukkan oleh peningkatan skor keaktifan belajar siswa dari kondisi awal 1,98 (rendah) menjadi 3,55 (tinggi) pada siklus I dan menjadi 4,01 (tinggi) pada siklus II; (3) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas IV A dari kondisi awal menajdi target akhir. Hal ini ditunjukkan oleh peningkatan nilai rata-rata dari kondisi awal 59,5 menjadi 72,2 pada siklus I dan menjadi 75,3 pada siklus II. Persentase ketuntasan belajar (62,7) juga mengalami peningkatan dari kondisi awal 45,5% menjadi 62,5% pada siklus I dan menjadi 75% pada siklus II.

Kata Kunci: Keaktifan Belajar, Prestasi Belajar, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD


(2)

IMPROVEMENT OF ACTIVE INVOLVEMENT AND LEARNING ACHIEVEMENT IN SCIENCE OF IV A GRADE STUDENTS AT TLACAP PUBLIC ELEMENTARY SCHOOL THROUGH THE IMPLEMENTATION

OF STAD COOPERATIVE LEARNING MODEL Dewi Agustina

Sanata Dharma University 2016

The background of the research was IV A grade of Tlacap Public Elementary School students’ low active involvement and learning achievement in Science subject. The research was aimed to: (1) describe ways to improve active involvement and learning achievement in Science subject through the implementation of STAD Cooperative learning model; (2) improve active involvement in Science of IV A grade students through the implementation of STAD Cooperative Learning Model from scores 1,98 (low) to 3,75 (high); (3) improve learning achievement in Science of IV A grade students the implementation of STAD Cooperative Learning Model from the initial mean evaluation score was 59.5 to 70 and percentage who passed the marks standard (62,7) from 45,5% to 70%.

This study is an Action Research (AR) which was conducted in 2 cycles. The research subjects were IV A grade students at Tlacap Public Elementary School of academic year 2015/2016, as many as 18 children. The research object is the improvement of the active involvement and learning achievement in Science. Instruments used in this study were observation sheets, quesionnaire, and multiple-choice tests. The data anaylis technique used is a descriptive quantitative-qualitative analysis.

The result of this research showed that: (1) ways to improve active involvement and learning achievement in Science through the implementation of STAD Cooperative learning model were done in 5 steps, those are dividing groups, giving materials, learning in groups, quizzes, and giving group rewards; (2) the implementation of STAD Cooperative learning model can improve active involvement in Science of IV A grade students. It can be seen from the improvement of learning activeness scores which was started from 1.98 (low) and went up to 3.55 (high) on cycle I, and 4,01 (high) on cycle II; (3) the implementation of STAD Cooperative learning model can improve learning achievement in Science of IV A grade students. It can be seen from the improvement of the learning achievement of which the initial mean evaluation score was 59.5 and therefore turned into 72.2 on cycle I and 75.3 on cycle II. The number of students’ percentage who passed the marks standard (62,7) also improved from the initial state of 45.5% to 62.5% on cycle I and 75% on cycle II.

Key Words: Learning Active Involvement, Learning Achievement, STAD Cooperative Learning Model


(3)

i

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA

PADA SISWA KELAS IV A SD NEGERI TLACAP MELALUI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE STAD

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh: Dewi Agustina NIM : 121134233

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(4)

i

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA

PADA SISWA KELAS IV A SD NEGERI TLACAP MELALUI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE STAD

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh: Dewi Agustina NIM : 121134233

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(5)

(6)

(7)

iv

PERSEMBAHAN

 


(8)

v MOTTO


(9)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 23 Februari 2016 Penulis,


(10)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Dewi Agustina

Nomor Mahasiswa : 121134233

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: “PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS IV A SD NEGERI TLACAP MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE STAD” beserta perangkat yang diperlukan (bila ada).

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 9 Februari 2016

Yang menyatakan,


(11)

viii ABSTRAK

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS IV A SD NEGERI TLACAP MELALUI PENERAPAN

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

Dewi Agustina Universitas Sanata Darma

2016

Penelitian ini dilatarbelakangi rendahnya keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas IV A SD Negeri Tlacap pada muatan pelajaran IPA. Penelitian bertujuan: (1) untuk mendeskripsikan upaya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV A melalui penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD; (2) untuk meningkatkan keaktifan belajar IPA siswa kelas IV A melalui penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD dari skor 1,98 (rendah) menjadi 3,75 (tinggi); dan (3) untuk meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas IV A melalui penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD dari nilai rata-rata 59,5 menjadi 70 dan dari persentase ketuntasan belajar 45,5% menjadi 70%.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan dengan dua siklus. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV A SD Negeri Tlacap tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 18 siswa. Objek penelitian ini adalah peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi, kuesioner, dan soal pilihan ganda. Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif-kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) upaya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA kelas IV A melalui penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD telah berhasil dilakukan dengan lima langkah, yaitu: a) pembagian kelompok, b) penyajian materi, c) kegiatan belajar dalam kelompok, d) kuis, dan e) pemberian penghargaan kelompok; (2) penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan keaktifan belajar IPA siswa kelas IV A dari kondisi awal menajdi target akhir. Hal ini ditunjukkan oleh peningkatan skor keaktifan belajar siswa dari kondisi awal 1,98 (rendah) menjadi 3,55 (tinggi) pada siklus I dan menjadi 4,01 (tinggi) pada siklus II; (3) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas IV A dari kondisi awal menajdi target akhir. Hal ini ditunjukkan oleh peningkatan nilai rata-rata dari kondisi awal 59,5 menjadi 72,2 pada siklus I dan menjadi 75,3 pada siklus II. Persentase ketuntasan belajar (62,7) juga mengalami peningkatan dari kondisi awal 45,5% menjadi 62,5% pada siklus I dan menjadi 75% pada siklus II.

Kata Kunci: Keaktifan Belajar, Prestasi Belajar, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD


(12)

ix ABSTRACT

IMPROVEMENT OF ACTIVE INVOLVEMENT AND LEARNING ACHIEVEMENT IN SCIENCE OF IV A GRADE STUDENTS AT TLACAP PUBLIC ELEMENTARY SCHOOL THROUGH THE IMPLEMENTATION

OF STAD COOPERATIVE LEARNING MODEL Dewi Agustina

Sanata Dharma University 2016

The background of the research was IV A grade of Tlacap Public

Elementary School students’ low active involvement and learning achievement in

Science subject. The research was aimed to: (1) describe ways to improve active involvement and learning achievement in Science subject through the implementation of STAD Cooperative learning model; (2) improve active involvement in Science of IV A grade students through the implementation of STAD Cooperative Learning Model from scores 1,98 (low) to 3,75 (high); (3) improve learning achievement in Science of IV A grade students the implementation of STAD Cooperative Learning Model from the initial mean evaluation score was 59.5 to 70 and percentage who passed the marks standard (62,7) from 45,5% to 70%.

This study is an Action Research (AR) which was conducted in 2 cycles. The research subjects were IV A grade students at Tlacap Public Elementary School of academic year 2015/2016, as many as 18 children. The research object is the improvement of the active involvement and learning achievement in Science. Instruments used in this study were observation sheets, quesionnaire, and multiple-choice tests. The data anaylis technique used is a descriptive quantitative-qualitative analysis.

The result of this research showed that: (1) ways to improve active involvement and learning achievement in Science through the implementation of STAD Cooperative learning model were done in 5 steps, those are dividing groups, giving materials, learning in groups, quizzes, and giving group rewards; (2) the implementation of STAD Cooperative learning model can improve active involvement in Science of IV A grade students. It can be seen from the improvement of learning activeness scores which was started from 1.98 (low) and went up to 3.55 (high) on cycle I, and 4,01 (high) on cycle II; (3) the implementation of STAD Cooperative learning model can improve learning achievement in Science of IV A grade students. It can be seen from the improvement of the learning achievement of which the initial mean evaluation score was 59.5 and therefore turned into 72.2 on cycle I and 75.3 on cycle II. The

number of students’ percentage who passed the marks standard (62,7) also improved from the initial state of 45.5% to 62.5% on cycle I and 75% on cycle II.

Key Words: Learning Active Involvement, Learning Achievement, STAD Cooperative Learning Model


(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penilis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Penyusunan skripsi ini dalam rangka untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, dengan judul skripsi “Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar IPA pada Siswa Kelas IV A SD Negeri Tlacap Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD”.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si. M.Pd. selaku Kaprodi PGSD.

3. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S. M.Pd. selaku Wakaprodi PGSD. 4. Drs. Y.B. Adimassana, M.A. selaku dosen pembimbing I yang telah

membimbing peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Agnes Herlina Dwi H., S.Si., M.T., M.Sc. selaku dosen pembimbing II yang telah membimbing peneliti dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Keluarga besar SD Negeri Tlacap yang telah banyak membatu selama proses penelitian.


(14)

xi

7. Para ahli yang telah melakukan uji validasi terhadap penelitian ini yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu.

8. Semua pihak yang telah banyak berjasa yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu.

Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian skripsi ini masih banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh sebab itu, peneliti mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak untuk perbaikan menuju lebih sempurna dari skripsi ini. Akhirnya semoga skripsi ini bermanfaat untuk dunia pendidikan. Terimakasih.

