Validasi Tata Cara Penelitian

b. Pembuatan Cairan Pemfermentasi EM-4. Sebanyak 10 mL larutan EM-4 dilarutkan ke dalam 1000 mL air. c. Perlakuan Sampel. Sampel daun murbei sebanyak kurang lebih 2,5 g bobot kering untuk tiap-tiap hari perlakuan disemprot dengan larutan Pb 10 µgmL sambil dibolak-balik dan dianginkan untuk sementara waktu sampai sampel diperkirakan sudah kering. Setelah itu sampel dimasukkan ke dalam ember yang berisi cairan pemfermentasi EM-4. Pengambilan sampel dilakukan pada hari ke-0 blangko, 1, 2, 3, 4, 5, 6, sampai hari ke-7. d. Penetapan kadar Pb dalam air. Sampel diambil sebanyak 10 mL pada hari ke-0 blangko, 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7, kemudian disaring dengan menggunakan kertas saring Whatman yang telah dijenuhkan dengan HNO 3 1 M. Kertas saring Whatman kemudian diletakkan pada bagian dalam corong Buchner yang diletakkan pada labu hisap dan kemudian dihubungkan dengan pompa vakum. Untuk mengantisipasi adanya sampel yang tertinggal di dalam bekker gelas dan kertas saring, HNO 3 0,1 M dituangkan ke dalam bekker gelas kemudian dituang kembali ke labu ukur melewati kertas saring. Sedangkan untuk menghindari adanya sampel yang tertinggal pada labu hisap, HNO 3 1 M dituangkan kembali ke dalam labu hisap. Lakukan prosedur ini sebanyak dua kali sampai tidak ada sampel yang tertinggal di labu hisap. Setelah sampel tersaring semua, sampel dituang ke dalam labu ukur 10 mL. Tambahkan HNO 3 1 M hingga batas tanda. Dilakukan dua kali replikasi. e. Penetapan kadar Pb dalam Daun murbei. Diambil sampel untuk tiap- tiap hari perlakuan yang meliputi hari ke-0 blangko, 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer 100 mL. Ditambahkan 7,5 mL H 2 SO 4 pekat, 12,5 mL HNO 3 pekat ke dalam masing-masing erlenmeyer kemudian pada bagian mulut erlenmeyer diletakkan kelereng. Sampel dipanaskan pada suhu ± 130°C mendidih sampai terbentuk asap cokelat-kuning. Setelah asap cokelat-kuning hilang, asap putih hasil peruraian H 2 SO 4 akan muncul. Sampel pada erlenmeyer akan berwarna lebih gelap dibandingkan sebelumnya. Ditambahkan setetes demi setetes HNO 3 pekat secara perlahan-lahan dan pemanasan dilanjutkan sampai larutan menjadi jernih. Jika larutan yang terbentuk masih gelap warnanya, ditambahkan lagi setetes demi setetets HNO 3 dan didihkan lagi. Proses ini diulangi sampai larutan jernih. Sampel kemudian dibiarkan dingin sampai suhu kamar. Setelah sampel jernih, dilakukan tahap selanjutnya yaitu penyaringan sampel. Penyaringan dilakukan dengan menggunakan kertas saring Whatman yang telah dijenuhkan dengan HNO 3 1 M. Kertas saring Whatman kemudian diletakkan pada bagian dalam corong Buchner yang diletakkan pada labu hisap dan kemudian dihubungkan dengan pompa vakum . Untuk mengantisipasi adanya sampel yang masih tertinggal pada erlenmeyer, sebanyak 5 mL HNO 3 1 M dituangkan kembali ke dalam erlenmeyer kemudian saring kembali. Prosedur ini dilakukan sebanyak tiga kali hingga tidak ada sampel yang tertinggal di erlenmeyer. Sedangkan untuk mengantisipasi adanya sampel yang tertinggal pada kertas saring dan corong, 5 mL HNO 3 1 M dituangkan ke dalam labu hisap melewati kertas saring tersebut. Lakukan prosedur ini sebanyak dua kali. Setelah sampel tersaring semua, sampel dituang ke dalam labu ukur 50 mL. Untuk menghindari adanya sampel yang tertinggal pada labu hisap, sebanyak 5 mL HNO 3 1 M dituangkan kembali ke dalam labu hisap. Lakukan prosedur ini sebanyak dua kali sampai tidak ada sampel yang tertinggal di labu hisap. Tambahkan HNO 3 1 M hingga batas tanda. Labu ukur kemudian ditutup lalu digojog. Larutan siap diujikan ke AAS pada kondisi optimum. Dilakukan sebanyak 2 kali replikasi AOAC, 2007. 38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nasib timbal Pb yang disemprotkan pada daun murbei serta melihat pengaruh fermentasi dengan bakteri Lactobacillus terhadap timbal Pb yang disemprotkan pada daun murbei tersebut. Daun murbei disini merupakan daun yang digunakan sebagai pangan cacing Lumbricus rubellus.