Yogyakarta, 9 Februari 2016 Penulis,


(15)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARY ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Pembatasan Masalah ... 5

1.3 Rumusan masalah ... 6

1.4 Tujuan Penelitian ... 6

1.5 Manfaat Hasil Penelitian ... 7

1.6 Definisi Operasional ... 7

BAB II LANDASAN TEORI ... 9

2.1 Kajian Pustaka ... 9

2.2 Penelitian-penelitian Terdahulu yang Relevan ... 21

2.3 Kerangka Berpikir ... 25

2.4 Hipotesis Tindakan ... 27

BAB III METODE PENELITIAN ... 28

3.1 Jenis Penelitian ... 28

3.2 Setting penelitian ... 30

3.3 Rencana Tindakan ... 31

3.4 Teknik pengumpulan Data ... 44

3.5 Instrumen Penelitian ... 46

3.6 Teknik Pengujian Instrumen ... 54

3.7 Teknik Analisis data ... 60

3.8 Kriteria keberhasilan ... 62

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 63

4.1 Hasil Penelitian ... 63


(16)

xiii

BAB V PENUTUP ... 109

5.1 Kesimpulan ... 109

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 110

5.3 Saran ... 110

DAFTAR PUSTAKA ... 111

LAMPIRAN ... 114


(17)

Daftar Tabel

Halaman

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ... 31

Tabel 3.2 Matrik Pengembangan Instrumen ... 47

Tabel 3.3 Kisi-kisi pedoman Wawancara ... 48

Tabel 3.4 Kisi-kisi Lembar Observasi ... 48

Tabel 3.5 Lembar Observasi ... 49

Tabel 3.6 Kisi-kisi Kuesioner ... 50

Tabel 3.7 Pedoman Penskoran Kuesioner ... 50

Tabel 3.8 Kuesioner ... 51

Tabel 3.9 Kriteria Keaktifan Belajar ... 52

Tabel 3.10 Kategori Keaktifan Belajar ... 52

Tabel 3.11 Kisi-kisi Soal Siklus I ... 53

Tabel 3.12 Kisi-kisi Soal Siklus II ... 53

Tabel 3.13 Pedoman Penskoran Validasi ... 55

Tabel 3.14 Kriteria Klasifikasi Validitas ... 55

Tabel 3.15 Hasil Perhitungan Validasi ... 56

Tabel 3.16 Hasil Validasi Soal Evaluasi ... 58

Tabel 3.17 Kriteria Klasifikasi Reliabilitas ... 59

Tabel 3.18 Hasil Reliabilitas Soal Evaluasi ... 59

Tabel 3.19 Kriteria Keberhasilan keaktifan dan Prestasi Belajar ... 62

Tabel 4.1 Skor Keaktifan Belajar Indikator 1 Kondisi Awal ... 64

Tabel 4.2 Skor Keaktifan Belajar Indikator 2 Kondisi Awal ... 65

Tabel 4.3 Skor Keaktifan Belajar Indikator 3 Kondisi Awal ... 66

Tabel 4.4 Skor Keaktifan Belajar Indikator 4 Kondisi Awal ... 67

Tabel 4.5 Skor Keaktifan Belajar Indikator 5 Kondisi Awal ... 68

Tabel 4.6 Skor Keaktifan Belajar Indikator 6 Kondisi Awal ... 69

Tabel 4.7 Skor Keaktifan Belajar Kondisi Awal ... 70

Tabel 4.8 Prestasi Belajar Kondisi Awal ... 70

Tabel 4.9 Skor Keaktifan Belajar Indikator 1 Siklus I ... 78

Tabel 4.10 Skor Keaktifan Belajar Indikator 2 Siklus I ... 79

Tabel 4.11 Skor Keaktifan Belajar Indikator 3 Siklus I ... 80

Tabel 4.12 Skor Keaktifan Belajar Indikator 4 Siklus I ... 81

Tabel 4.13 Skor Keaktifan Belajar Indikator 5 Siklus I ... 82

Tabel 4.14 Skor Keaktifan Belajar Indikator 6 Siklus I ... 83

Tabel 4.15 Skor Keaktifan Belajar Siklus I ... 84

Tabel 4.16 Prestasi Belajar Siklus I ... 85

Tabel 4.17 Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar Siklus I ... 87

Tabel 4.18 Skor Keaktifan Belajar Indikator 1 Siklus II ... 94

Tabel 4.19 Skor Keaktifan Belajar Indikator 2 Siklus II ... 95

Tabel 4.20 Skor Keaktifan Belajar Indikator 3 Siklus II ... 96

Tabel 4.21 Skor Keaktifan Belajar Indikator 4 Siklus II ... 97

Tabel 4.22 Skor Keaktifan Belajar Indikator 5 Siklus II ... 98

Tabel 4.23 Skor Keaktifan Belajar Indikator 6 Siklus II ... 99


(18)

xv

Tabel 4.25 Prestasi Belajar Siklus II ... 101 Tabel 4.26 Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar Siklus II ... 102 Tabel 4.27 Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar ... 105


(19)

xvi

Daftar Gambar

Halaman

Gambar 2.1 Bagan Literatur Penelitian yang Relevan ... 24

Gambar 2.2 Kerangka berpikir ... 26

Gambar 3.1 Siklus PTK Menurut Kemmis & Mc Taggart ... 28

Gambar 4.1 Peningkatan Skor Rata-rata Keaktifan Belajar ... 106

Gambar 4.2 Peningkatan Nilai Rata-rata IPA ... 107


(20)

xvii

Daftar Lampiran

Halaman

LAMPIRAN 1 Surat Perijinan Penelitian ... 115

LAMPIRAN 2 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 117

LAMPIRAN 3 Validasi Perangkat Pembelajaran ... 119

LAMPIRAN 4 Hasil Validitas dan ReliabilitasInstrumen Soal ... 138

LAMPIRAN 5Perangkat Pembelajaran Siklus I ... 148

LAMPIRAN 6 Perangkat Pembelajaran Siklus II ... 227

LAMPIRAN 7 Lembar Observasi ... 288

LAMPIRAN 8 Kuesiner ... 290

LAMPIRAN 9 Soal Evaluasi ... 292

LAMPIRAN 10 Sampel Lembar Kerja Siswa Siswa ... 299

LAMPIRAN 11 Data Hasil Observasi ... 331

LAMPIRAN 12 Data Hasil Kuesioner ... 340

LAMPIRAN 13 Data Prestasi Belajar ... 349

LAMPIRAN 14 Sampel Hasil Soal Evaluasi ... 353


(21)

1 BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab I ini, peneliti membahas tentang latar belakang, rumusan masalah, pembatasan masalah, pemecahan masalah, batasan istilah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

1.1 Latar Belakang

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah salah satu mata pelajaran/muatan pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar (SD) baik dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) maupun kurikulum 2013. Menurut Carin (dalam Amien 1987:6) IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematik, yang di dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari (BSPN, 2006:484).

Tujuan dari IPA di SD yaitu: 1) memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan kebenaran, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya, 2) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, 3) mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat, 4) mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan, 5)


(22)

meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam, 6) meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, dan 7) memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs (BSPN, 2006:484).

Berdasarkan paparan di atas, IPA sangat penting diajarkan pada siswa di SD. Siswa perlu dibiasakan belajar aktif agar dapat mencapai tujuan belajar IPA dengan baik. Hal ini sejalan dengan pendapat para ahli pendidikan (dalam Hamalik, 2007:170) yang menyatakan bahwa siswa adalah suatu organisme hidup, di dalam dirinya terdapat prinsip aktif. Berdasarkan kemajuan metodologi, asas keaktifan lebih ditonjolkan melalui unit activity, sehingga kegiatan belajar siswa menjadi dasar untuk mencapai tujuan belajar yang lebih memadai (Hamalik, 2007:172). Keaktifan belajar siswa diharapkan menjadi dasar untuk mencapai tujuan belajar.

Namun pada kenyataan di lapangan, menurut Susanto (2013:166) para guru belum sepenuhnya melaksanakan pembelajaran secara aktif dalam melibatkan siswa serta belum menerapkan berbagai model pembelajaran yang bervariasi berdasarkan karakter materi pelajaran. Dalam proses pembelajaran, kebanyakan guru terpaku pada buku sebagai satu-satunya sumber balajar mengajar. Sedangkan siswa hanya menerima materi yang diberikan guru.

Permasalahan di atas juga ditemui di kelas IV A SD Negeri Tlacap. Hasil wawancara pada hari Selasa, 22 September 2015 pukul 09.20 WIB - 09.50 WIB, guru kelas IV A mengatakan bahwa selama pelajaran beberapa siswa tidak


(23)

memperhatikan penjelasan guru, siswa tersebut asik berbicara dengan temannya. Kebanyakan siswa tidak bertanya ketika guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya. Siswa juga jarang membuat catatan, siswa mengandalkan buku siswa saja tanpa membuat cacatan di bukunya masing-masing. Guru kelas IV A menambahkan ketika ia memberikan tugas kelompok, tidak semua anggota kelompok mengerjakan hanya beberapa siswa saja yang ikut mengerjakan tugas kelompok tersebut. Selain melakukan wawancara, peneliti juga melakukan observasi dan menyebar kuesioner untuk melihat keaktifan belajar siswa kelas IV A. Observasi dan penyebaran kuesioner dilaksanakan pada hari Selasa, 22 September pukul 07.00 WIB – 09.20 WIB. Rata-rata hasil observasi dan kuesioner keaktifan belajar siswa yaitu 1,98 dan termasuk rendah. Berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan kuesioner, dapat disimpulkan bahwa keaktifan belajar siswa kelas IV A rendah.

Keaktifan belajar yang rendah tentunya sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Rendahnya prestasi belajar siswa kelas IV A SD Negeri Tlacap dapat dibuktikan dengan hasil ulangan harian IPA tahun pelajaran 2014/2015 pada Kompetensi Dasar (KD) 3.4 Membedakan berbagai bentuk energi melalui pengamatan dan mendeskripsikan pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari dengan nilai rata-rata 59,5. Jumlah siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 62,7, adalah 10 siswa (45,5%) dan sisanya yaitu 12 siswa (54,5%) nilainya masih di bawah KKM.

Berdasarkan permasalahan di atas, sangat perlu suatu usaha perbaikan pelaksanaan pembelajaran IPA di kelas IV A SD Negari Tlacap. Salah satu solusi


(24)

untuk mengatasi permasalahan dalam pembelajaran tersebut adalah dengan menerapkan model pembelajaran Kooperatif tipe Student Teams Achievement Devision (STAD). Dalam pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran

Kooperatif tipe STAD, siswa dibagi menjadi kelompok yang beranggotakan 4-6 siswa. Dalam kelompok tersebut siswa akan aktif dalam membantu satu sama lain guna memperoleh hadiah (achievement).

Menurut beberapa ahli (dalam Rusman, 2011:209), model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Menurut Slavin (dalam Rusman, 2011:214), gagasan utama di belakang STAD adalah memacu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai materi yang diajarkan guru. Selain itu, model pembelajaran Kooperatif tipe STAD terbukti dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian Romadi (2012) dan Setiawan (2015) yaitu model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar pada mata pelajaran IPS.

Teknis pelaksanaan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD yaitu: 1) pembagian kelompok, 2) penyajian materi, 3) kegiatan belajar dalam kelompok, 4) kuis, dan 5) pemberian penghargaan kelompok. Penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD ini diharapkan dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV A SD Negeri Tlacap, khususnya pada KD 3.4 Membedakan berbagai bentuk energi melalui pengamatan dan mendeskripsikan pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari.


(25)

Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat disimpulkan bahwa keaktifan dan prestasi belajar IPA KD 3.4 dapat meningkat jika dalam proses pembelajarannya menerapkan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD. Hal ini mendorong peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar IPA pada Siswa Kelas IV A SD Negeri Tlacap Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD”.

1.2 Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah bertujuan agar penelitian lebih mudah dan tidak menyimpang dari permasalahan yang ada. Penelitian ini dibatasi sebagai berikut: 1.2.1 Penelitian dibatasi pada variabel keaktifan dan prestasi belajar IPA KD 3.4

Membedakan berbagai bentuk energi melalui pengamatan dan mendeskripsikan pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari.

1.2.2 Tindakan yang dipilih oleh peneliti pada penelitian ini adalah dengan melalui penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD.

1.2.3 Subjek penelitian yaitu siswa kelas IV A SD Negeri Tlacap tahun pelajaran 2015/2016.


(26)

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah penelitian adalah sebagai berikut:

1.3.1 Bagaimana upaya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV A SD Negeri Tlacap melalui penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD?

1.3.2 Apakah penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan keaktifan belajar IPA siswa kelas IV A SD Negeri Tlacap dari skor 1,98 (rendah) mencapai target akhir 3,75 (tinggi)?

1.3.3 Apakah penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas IV A SD Negeri Tlacap dari nilai rata-rata 59,5 mencapai target akhir 70 dan dari persentase ketuntasan belajar 45,5% mencapai target akhir 70%?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.6.1 Untuk mendeskripsikan upaya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV A SD Negeri Tlacap melalui penerapan model pembelajaran Kooperetaif tipe STAD.

1.6.2 Untuk meningkatkan keaktifan belajar IPA siswa kelas IV A SD Negeri Tlacap melalui penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD dari skor 1,98 (rendah) menjadi 3,75 (tinggi).


(27)

1.6.3 Untuk meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas IV A SD Negeri Tlacap melalui penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD dari nilai rata-rata 59,5 menjadi 70 dan dari persentase ketuntasan belajar 45,5% menjadi 70%.

1.5 Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai berikut: 1.5.1 Bagi guru

Memberikan referensi yaitu sebuah penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD dalam meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa.

1.5.2 Bagi sekolah

Menambah sumber bacaan dan referensi yang ada di sekolah tentang penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa.

1.5.3 Bagi peneliti lain

Memberi referensi PTK tentang penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD dalam meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa.

1.6 Definisi Operasional

1.6.1 Keaktifan belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan siswa kelas IV A SD Negeri Tlacap ketika mengikuti proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD.


(28)

1.6.2 Prestasi belajar adalah pengetahuan yang diperoleh siswa setelah mengikuti pembelajaran.

1.6.3 Model pembelajaran Kooperatif tipe STAD adalah model pembelajaran Kooperatif yang memiliki ciri khas pencapaian sebagai team dan dilakukan dengan langkah: a) pembagian kelompok, b) penyajian materi, c) kegiatan belajar dalam kelompok, d) kuis, dan e) pemberian penghargaan kelompok.

1.6.4 IPA merupakan mata pelajaran/muatan pelajaran pokok di dalam kurikulum di Indonesia yang mempelajari tentang alam semesta. Pada penelitian ini muatan pelajaran IPA difokuskan pada KD 3.4 Membedakan berbagai bentuk energi melalui pengamatan dan mendeskripsikan pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari.


(29)

9 BAB II

LANDASAN TEORI

Dalam bab II ini peneliti membahas tentang kajian pustaka, penelitian-penelitian terdahulu yang relevan, kerangka berpikir, hipotesis tindakan, dan analisis kelayakan hipotesis tindakan.

2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Keaktifan Belajar

2.1.1.1Pengertian Keaktifan Belajar

Keaktifan berasal dari kata dasar aktif. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:31), aktif berarti giat (bekerja, berusaha). Jadi, kaktifan dapat diartikan sebagai suatu hal atau keadaan di mana siswa dapat aktif. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:45), di dalam proses belajar, siswa selalu menampakkan keaktifan. Hal ini terjadi karena belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri. Dimyati dan Mudjiono juga menjelaskan bahwa keaktifan itu beraneka ragam bentuknya, dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan pengertian keaktifan belajar adalah suatu kondisi yang mengambarkan siswa aktif dalam kegiatan belajar. Kegiatan belajar yang dimaksud mencakup kegiatan fisik yang mudah diamati dan kegiatan psikis yang sulit diamati.


(30)

2.1.1.2Indikator Keaktifan Belajar

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:45), bentuk keaktifan dalam proses belajar beraneka ragam. Mulai dari kegiatan fisik yang mudah diamati dan kegiatan psikis yang susah diamati. Kegiatan fisik berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih keterampilan-keterampilan, dan sebagainya. Kegiatan psikis berupa memecahkan masalah, membandingkan satu konsep dengan yang lain, menyimpulkan hasil percobaan, dan sebagainya.

Keaktifan belajar menurut Dierich (dalam Yamin, 2007:84) dikelompokkan ke dalam delapan kelompok, yaitu kegiatan-kegiatan visual, lisan, mendengarkan, menulis, mengambar, kegiatan metrik, mental, emosional. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing kelompok:

1. Kegiatan-kegiatan visual berupa membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.

2. Kegiatan-kegiatan lisan dapat berupa mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu tujuan, mengajukan suatu kenyataan, membari saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan instrupsi.

3. Kegiatan-kegiatan mendengar berupa mendengar penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, dan mendengarkan radio.


(31)

4. Kegiatan-kegiatan menulis berupa menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisikan angket.

5. Kegiatan-kegiatan mengambar berupa mengambar, membuat grafik, diagram, dan pola.

6. Kegiatan metrik berupa melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, menari, dan berkebun.

7. Kegiatan-kegiatan mental berupa merenungkan, mengingatkan, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, melibatkan hubungan-hubungan, dan membuat keputusan.

8. Kegiatan-kegiatan emosional berupa minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti menyimpulkan indikator keaktifan belajar yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: 1) memperhatikan penjelasan/instruksi dari guru, 2) bertanya kepada guru/teman terkait dengan materi yang belum jelas, 3) mengemukakan gagasan, 4) mencatat instruksi/penjelasan dari guru, 5) turut serta dalam mengerjakan tugas, 6) membaca buku untuk memecahkan persoalan.

2.1.2 Prestasi Belajar 2.1.2.1Pengertian Belajar

Winkel (dalam Susanto, 2013:4) menyatakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif antara seseorang dengan


(32)

lingkungan dan menghasilkan perubahan pengetahuan, pemahaman, ketarampilan, dan nilai-nilai sikap yang bersifat relatif konstan dan berbekas. Perubahan yang dimaksud yaitu dari tidak tahu menjadi tahu. Sejalan dengan pendapat Winkel, Hamalik (2007:28) menyetakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Di dalam interaksi tersebut terjadi serangkaian pengalaman-pengalaman belajar.