A. Pembuatan Asam Pencuci dan Preparasi Peralatan

Pencucian dengan asam pencuci pada alat-alat gelas yang akan digunakan dalam penelitian merupakan suatu hal yang harus dilakukan agar alat- alat gelas yang digunakan tidak tercemar oleh bahan-bahan lain yang masih tertinggal dalam alat-alat gelas tersebut. Apabila alat-alat gelas yang akan digunakan tidak dicuci dengan menggunakan asam pencuci terlebih dahulu, dikhawatirkan masih adanya bahan-bahan lain yang tertinggal dalam alat-alat gelas tersebut yang dapat mempengaruhi hasil penelitian. Asam pencuci yang digunakan adalah campuran kalium bikromat K 2 Cr 2 O 7 1 dalam 500 mL asam sulfat p.a. Kalium bikromat ditimbang sebanyak 5 gram kemudian dimasukkan ke dalam bekker gelas lalu ditambahkan dengan sedikit asam sulfat p.a sambil diaduk untuk mempermudah kelarutannya. Setelah larut, larutan tersebut dituang ke dalam labu ukur 500 mL dan ditambah asam sulfat p.a hingga tanda kemudian digojog perlahan agar tercampur dengan sempurna. Penggojokan tidak boleh dilakukan dengan keras sebab reaksi dari larutan ini bersifat eksotermis. Digunakan asam pencuci berupa campuran kalium bikromat dalam asam sulfat adalah karena campuran kalium bikromat dan asam sulfat merupakan agen pengoksidasi yang banyak digunakan dan sangat efektif untuk menghilangkan bekas dari bahan-bahan organik yang mungkin masih menempel pada alat-alat gelas yang akan digunakan dalam penelitian Edward, 2013. Alat-alat gelas yang akan digunakan dalam penelitian kemudian dicuci dengan menggunakan asam pencuci selama 15 menit dengan cara diputar-putar agar seluruh permukaan alat gelas terbasahi dengan asam pencuci. Setelah itu, alat-alat gelas dibiarkan terendam dengan asam pencuci selama satu malam dengan tujuan agar kotoran- kotoran yang berupa bahan organik yang masih menempel pada alat-alat gelas dapat hilang. Selama melakukan pencucian alat-alat gelas dengan menggunakan asam pencuci dilakukan di dalam lemari asam. Setelah alat-alat gelas direndam selama satu malam, asam pencuci dituang kembali ke dalam labu ukur 500 mL untuk digunakan pada pencucian alat-alat gelas berikutnya. Namun apabila asam pencuci sudah berubah warna dari coklat-kemerahan menjadi hijau atau menjadi sangat cair setelah digunakan, asam pencuci tidak boleh digunakan lagi sebab berarti daya pengoksidasinya sudah berkurang sehingga tidak baik lagi apabila masih digunakan untuk mencuci alat-alat gelas Anonim, 2013. Alat-alat gelas kemudian dikeluarkan dari lemari asam lalu dibilas dengan aquabides selama 3 kali untuk menghilangkan kemungkinan adanya kotoran yang masih tertinggal di dalam alat gelas. Aquabides merupakan air yang mengalami destilasi ganda sehingga tidak terkandung mineral di dalamnya. Digunakan aquabides pada penelitian ini karena yang akan ditetapkan adalah kandungan logam timbal Pb sehingga diharapkan tidak ada mineral lain yang dapat mengganggu pengukuran logam timbal Pb. Setelah dibilas dengan aquabides, alat-alat gelas tersebut kemudian disimpan dalam kantong plastik sampai saatnya alat-alat gelas tersebut akan digunakan agar terbebas dari debu dan kotoran Edward, 2013.