Berbeda dengan pengertian di atas, Gagne (dalam Slameto, 2010:13) memberikan dua definisi tentang belajar. Pertama, belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku. Kedua, belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi. Menurut Syah (2003:63) belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan pengertian belajar merupakan suatu aktivitas berinteraksi dengan lingkungan yang dilakukan seseorang secara sadar guna memperoleh perubahan pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

2.1.2.2Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan Nasional, 2008:895) adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya). Sejalan dengan pengertian tersebut, Mulyasa (2014:189) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah menempuh kegiatan belajar. Kedua pernyataan


(33)

tersebut memiliki kesamaan yaitu menyatakan bahwa prestasi belajar merupakan suatu hasil.

Menurut Purwanto (2009:46), prestasi belajar adalah pencapaian tujuan belajar siswa pada saat mengikuti proses pembelajaran. Selanjutnya Winkel (dalam Masidjo, 1995:38) menjelaskah bahwa dalam penilaian prestasi belajar, guru menggunakan alat pengukur tes.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan pengertian prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai siswa dari kegiatan belajar. Hasil dari prestasi belajar dapat diukur menggunakan alat pengukur tes.

2.1.2.3Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Menurut Makmun (dalam Mulyasa, 2014:191) ada beberapa komponen yang berpengaruh terhadap prestasi belajar. Komponen-komponen tersebut antara lain: 1) masukan mental, menunjuk pada karakteristik individu yang mungkin dapat memudahkan atau justru menghambat proses pembelajaran, 2) masukan instrumental, menunjuk pada kualifikasi serta kelengkapan sarana yang diperlukan, seperti guru, metode, bahan atau sumber, dan program, dan 3) masukan lingkungan, yang menunjuk pada situasi, keadaan fisik dan suasana sekolah, serta hubungan dengan pengajar dan teman.

Penjelasan di atas menunjukkan bahwa prestasi belajar tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan hasil dari berbagai faktor yang melatarbelakangi. Menurut Mulyasa (2014:190) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu: 1) bahan atau materi yang dipelajari, 2) lingkungan, 3) faktor instrumental, dan 4) kondisi peserta didik. Faktor-faktor


(34)

tersebut baik secara terpisah maupun bersama-sama memberikan kontribusi tertentu terhadap prestasi belajar.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berupa kondisi peserta didik, dan faktor eksternal berupa bahan atau materi yang dipelajari, lingkungan, dan faktor instrumental (guru, metode, bahan, sumber belajar, dan lain sebagainya).

2.1.3 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 2.1.3.1Hakikat IPA

Ilmu pengetahuan alam sering disebut dengan istilah pendidikan sains dan disingkat menjadi IPA. IPA merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk pada jenjang sekolah dasar (Susanto, 2013:165). Selanjutnya Susanto menjelaskan bahwa IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapat suatu kesimpulan.

Selanjutnya BSPN (2006:484) menjelaskan bahwa IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu


(35)

peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

IPA diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu ilmu pengetahuan alam sebagai produk, proses, dan sikap (Susanto. 2013:167). IPA sebagai produk yaitu kumpulan hasil penelitian yang telah ilmuwan lakukan dan sudah membentuk konsep yang telah dikaji sebagai kegiatan empiris dan kegiatan analitis. Bentuk IPA sebagai produk yaitu fakta-fakta, prinsip, hukum, dan teori-teori IPA. Bentuk IPA sebagai proses, yaitu untuk menggali dan memahami pengetahuan tentang alam. IPA sebagai sikap, yaitu sikap ilmiah. Menurut Sulistyorini (dalam Susanto, 2013:169) ada sembilan aspek yang dikembangkan dari sikap ilmiah dalam IPA, yaitu sikap ingin tahu, ingin mendapatkan sesuatu yang baru, sikap kerja sama, tidak putus asa, tidak berprasangka, mawas diri, bertanggungjawab, berpikir bebas, dan kedisiplinan diri. Sikap ini dikembangkan melalui kegiatan-kegiatan siswa dalam pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA yaitu ada tiga, IPA sebagai produk, proses, dan sikap. IPA sebagai produk yaitu kumpulan fakta-fakta, prinsip, hukum, dan teori-teori IPA. IPA sebagai proses yaitu proses menemukan pengetahuan alam. IPA sebagai sikap yaitu sikap ilmiah.

2.1.3.2Pendekatan IPA di SD

SD Negeri Tlacap menggunakan kurikulum 2013, maka IPA diajarkan secara terpadu dengan muatan pelajaran lainnya. Dalam kurikulum 2013, pendekatan pembelajaran yang digunakan yaitu tematik integratif. Pendekatan tersebut digunakan dari kelas I sampai kelas VI. Pembelajaran tematik integratif


(36)

merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi muatan pelajaran ke dalam berbagai tema (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013:137).

Berdasarkan pendekatan ini maka terjadi reorganisasi KD muatan pelajaran yang mengintegrasikan konten muatan pelajaran IPA di kelas I, II, dan III ke dalam muatan pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, serta Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Di kelas IV, V, dan VI muatan pelajaran IPA tercantum dalam Struktur Kurikulum dan memiliki Kompetensi Dasar masing–masing. Untuk proses pembelajaran, Kompetensi Dasar IPA, sebagaimana Kompetensi Dasar muatan pelajaran lain, diintegrasikan ke dalam berbagai tema. Oleh karena itu, proses pembelajaran semua Kompetensi Dasar dari semua muatan pelajaran terintegrasi dalam berbagai tema.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan pendekatan IPA di SD yaitu pendekatan tematik integratif. Pendekatan ini diimplementasikan SD yang menerapkan kurikulum 2013. Pendekatan tematik integratif mengintegrasikan berbagai mata pelajaran dalam berbagai tema.

2.1.3.3Materi Pembelajaran IPA Kelas IV KD 3.4

Materi pembelajaran IPA kelas IV pada penelitian ini yaitu KD 3.4 Membedakan berbagai bentuk energi melalui pengamatan dan mendeskripsikan pemanfaatanya dalam kehidupan sehari-hari. Materi pembelajaran IPA kelas IV KD 3.4 yaitu sumber energi, perubahan energi, bentuk-bentuk energi alternatif, dan energi panas. Materi sumber energi difokuskan pada energi-energi yang ada


(37)

di sekitar siswa, seperti sumber energi panas, listrik, gerak, dan bunyi. Materi perubahan energi difokuskan pada perubahan-perubahan energi dalam kegiatan sehari-hari, seperti perubahan energi pada kegiatan mengeringkan ikan, menyetrika baju, dan lain-lain. Materi bentuk-bentuk energi alternatif difokuskan pada eergi matahari, energi angin, energi panas bumi, dan energi bio gas.

Selanjutnya materi energi panas difokuskan pada jenis perpindahan panas yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi. Selain itu, materi energi panas membahas tentang sifat hantaran panas, yaitu konduktor dan isolator. Materi-materi pembelajaran IPA di kelas IV yang telah dijelaskan di atas berupa fakta-fakta, prinsip, konsep, hukum-hukum alam, dan teori ilmiah. Hal ini sesuai dengan pendapat susanto yang menyatakan bahwa materi pelajaran IPA di SD berupa fakta-fakta, prinsip, konsep, hukum-hukum alam, dan teori ilmiah (Susanto, 2013:168). Susanto juga menjelaskan bahwa materi IPA di SD selama ini di anggap sulit oleh siswa. Hal tersebut terbukti dengan hasil perolehan Ujian Akhir Sekolah (UAS) yang dilaporkan oleh Depdiknas masih sangat jauh dari standar yang diharapkan.

Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa materi pembelajaran IPA di kelas IV KD 3.4 berisikan tentang sumber energi, perubahan energi, bentuk-bentuk energi alternatif, dan energi panas.

2.1.4 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran Kooperatif merupakan model pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam siswa dengan struktur kelompok


(38)

yang bersifat heterogen (Rusman, 2013:202). Model pembelajaran ini akan menciptakan sebuah interaksi yang lebih luas, yaitu interaksi dan komunikasi yang dilakukan antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan siswa dengan guru.

Sejalan dengan pengertian di atas, Johnson (dalam Isjoni, 2013:22) menyatakan bahwa pembelajaran Kooperatif mengandung arti bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama. Dalam kegiatan Kooperatif, siswa mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompok. Belajar Kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok itu.

Selanjutnya, Nurulhayati (dalam Rusman, 2013:203) menyatakan bahwa model pembelajaran Kooperatif adalah model pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam suatu kelompok kecil untuk saling berinteraksi. Dalam sistem belajar yang kooperatif, siswa belajar bekerja sama dengan anggota lainnya. Dalam model ini siswa memiliki dua tanggung jawab, yaitu mereka belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untuk belajar. Nurulhayati juga mengemukakan lima unsur dasar model pembelajaran Kooperatif, yaitu: 1) ketergantungan positif, 2) pertanggungjawaban individual, 3) kemampuan bersosialisasi, 4) tatap muka, dan 5) evaluasi proses kelompok.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan pengertian model pembelajaran Kooperatif adalah suatu model pembelajaran di mana siswa bekerja dalam kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam siswa untuk mencapai


(39)

tujuan pembelajanan bersama. Dalam pembelajaran kooperatif ditanamkan sikap saling kerja sama antara anggota kelompok.

2.1.5 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

2.1.5.1Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Model pembelajaran Kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) dikembangkan oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkin. Tipe ini merupakan salah satu tipe Kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai materi yang maksimal (Isjoni, 2013:74).

Menurut Huda (2013:201) STAD merupakan salah satu model pembelajaran Kooperatif yang di dalamnya beberapa kelompok kecil siswa dengan level kemampuan akademik yang berbeda-beda saling bekerja sama untuk menyelesaikan tujuan pembelajaran. Tidak hanya secara akademik, siswa juga dikelompokkan secara beragam berdasarkan gender, ras, dan etnis. Selanjutnya Huda menjelaskan dalam STAD, siswa diminta untuk membentuk kelompok heterogen yang masing-masing terdiri dari 4-6 anggota. Setelah itu melakukan empat tahap, yaitu pengajaran, tim studi, tes, dan rekognisi (penghargaan).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan pengertian model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan model pembelajaran Kooperatif yang di dalamnya siswa dikelompokkan menjadi kelompok kecil beranggotakan empat sampai enam siswa secara heterogen. Masing-masing kelompok melakukan


(40)

empat tahap yaitu tahap penyajian materi, tahap kegiatan kelompok, tahap tes individu, tahap pemberian penghargaan.

2.1.5.2Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Menurut Rusman (2011:215) langkah-langkah model pembelajaran Kooperatif tipe STAD, yaitu: 1) penyampaian tujuan dan motivasi, 2) pembagian kelompok, 3) presentasi guru, 4) kegiatan belajar dalam kelompok, 5) kuis (evaluasi), dan 6) penghargaan prestasi kelompok. Berbeda dengan pendapat tersebut, Huda (2013:203) menyebutkan langkah-langkah model pembelajaran Kooperatif tipe STAD dilakukan dengan empat langkah, yaitu: 1) pengajaran, 2) tim studi, 3) tes, dan 4) pemberian penghargaan. Selanjutnya menurut Slavin (dalam Isjoni, 2013:74), langkah model pembelajaran Kooperatif tipe STAD ada lima tahap, yaitu: 1) tahap penyajian materi, 2) tahap kegiatan kelompok, 3) tahap tes individu, 4) tahap perhitungan skor perkembangan individu, dan 5) tahap pemberian penghargaan kelompok.

Berdasarkan uraian di atas, penulis menyimpulkan langkah-langkah model pembelajaran Kooperatif tipe STAD ada lima langkah. Lima langkah tersebut dijelaskan pada halaman selanjutnya.

1. Pembagian kelompok

Siswa dibagi ke dalam kelompok kecil yang beranggotakan 4-5 siswa. Tiap kelompok memiliki anggota yang heterogen, baik jenis kelamin maupun tingkat prestasi belajar.


(41)

2. Penyajian materi

Guru menjadi fasilitator siswa untuk mendapatkan materi pelajaran dengan melibatkan siswa untuk bekerjasama, berdiskusi, wawancara, dan studi pustaka. Dalam menyajikan materi, guru dapat menggunakan media atau dengan demonstrasi.

3. Kegiatan belajar dalam kelompok

Siswa belajar dalam kelompok yang telah dibentuk. Melalui lembar kerja yang dibuat guru, siswa saling membatu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusi dengan anggota kelompok.

4. Kuis

Guru mengevaluasi siswa melalui pemberian kuis tentang materi yang telah dipelajari.

5. Pemberian penghargaan kelompok

Guru memeriksa hasil kuis dan diberi skor dengan rentang 0-100. Skor semua anggota dalam satu kelompok dijumlahkan kemudian dirata-rata. Kelompok yang memiliki skor rata-rata paling tinggi diberi penghargaan.

2.2 Penelitian-penelitian Terdahulu yang Relevan

Setiawan (2015) melakukan penelitian yang berjudul Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar IPS Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Siswa Kelas IV A SD Negeri Denggung. Dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD ada peningkatan keaktifan belajar,


(42)

dari persentase jumlah siswa yang aktif pada kondisi awal 19,99% (rendah) menjadi 56,73% pada siklus I dan meningkat lagi menjadi 72,65% (tinggi) pada siklus II. Selain itu, prestasi belajar siswa meningkat, dilihat dari kondisi awal nilai rata-rata ulangan 42,83 menjadi 62,57 pada siklus I dan meningkat lagi menjadi 75 pada siklus II.

Romadi (2012) melakukan penelitian yang berjudul Peningkatan Prestasi Belajar Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik STAD dalam Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas IV SD Muhammadiyah Bendo Kulon Progo Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012. Dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD prestasi belajar siswa meningkat dari kondisi awal nilai rata-rata kelas 61,72 menjadi 66,05 pada siklus I dan meningkat lagi menjadi 87,37 pada siklus II.

Dewi (2012) melakukan penelitian yang berjudul Peningkatan Minat dan Hasil Belajar IPS Melalui Pendekatan Cooperative Learning Tipe STAD pada Siswa Kelas V SD Kanisius Totogan Tahun Pelajaran 2011/2012. Dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD ada peningkatan minat belajar siswa, dari persentase jumlah siswa yang minat pada siklus I 71,2% meningkat menjadi 80,8% pada siklus II. Selain itu, prestasi belajar siswa meningkat, dilihat dari persentase jumlah siswa yang mencapai KKM yaitu 63,64% pada siklus I meningkat menjadi 77,2% pada siklus II.

Arinta (2012) melakukan penelitian yang berjudul Peningkatan Minat dan Kemampuan Belajar Mengguanakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Materi Hitung Campuran Bilangan Bulat pada Siswa Kelas IV SDN 2 Sungapan


(43)

Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012. Dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD ada peningkatan minat belajar siswa, dari skor rata-rata minat pada kondisi awal 6 (rendah) meningkat menjadi 10,69 (cukup) pada siklus I kemudian meningkat lagi menjadi 12,80 (tinggi) pada siklus II. Selain itu, kemampuan belajar siswa meningkat, dilihat dari persentase nilai siswa yang mencapai KKM pada kondisi awal yaitu 18,91% meningkat menjadi 61,11% pada siklus I dan meningkat lagi menjasi 88,89% pada siklus II.

Handrianto (2013) melakukan sebuah penelitian yang berjudul Peningkatan Keaktifan, Motivasi, dan Prestasi Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Mata Pelajaran IPS Kelas V SDN Kalongan Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013. Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ada peningkatan keaktifan siswa, dilihat dari persentrase siswa yang aktif pada kondisi awal yaitu 25,46% meningkat menjadi 71,30%. Selain itu, motivasi belajar siswa meningkat, dilihat dari skor rata-rata pada kondisi awal yaitu 63,80 (cukup) meningkat menjadi 86,44 (sangat tinggi). Kemudian prestasi belajar siswa juga meningkat, dilihat dari rata-rata nilai siswa pada kondisi awal 63,35 meningkat menjadi 80,11.

Kurniawati (2012) melakukan penelitian yang berjudul Peningkatan Prestasi Belajar Siswa dalam Mata Pelajaran IPA Materi Organ Pencernaan pada Manusia Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievemen Divisions) Siswa Kelas V di SD Kalibawang Semester Ganjil

Tahun Ajaran 2011/2012. Dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD ada peningkatan prestasi belajar siswa, dilihat dari persentase jumlah


(44)

siswa yang mencapai KKM pada siklus I yaitu 69,23% dan meningkat pada siklus II yaitu 100%.

Gambar 2.1 Bagan Literatur Penelitian yang Relevan Setiawan (2015)

melakukan penelitian yang berjudul Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar IPS

Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe STAD pada Siswa Kelas IV A SD Negeri

Denggung. Romadi (2012) melakukan penelitian yang berjudul Peningkatan Prestasi Belajar Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik STAD dalam Mata Pelajaran IPS Siswa

Kelas IV SD Muhammadiyah Bendo Kulon Progo Semester II

Tahun Pelajaran 2011/2012.

Dewi (2012) melakukan penelitian yang berjudul Peningkatan Minat dan

Hasil Belajar IPS Melalui Pendekatan Cooperative Learning Tipe STAD pada Siswa

Kelas V SD Kanisius Totogan Tahun Pelajaran

2011/2012.

Arinta (2012) melakukan penelitian yang berjudul

Peningkatan Minat dan Kemampuan Belajar Mengguanakan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe STAD Materi Hitung Campuran Bilangan Bulat pada Siswa Kelas IV SDN 2

Sungapan Semester Genap Tahun Pelajaran

2011/2012.

Handrianto (2013) melakukan sebuah penelitian yang berjudul

Peningkatan Keaktifan, Motivasi, dan Prestasi Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Kooperatif

Tipe STAD pada Mata Pelajaran IPS Kelas V

SDN Kalongan Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013. Kurniawati (2012) melakukan penelitian yang berjudul Peningkatan Prestasi Belajar Siswa dalam Mata Pelajaran IPA

Materi Organ Pencernaan pada Manusia Menggunakan

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

(Student Teams Achievemen Divisions)

Siswa Kelas V di SD Kalibawang Semester

Ganjil Tahun Ajaran 2011/2012.