B. Penetapan Bobot Kering

Pada umumnya, semua zat baik alat maupun bahan yang disimpan pada ruangan memiliki kecenderungan untuk menyimpan lembab air dari udara. Oleh sebab itu perlu dilakukan kuantifikasi terlebih dahulu supaya bobot zat yang akan kita gunakan dapat diketahui secara akurat. Penetapan bobot tetap wadah dan bobot kering sampel dilakukan dengan prinsip penimbangan bobot berulang kali sampai diperoleh bobot tetap. Wadah yang digunakan pada penelitian ini berupa alumunium foil yang dicetak pada flakon sehingga bentuk alumunium foil mengikuti bentuk dari flakon tersebut. Tujuan digunakan alumunium foil sebagai wadah adalah agar perolehan bobot tetap dari wadah mudah didapatkan karena bobot alumunium foil yang ringan. Setelah wadah dipanaskan dalam oven, wadah dikeluarkan dan didinginkan sampai mencapai suhu kamar di dalam desikator. Desikator merupakan suatu wadah yang terbuat dari bahan gelas yang kedap udara dan terdapat desikan pada bagian bawahnya untuk menarik lembab. Desikator umumnya digunakan untuk menyimpan sampel agar tetap kering selama proses pendinginan dan sebelum sampel ditimbang kembali. Christian, 2004. Wadah selanjutnya ditimbang untuk diketahui bobotnya setelah pengeringan dengan oven dan desikator. Proses ini dilakukan berulang kali hingga diperoleh selisih bobot yang tidak lebih dari 0,5 miligram tiap gram sisa yang ditimbang Depkes RI, 1974. Berdasarkan hasil kuantifikasi diperoleh bahwa pada penimbangan kedua sudah diperoleh bobot tetap untuk masing-masing replikasi yaitu dengan selisih kedua penimbangan untuk masing-masing replikasi sebesar 0,2304; 0,4391; dan 0,4918 mg. Pada penetapan bobot kering sampel daun, daun dicuci terlebih dahulu dengan menggunakan air biasa. Tujuan sampel dicuci dengan air biasa adalah untuk menyamakan perlakuan seperti yang dilakukan oleh peternak cacing dalam mencuci daun-daunan yang digunakan untuk pangan cacing dengan menggunakan air biasa. Setelah sampel dicuci, sampel dipotong kecil-kecil dengan tujuan untuk memperluas permukaan dari daun agar daun cepat kering setelah pencucian serta untuk mempermudah daun dalam menyerap larutan Pb yang akan disemprotkan pada saat perlakuan sampel. Selain itu, perlakuan ini juga mengikuti perlakuan yang dilakukan oleh peternak cacing dimana daun yang digunakan untuk pakan cacing diberikan dalam bentuk potongan-potongan halus atau diblender. Cacing akan lebih mudah memakan serta mencerna apabila daun diberikan sudah dipotong-potong atau diblender. Sampel kemudian dipanaskan dalam oven pada suhu 105 C sampai diperoleh bobot tetap. Depkes RI, 1974 mensyaratkan bahwa selisih bobot yang tidak lebih dari 0,5 miligram tiap gram sisa yang ditimbang. Berdasarkan hasil penetapan bobot kering daun diperoleh bahwa pada penimbangan kelima sudah diperoleh bobot tetap untuk masing-masing replikasi yaitu dengan selisih kedua penimbangan untuk masing-masing replikasi sebesar 0,3219 ; 0,2914 ; 0,3056 mg.

C. Pembuatan Larutan Baku Pb

Larutan baku Pb yang dibuat dalam penelitian ini meliputi larutan stok baku stock solution, larutan intermediet, serta seri larutan baku yang nantinya digunakan untuk adisi. Larutan baku Pb dibuat dengan cara melarutkan sejumlah tertentu baku Pb dalam pelarut yaitu asam nitrat. Setelah dilakukan pembuatan larutan stok baku Pb dengan konsentrasi 1000 ppm, dibuat juga larutan intermediet Pb dengan konsentrasi 100 ppm. Tujuan dibuat larutan intermediet adalah agar larutan stok tidak mudah rusak dan dapat disimpan untuk jangka waktu yang lama. Setelah itu dibuat 6 konsentrasi baku Pb larutan intermediet yang akan diadisikan pada sampel yaitu konsentrasi 0, 2, 4, 6, 8, dan 10 µgmL serta dibuat 6 konsentrasi baku yang digunakan untuk pembuatan kurva adisi yaitu 0,1; 0,5; 1; 2; 2,5 dan 3,5 µgmL.

D. Destruksi Basah Wet Ashing

Dalam melakukan analisis suatu logam atau mineral pada suatu sampel, sampel tersebut harus dihancurkan atau didestruksi terlebih dahulu untuk memutus ikatan antara senyawa organik dengan logam yang akan dianalisis. Proses destruksi yang biasa dilakukan yaitu destruksi kering, destruksi basah dan