Yang diteliti:

Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar IPA pada Siswa Kelas IV A SD Negeri Tlacap Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD


(45)

Penelitian-penelitian yang relevan tersebut memiliki persamaan dalam menerapkan model pembelajarannya, yaitu menerapkan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD. Model pembelajaran tersebut digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini. Kekhasan penelitian ini adalah peneliti melakukan penelitian menerapkan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD pada siswa kelas IV A SD Negeri Tlacap dengan muatan pelajaran IPA KD 3.4 Membedakan berbagai bentuk energi melalui pengamatan dan mendeskripsikan pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian sebelumnya digunakan sebagai gambaran kepada peneliti agar penelitian ini berjalan lebih baik. Peneliti melihat bagaimana penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD di kurikulum 2013. Selain itu peneliti juga melihat tentang langkah-langkah penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD, RPP, dan instrumen yang digunakan dalam penelitian yang menerapkan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD.

2.3 Kerangka Berpikir

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah salah satu muatan pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar (SD) baik dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) maupun kurikulum 2013. IPA memiliki peranan yang sangat penting bagi kehidupan siswa. Namun pada kenyataannya, proses pembelajaran IPA masih lemah, guru belum menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan karakter materi pelajaran dan siswa tidak aktif dalam pembelajaran IPA. Hal ini dibuktikan dengan hasil observasi dan kuesioner keaktifan belajar siswa yag dilaksanakan pada hari Selasa, 22 September 2015. Rata-rata skor keaktifan


(46)

belajar siswa yaitu 1,98 termasuk dalam kategori rendah. Selain itu, prestasi belajar siswa pada muatan pelajaran IPA rendah. Rata-rata nilai ulangan siswa pada muatan pelajaran IPA KD 3.4 Membedakan berbagai bentuk energi melalui pengamatan dan mendeskripsikan pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari, kelas IV A SD Negeri Tlacap tahun pelajaran 2014/2016 yaitu 59,5. Dari 20 siswa hanya 45,5 % siswa yang mencapai KKM dan 54,5% siswa masih bawah KKM. Maka dibutuhkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa.

Salah satu model pembelajaran yang dapat mengatasi masalah di atas yaitu model pembelajaran Kooperatif tipe STAD. Dalam pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD, siswa dibagi menjadi kelompok yang beranggotakan empat sampai enam siswa. Dalam kelompok tersebut siswa akan aktif dalam membantu satu sama lain guna memperoleh hadiah (achievement). Selain itu, model ini ungul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit dan dapat meningkatkan prestasi belajar. Langkah-langkah model pembelajaran Kooperatif tipe STAD, yaitu pembagian kelompok, penyajian materi, kegiatan belajar dalam kelompok, kuis, dan pemberian penghargaan kelompok.

Gambar kerangka berpikir penelitian ini dapat dilihat pada lembar selanjutnya.


(47)

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir

2.4 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, dan kajian pustaka, peneliti merumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut:

2.4.1 Upaya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA melalui penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD pada siswa kelas IV A SD Negeri Tlacap dilakukan dengan langkah: a) pembagian kelompok, b) penyajian materi, c) kegiatan belajar dalam kelompok, d) kuis, dan e) pemberian penghargaan kelompok.

2.4.2 Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan keaktifan belajar IPA siswa kelas IV A SD Negeri Tlacap dari skor 1,98 (rendah) menjadi 3,75 (tinggi).

2.4.3 Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas IV A SD Negeri Tlacap dari nilai rata-rata 59,5 menjadi 70 dan dari persentase ketuntasan belajar 45,5% menjadi 70%.

Tujuan:

1. Meningkatkan keaktifan belajar siswa.

2. Meningkatkan prestasi belajar IPA KD 3.4. Kondisi Akhir:

1. Keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran IPA meningkat.

2. Prestasi belajar siswa pada IPA KD 3.4 meningkat.

Kondisi Awal: 1. Keaktifan belajar siswa pada

pembelajaran IPA masih rendah. 2. Prestasi belajar siswa pada muatan

pelajaran IPA KD 3.4 masih rendah.

Tindakan: Menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran IPA KD 3.4.


(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam bab III ini peneliti membahas tentang jenis penelitian, setting penelitian, rencana tindakan, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, kisi-kisi soal, validitas dan reliabilitas instrumen, analisis data, dan kriteria keberhasilan.

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara merencanakan, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerja sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat (Kusuma & Dwitagama, 2011:9). Kunandar, (2011:46) menjelaskan PTK adalah sebuah bentuk kegiatan refleksi diri yang dilakukan oleh para pelaku pendidikan dalam suatu situasi pendidikan untuk memperbaiki praktik-praktik kependidikan, memahami tentang praktik yang dilakukan, dan situasi-situasi di mana praktik itu dilakukan.

Sejalan dengan pendapat Kunandar, Suyanto (dalam Muslich, 2009:9) menyatakan bahwa PTK adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara profesional. Sedangkan menurut Hopkins (dalam Arifin, 2011:97), PTK adalah penilitian untuk perubahan dan perbaikan yang dilakukan di ruang kelas.


(49)

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa PTK adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan tujuan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas.

Model PTK yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Kemmis dan McTaggart yang terlihat seperti gambar di bawah ini.

Gambar 3.1 Siklus PTK Menurut Kemmis & McTaggart

Pada model Kemmiss & McTaggart di atas terdapat komponen perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Berikut penjelasan masing-masing komponen menurut Kusuma & Dwitagama (2011:39-40):

1. Perencanaan

Perencanaan dibagi menjadi dua yaitu perencanaan umum dan khusus. Perencaaan umum yaitu menyusun rancangan yang meliputi

1. Perencanaan

4. Refleksi Siklus I

3. Observasi

2. Pelaksanaan

1. Perencanaan

4. Refleksi Siklus

3. Observasi


(50)

keseluruhan aspek. Perencanaan khusus yaitu menyusun rancangan per siklus.

2. Pelaksanaan

Pelaksanaan merupakan realisasi tindakan yang sudah direncanakan. Peneliti sebisa mungkin harus melaksanakan tindakan sesuai dengan apa yang telah direncanakan.

3. Observasi

Observasi dapat dilakukan sendiri oleh peneliti. Observasi dilaksanakan dengan tidak menganggu kegiatan belajar mengajar. Observasi dilaksanakan bersama dengan pelaksanaan tindakan.

4. Refleksi

Refleksi pada prinsipnya adalah kegiatan merenung atau memikirkan sesuatu sebagai upaya evaluasi. Refleksi dilakukan setelah melakukan tindakan.

3.2 Setting Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian

PTK ini dilaksanakan di SD Negeri Tlacap yang beralamat di Jl. Tlacap Pendowoharjo, Sleman DI Yogyakarta.

3.2.2 Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV A SD Negeri Tlacap tahun pelajaran 2015/2016. Siswa berjumlah 18 siswa yang terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan.


(51)

3.2.3 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA melalui penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD.

3.2.4 Jadwal Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam waktu delapan bulan yaitu pada tahun pelajaran 2015/2016 di bulan Juli 2015 sampai Februari 2016. Jadwal penelitian yang telah peneliti rancang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

No. Kegiatan

Waktu

Juli Agu Sept Okt Nov Des Jan Feb 1. Persiapan mengurus

perijinan

2. Pengumpulan data untuk kondisi awal

3. Penyiapan perangkat pembelajaran

4. Pengumpulan data siklus I 5. Pengumpulan data siklus II 6. Analisis data

7. Penyusunan laporan penelitian

8. Ujian skripsi

3.3 Rencana Tindakan

Rencana penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan sebanyak dua kali pembelajaran.


(52)

3.3.1 Persiapan

Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan persiapan-persiapan sebagai berikut:

3.3.1.1Mengurus perijinan kepada Kepala Sekolah SD Negeri Tlacap. Perijinan ini dilaksanakan bersama dengan perijinan kegiatan PPL.

3.3.1.2Mencari data kondisi awal. Kegiatan ini dilakukan dengan wawancara dengan guru kelas, observasi dokumen nilai ulangan, observasi kondisi kelas sebelum diberi tindakan, dan penyebaran kuesioner.

3.3.1.3Mengidentifikasi dan merumuskan masalah yang ada.

3.3.1.4Mengkaji kompetensi inti, kompetensi dasar, dan materi pokok.

3.3.1.5Menyusun instrumen penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu lembar observasi keaktifan belajar, kuesioner keaktifan belajar, dan soal evaluasi.

3.3.1.6Menyusun silabus, RPP, LKS, dan instrumen penilaian.

3.3.1.7Menyiapkan alat peraga atau media pembelajaran dan penghargaan. 3.3.2 Rencana Setiap Siklus

3.3.2.1Siklus I

Siklus satu dilakukan dalam dua kali pertemuan. Muatan pelajaran IPA diintegrasikan dengan muatan pelajaran lain, sesuain dengan pendekatan pada kurikulum 2013. Tahapan pelaksanaan tindakan pada siklus I dapat dilihat pada halaman selanjutnya.


(53)

1. Perencanaan Tindakan

Pada tahap ini peneliti merancang tindakan yang akan dilakukan pada siklus I. Rencana yang akan dilaksanakan yaitu: a) menyiapkan perangkat pembelajaran, yaitu silabus, RPP dengan menerapkan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD, LKS, soal evaluasi, media, dan penghargaan dan b) menyiapkan instrumen penelitian yaitu lembar observasi dan kuesioner. 2. Pelaksanaan Tindakan

a. Pertemuan 1

Pembelajaran pada pertemuan 1 yaitu pada tema 2. Selalu Berhemat Energi, subtema 1. Macam-macam Sumber Energi, dan pembelajaran ke-1. Muatan pelajaran IPA dengan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD akan difokuskan pada penggalan 1 dan 2. Berikut uraian kegiatan siklus I pertemuan 1.

1) Kegiatan awal

Pada kegiatan awal peneliti yang bertindak sebagai guru (pengajar), membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, mengajak siswa berdoa, menanyakan kabar, mengadakan presensi, apersepsi, orientasi, dan motivasi. Hal tersebut dilakukan agar siswa siap melaksanakan kegiatan selama pembelajaran, baik secara fisik maupun psikis.

2) Kegiatan Inti

Pada kegiatan inti, guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah model pembelajaran Koperatif tipe STAD


(54)

dan pendekatan saintifik. Langkah pertama pada kegiatan inti yaitu pembagian kelompok secara heterogen. Guru membagi siswa ke dalam kelompok kecil yang berjumlah 4-5 siswa. Langkah kedua, yaitu guru menyajikan materi melalui kegiatan mengamati, menanya, dan menalar. Pada kegiatan mengamati, siswa mengati gambar “Kegiatan di Pantai”. Pada kegiatan menanya, guru meminta siswa untuk mengajukan pertanyaan dari apa yang telah siswa amati. Pada kegiatan menalar, siswa bersama kelompok mengumpulkan informasi dengan melakukan studi pustaka dan wawancara tentang sumber-sumber energi, bentuk energi, dan perubahan energi.

Selanjutnya langkah ketiga, yaitu kegiatan belajar dalam kelompok. Pada tahap ini, siswa berdiskusi bersama kelompok menyebutkan sumber energi dan bentuk energi, selain itu siswa mengidentifikasi perubahan energi. Setelah itu siswa bersama kelompok melakukan sebuah percobaan tentang perubahan energi panas dan menulis laporan hasil percobaan. Dalam kegiatan ini, siswa dituntut untuk ikut serta dalam mengerjakan tugas kelompok dan aktif membaca buku untuk memecahkan masalah. Setelah siswa selesai mengerjakan tugas kelompok, siswa mengkomunikasikan hasil diskusi kelompok secara bergantian.

Langkah keempat, yaitu kuis. Pada tahap ini, siswa menjawab beberapa soal yang diberikan guru. Siswa yang menjawab benar


(55)

akan memperoleh skor 1. Skor yang diperoleh masing-masing siswa dijumlahkan bersama anggota kelompoknya. Kelompok yang memperoleh skor paling banyak memperoleh poin.

Langkah kelima, yaitu pemberian penghargaan kelompok. Guru menghitung poin tiap kelompok. Kelompok yang memperoleh poin paling banyak memperoleh hadiah dari guru. 3) Kegiatan Akhir

Pada kegiatan akhir, guru meminta siswa untuk menyimpulkan pembelajaran, memberi apresiasi kepada siswa, mengajukan beberapa pertanyaan untuk mengetahui ketercapaian indikator, dan meminta siswa membuat refleksi. Selanjutnya guru meminta siswa untuk mengisi kuesioner, berdoa, dan mengucapkan salam.

b. Pertemuan 2

Pembelajaran pada pertemuan 2 yaitu pada tema 2. Selalu Berhemat Energi, subtema 1. Macam-macam Sumber Energi, dan pembelajaran ke-2. Muatan pelajaran IPA dengan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD akan difokuskan pada penggalan 1 dan 2. Berikut uraian kegiatan siklus I pertemuan 2.

1) Kegiatan awal

Pada kegiatan awal peneliti yang bertindak sebagai guru (pengajar), membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, mengajak siswa berdoa, menanyakan kabar, mengadakan presensi, apersepsi, orientasi, dan motivasi. Hal tersebut dilakukan agar


(56)

siswa siap melaksanakan kegiatan selama pembelajaran, baik secara fisik maupun psikis.

2) Kegiatan Inti

Pada kegiatan inti, guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah model pembelajaran Koperatif tipe STAD dan pendekatan saintifik. Langkah pertama pada kegiatan inti yaitu pembagian kelompok secara heterogen. Guru membagi siswa ke dalam kelompok kecil yang berjumlah 4-5 siswa. Langkah kedua, yaitu guru menyajikan materi melalui kegiatan mengamati, menanya, dan menalar. Pada kegiatan mengamati, siswa mengamati gambar energi alternatif. Pada kegiatan menanya, siswa membuat pertanyaan tentang bentuk dan pemanfaatan energi alternatiff. Pada kegiatan menalar, siswa membaca informasi mengenai energi alternatif untuk menemukan jawaban dari pertanyaan yang telah dibuat.

Selanjutnya langkah ketiga, yaitu kegiatan belajar dalam kelompok. Pada tahap ini, siswa mencoba membuat peta pikiran mengenai energi alternatif. Selanjutnya siswa melakukan percobaan tentang energi alternatif dan menulis laporan hasil percobaan. Dalam kegiatan ini, siswa dituntut untuk ikut serta dalam mengerjakan tugas kelompok dan aktif membaca buku untuk memecahkan masalah. Setelah selesai, siswa mempresentasikan hasil laporan di depan kelas.


(57)

Langkah keempat, yaitu kuis. Pada tahap ini, siswa menjawab beberapa soal yang diberikan guru. Siswa yang menjawab benar akan memperoleh skor 1. Skor yang diperoleh masing-masing siswa dijumlahkan bersama anggota kelompoknya. Kelompok yang memperoleh skor paling banyak memperoleh poin.

Langkah kelima, yaitu pemberian penghargaan kelompok. Guru menghitung poin tiap kelompok. Kelompok yang memperoleh poin paling banyak memperoleh hadiah dari guru. 3) Kegiatan Akhir

Pada kegiatan akhir, guru meminta siswa untuk menyimpulkan pembelajaran, memberi apresiasi kepada siswa, mengajukan beberapa pertanyaan untuk mengetahui ketercapaian indikator, dan meminta siswa membuat refleksi. Selanjutnya guru membagikan soal evaluasi siklus I. Kemudian guru meminta siswa untuk mengisi kuesioner, berdoa, dan mengucapkan salam.

3. Observasi

Dua hal yang diobservasi yaitu proses pembelajaran dan hasil peningkatan keaktifan dan prestasi belajar. Observasi proses pembelajaran dilakukan dengan mencatat kendala-kendala selama pembelajaran berlangsung. Observasi hasil peningkatan keaktifan belajar dilakukan dengan melihat hasil lembar observasi dan kuesioner, selain itu peningkatan prestasi belajar dilakukan dengan melihat peningkatan hasil tes evaluasi.


(58)

4. Refleksi

Proses pembelajaran dan hasil belajar siswa merupakan dua hal yang akan direfleksi oleh peneliti. Refleksi proses pembelajaran dilakukan untuk mengevaluasi kendala-kendala dan pencapaian proses pembelajaran yang pada siklus I. Refleksi hasil belajar dilakukan dengan merefleksi keaktifan belajar siswa dengan menganalisa hasil keaktifan belajar yang dicapai pada siklus I dengan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan sebelumnya. Kemudian merefleksi hasil belajar IPA KD 3.4 dengan menganalisa hasil tes yang telah dilakukan pada siklus I. Setelah itu mengambil keputusan untuk melanjutkan siklus.

3.3.2.2Siklus II

Siklus dua dilakukan dalam dua kali pertemuan. Muatan pelajaran IPA diintegrasikan dengan muatan pelajaran lain, sesuain dengan pendekatan pada kurikulum 2013. Tahapan pelaksanaan tindakan adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan Tindakan

Pada tahap ini peneliti merancang tindakan yang akan dilakukan pada siklus II berdasarkan hasil refleksi pada siklus I. Rencana yang akan dilaksanakan yaitu: a) menyiapkan perangkat pembelajaran, yaitu silabus, RPP dengan menerapkan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD, LKS, soal evaluasi, media, dan penghargaan dan b) menyiapkan instrumen penelitian yaitu lembar observasi dan kuesioner.


(59)

2. Pelaksanaan Tindakan a. Pertemuan 1

Pembelajaran pada pertemuan 1 yaitu pada tema 2. Selalu Berhemat Energi, subtema 2. Pemanfaatan Energi, dan pembelajaran ke-5. Muatan pelajaran IPA dengan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD akan difokuskan pada penggalan 1. Berikut uraian kegiatan siklus II pertemuan 1.

1) Kegiatan awal

Pada kegiatan awal peneliti yang bertindak sebagai guru (pengajar), membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, mengajak siswa berdoa, menanyakan kabar, mengadakan presensi, apersepsi, orientasi, dan motivasi. Hal tersebut dilakukan agar siswa siap melaksanakan kegiatan selama pembelajaran, baik secara fisik maupun psikis.

2) Kegiatan Inti

Pada kegiatan inti, guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah model pembelajaran Koperatif tipe STAD dan pendekatan saintifik. Langkah pertama pada kegiatan inti yaitu pembagian kelompok secara heterogen. Guru membagi siswa ke dalam kelompok kecil yang berjumlah 4-5 siswa. Langkah kedua, yaitu guru menyajikan materi melalui kegiatan mengamati, menanya, dan menalar. Pada kegiatan mengamati, siswa mengati gambar minyak Jarak. Pada kegiatan menanya, guru dan siswa


(60)

bertanya jawab tentang energi alternatif yang ada di gambar. Pada kegiatan menalar, siswa menalar manfaat energi alternatif dengan melakukan studi pustaka atau wawancara.

Selanjutnya langkah ketiga, yaitu kegiatan belajar dalam kelompok. Pada tahap ini, siswa mencoba melakukan percobaan tentang perpindahan panas secara konduksi, konveksi, dan radiasi. Selanjutnya siswa mencoba menulis hasil laporan percobaan tersebut. Dalam kegiatan ini, siswa dituntut untuk ikut serta dalam mengerjakan tugas kelompok dan aktif membaca buku untuk memecahkan masalah. Setelah siswa selesai mengerjakan tugas kelompok, siswa mengkomunikasikan hasil percobaan di depan kelas.

Langkah keempat, yaitu kuis. Pada tahap ini, siswa menjawab beberapa soal yang diberikan guru. Siswa yang menjawab benar memperoleh skor 1. Skor yang diperoleh masing-masing siswa dijumlahkan bersama anggota kelompoknya. Kelompok yang memperoleh skor paling banyak memperoleh poin.

Langkah kelima, yaitu pemberian penghargaan kelompok. Guru menghitung poin tiap kelompok. Kelompok yang memperoleh poin paling banyak memperoleh hadiah dari guru. 3) Kegiatan Akhir

Pada kegiatan akhir, guru meminta siswa untuk menyimpulkan pembelajaran, memberi apresiasi kepada siswa,


(61)

mengajukan beberapa pertanyaan untuk mengetahui ketercapaian indikator, dan meminta siswa membuat refleksi. Selanjutnya guru meminta siswa untuk mengisi kuesioner, berdoa, dan mengucapkan salam.

b. Pertemuan 2

Pembelajaran pada pertemuan 2 yaitu pada tema 2. Selalu Berhemat Energi, subtema 2. Pemanfaatan Energi, dan pembelajaran ke-6. Muatan pelajaran IPA dengan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD akan difokuskan pada penggalan 1. Berikut uraian kegiatan siklus II pertemuan 2.

1) Kegiatan awal

Pada kegiatan awal peneliti yang bertindak sebagai guru (pengajar), melakukan kegiatan menyapa siswa dengan mengucapkan salam, menanyakan kegiatan pada saat istirahat, apersepsi, orientasi, dan motivasi. Hal tersebut dilakukan agar siswa siap melaksanakan kegiatan selama pembelajaran, baik secara fisik maupun psikis.

2) Kegiatan Inti

Pada kegiatan inti, guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah model pembelajaran Koperatif tipe STAD dan pendekatan saintifik. Langkah pertama pada kegiatan inti yaitu pembagian kelompok secara heterogen. Guru membagi siswa ke dalam kelompok kecil yang berjumlah 4-5 siswa. Langkah kedua,


(62)

yaitu guru menyajikan materi melalui kegiatan mengamati, menanya, dan menalar. Pada kegiatan mengamati, siswa gambar jenis perpindahan panas. Pada kegiatan menanya, guru dan siswa bertanya jawab tentang tentang perpindahan panas berdasarkan gambar. Pada kegiatan menalar, siswa melakukan studi pustakan dan wawancara untuk mengumpulkan informasi tentang perpindahan panas dan sifat hantaran panas.

Selanjutnya langkah ketiga, yaitu kegiatan belajar dalam kelompok. Pada tahap ini, siswa mencoba menjawab soal-soal yang ada pada LKS. Dalam kegiatan ini, siswa dituntut untuk ikut serta dalam mengerjakan tugas kelompok dan aktif membaca buku untuk mencari jawaban. Setelah siswa selesai mengerjakan tugas kelompok, siswa mengkomunikasikan hasil diskusi kelompok secara bergantian.

Langkah keempat, yaitu kuis. Pada tahap ini, siswa menjawab beberapa soal yang diberikan guru. Siswa yang menjawab benar memperoleh skor 1. Skor yang diperoleh masing-masing siswa dijumlahkan bersama anggota kelompoknya. Kelompok yang memperoleh skor paling banyak memperoleh poin.

Langkah kelima, yaitu pemberian penghargaan kelompok. Guru menghitung poin tiap kelompok. Kelompok yang memperoleh poin paling banyak memperoleh hadiah dari guru.


(63)

3) Kegiatan Akhir

Pada kegiatan akhir, guru meminta siswa untuk menyimpulkan pembelajaran, memberi apresiasi kepada siswa, mengajukan beberapa pertanyaan untuk mengetahui ketercapaian indikator, dan meminta siswa membuat refleksi. Selanjutnya guru membagikan soal evaluasi siklus II. Kemudian guru meminta siswa untuk mengisi kuesioner, berdoa, dan mengucapkan salam.

3. Observasi

Dua hal yang diobservasi yaitu proses pembelajaran dan hasil peningkatan keaktifan dan prestasi belajar. Observasi proses pembelajaran dilakukan dengan mencatat kendala-kendala selama pembelajaran berlangsung. Observasi hasil peningkatan keaktifan belajar dilakukan dengan melihat hasil lembar observasi dan kuesioner, selain itu peningkatan prestasi belajar dilakukan dengan melihat peningkatan hasil tes evaluasi.

4. Refleksi

Proses pembelajaran dan hasil belajar siswa merupakan dua hal yang akan direfleksi oleh peneliti. Refleksi proses pembelajaran dilakukan untuk mengevaluasi kendala-kendala dan pencapaian proses pembelajaran yang pada siklus II. Refleksi hasil belajar dilakukan dengan merefleksi keaktifan belajar siswa dengan menganalisa hasil keaktifan belajar yang dicapai pada siklus II dengan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan sebelumnya. Kemudian merefleksi hasil belajar IPA KD 3.4 dengan


(64)

menganalisa hasil tes yang telah dilakukan pada siklus II. Setelah itu mengambil keputusan untuk menghentikan siklus sesuai dengan rencana yang telah ditentukan di awal.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi wawancara, dokumentasi, observasi, kuesioner, dan tes. Pada kondisi awal yaitu sebelum dilaksanakan siklus I, teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara, dokumentasi, observasi, dan kuesioner. Sedangkan, teknik pengumpulan data di siklus I dan siklus II adalah observasi, kuesioner, dan tes. Uraian dari masing-masing teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut:

3.4.1 Wawancara

Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara lisan (Kusumah & Dwitagama, 2011:77). Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terencana. Wawancara terencana adalah jenis wawancara yang dilaksanakan secara formal yang dilaksanakan secara terencana baik mengenai waktu pelaksanaannya, tempat, dan topik yang akan dibicarakan (Sanjaya, 2011:97). Wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data kondisi awal yaitu sebelum siklus I dilaksanakan.

3.4.2 Dokumentasi

Dokumen adalah catatan peristiwa yang sudah berlalu (Sugiyono, 2011:326). Teknik ini digunakan untuk memperoleh data nilai siswa di


(1)

(2)

LAMPIRAN 15


(3)

Mencari Informasi (Penyajian Materi)

Kegiatan Belajar dalam Kelompok

Kegiatan Belajar dalam Kelompok Melakukan Percobaan

(Kegiatan Belajar dalam Kelompok)

Melakukan Percobaan

(Kegiatan Belajar dalam Kelompok)


(4)

Kuis Pemberian Penghargaan (Poin)

Pemberian Penghargaan (Hadiah) Mengerjakan Soal Evaluasi Siklus I

Siklus II

Diskusi Kelompok (Penyajian Materi)


(5)

Melakukan Percobaan (Kegiatan Belajar dalam kelompok)

Presentasi Hasil Kerja Siswa

Kuis Pemberian Penghargaan (Poin)


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Dewi Agustina lahir di Temanggung, 5 Agustus 1994. Anak ketiga dari empat bersaudara, dari Bapak Suwoyo dan Ibu Sampun. Tinggal di Kalipan Timur RT. 01 RW. 05 Gondangwayang, Kedu, Temanggung. Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diperoleh di SD Negeri 1 Bojonegoro pada tahun 2000. Kemudian meneruskan pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 1 Parakan pada tahun 2006. Setelah lulus kemudian melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di SMK Negeri Jumo pada tahun 2009. Hingga akhirnya setelah lulus SMK memutuskan untuk menempuh Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada tahun 2012. Masa pendidikan di Universitas Sanata

Dharma diakhiri dengan menulis skripsi yang berjudul “Peningkatan Keaktifan

dan Prestasi Belajar IPA pada Siswa Kelas IV A SD Negeri Tlacap Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD”. Pengalaman yang penulis peroleh selama menempuh pendidikan S1 diantaranya pengalaman mengajar Pramuka, Bimbingan Belajar (Bimbel), Program Pengakraban dengan Lingkungan (Probaling), dan Program pengalaman Lapangan (PPL).


Dokumen yang terkait

Peningkatan kerjasama dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Weroharjo melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD tahun ajaran 2016/2017.

0 0 232

Peningkatan kerjasama dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Karangmloko 1 tahun pelajaran 2016/2017 melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

0 0 2

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas VB SD K Sengkan melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

0 1 304

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas V B SD Negeri Tlacap melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

1 2 314

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Ungaran 1 melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

0 7 402

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Nanggulan melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

0 2 305

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD N Petinggen melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

1 1 355

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Sarikarya melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

0 9 245

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD kelas IV di SDN Srumbung 02.

0 3 354

Peningkatan kerjasama dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Weroharjo melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD tahun ajaran 2016 2017

0 0 230